Kekeringan Mulai Melanda

Sumber:Kompas - 22 Agustus 2013
Kategori:Kekeringan
BLORA, KOMPAS — Kekeringan akibat kemarau mulai melanda sejumlah wilayah di Pulau Jawa. Dampaknya, tidak hanya pada areal sawah dan sumber mata air, tetapi juga kesehatan manusia akibat debu dan sengatan matahari, bahkan bahaya kebakaran.

Dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (21/8), dilaporkan, sebanyak 17 desa di Kecamatan Jati dan Ngawen, mengalamai krisis air bersih akibat kekeringan. Hal itu menyebabkan warga setempat bergantung pada pasokan air dari pemerintah.

Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Blora Ignatius Ary Soesanto mengatakan, di Kecamatan Jati enam desa krisis air bersih, sementara di Kecamatan Ngawen 11 desa.

Sumur-sumur warga dilaporkan juga mulai mengering sejak dua bulan lalu. Kalaupun masih ada air, mereka harus menunggu berhari-hari hingga air sumur terkumpul dan baru dapat ditimba. ”Kami telah menerima laporan dan telah menyalurkan air 50 tangki berkapasitas 5.000 liter ke desa-desa tersebut,” ujar Ary.

Berdasarkan data Kantor Satpol PP Kabupaten Blora, terdapat 185 desa dan 12 kelurahan di 15 kecamatan yang rawan kekeringan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Blora menganggarkan Rp 150 juta dari APBD 2013 untuk membeli dan mengirimkan air bersih ke desa-desa yang dilanda krisis air bersih.

”Dari dana tersebut, kami bisa menyediakan 1.000 tangki air. Kami berharap kekeringan tidak meluas sehingga dana tetap mencukupi,” ujarnya.

Di Kudus, kekeringan juga melanda areal persawahan yang ditanami palawija. Kekeringan terutama melanda sejumlah desa di Kecamatan Undaan. Jumadi (80), petani Desa Kutuk, Kecamatan Undaan, mengatakan, tanaman kacang hijau di lahannya seluas 450 hektar kekurangan air sejak sebulan lalu. Hal itu menyebabkan daun tanaman mengering, tanah retak-retak, dan panenan anjlok.

”Dalam kondisi normal, saya bisa panen kacang hijau 360 ton. Akibat kekurangan air, saya hanya panen 180 ton,” ujarnya.

Jumadi menambahkan, kekeringan terjadi karena sumber-sumber air mulai mengering. Menyedot air dari sungai terdekat akan menghabiskan biaya banyak.

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Kudus Budi Santoso mengatakan, saat ini sebagian besar lahan pertanian di Kudus tak bisa ditanami. Petani baru akan memulai tanam setelah air irigasi dari Waduk Kedungombo digelontorkan pada 1 September.

Camat disurati

Wilayah di pantai utara Pulau Jawa, yaitu Tegal dan Brebes di Jateng, saat ini juga mulai memasuki puncak kemarau. Kondisi cuaca terasa panas, terutama pada siang hari, sebaliknya justru dingin pada malam hari.

Berdasarkan data Stasiun Meterorologi Tegal, suhu udara maksimal pada siang hari berkisar dari 32 derajat celsius hingga 33 derajat celsius. Prakirawan pada Stasiun Meteorologi Tegal, Sri Nurlatifah, mengatakan, saat ini pantura Tegal telah memasuki puncak musim kemarau. Angin yang berembus berasal dari Australia yang bersifat kering dan dingin.

”Meskipun cuaca terik di siang hari dan dingin di malam hari, suhu udara tersebut masih termasuk normal. Cuaca terasa panas terik karena tidak ada awan sehingga paparan radiasi matahari langsung mengenai tubuh. Oleh karena itu, masyarakat perlu berhati-hati. Diharapkan warga memakai pelindung sehingga kulit tak langsung terkena sinar matahari. Pada musim kemarau juga banyak debu yang rawan mengganggu pernapasan,” ujarnya.

Sementara itu, memasuki kemarau, Pemerintah Kabupaten Brebes mulai mempersiapkan beberapa antisipasi bencana, antara lain bencana kebakaran. Kepala BPBD Brebes Rais Khana mengatakan, pekan lalu pihaknya telah mengirim surat kepada semua camat di wilayah Brebes untuk melaporkan apabila ada daerah yang kekurangan air bersih. ”Hingga saat ini belum ada laporan,” katanya.

Menurut Rais, BPBD Brebes bekerja sama dengan PDAM setempat untuk mengatasi kesulitan air bersih di Brebes. ”Nanti masyarakat yang butuh akan diberi air bersih sampai akhir kekeringan. Anggaran menggunakan dana tidak terduga,” katanya.

Siapkan mobil pemadam

Untuk mengantisipasi kebakaran, Pemerintah Kabupaten Brebes menyiagakan tiga mobil pemadam kebakaran. Dua mobil berada di pusat kabupaten, satu mobil di selatan Brebes.

Dari Kalimantan Tengah dilaporkan, Koordinator Posko Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Regional Kalimantan Djoko Goenawan menyatakan, jika diperlukan, pesawat pembuat hujan yang beroperasi di Kalimantan bisa digunakan untuk mengatasi lahan yang kering. Awan di atas lahan pertanian bisa dijadikan hujan buatan.  (HEN/WIE/BAY)

Post Date : 22 Agustus 2013