Warga Tasikmadu Bangun Masjid Dari Menjual Sampah

Sumber:halamalang.com - 21 Agustus 2014
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Kreativitas warga Malang dalam mengelola sampah memang layak diapresiasi Ngalamers. Salah satunya adalah upaya yang dilakukan warga dan Panitia Pembangunan Masjid Al Mustaqim, di Kelurahan Tasikmadu, Kota Malang.

Masjid setengah jadi di lingkungan RW 06 di Perumahan Puri Kartika Asri Puskopad Tasikmadu tersebut dibangun salah satunya dengan dana yang diperoleh dengan mengumpulkan sampah kering dari warga untuk diserahkan pada panitia pembangunan masjid. Sampah-sampah tersebut lalu dikelola, untuk selanjutnya dijual.

Warga dan panitia pembangunan masjid tidak mengumpulkan dana dengan membuka kotak amal di tepi jalan karena enggan disamakan dengan pengemis.

Seperti disampaikan Wagimin, Koordinator Panitia Pembangunan Al Mustaqim, untuk mendapatkan dana, panitia menggalang donatur lewat proposal pembangunan resmi, mengadakan kaleng jimpitan di setiap rumah, dan meminta masing-masing keluarga mengumpulkan sampah kering untuk diserahkan pada panitia.

Eko bersama Samsul Arifin, Sugiyo dan Wagimin, bertugas mengambil sampah dari 160 keluarga dari rumah ke rumah tiap pekan. Pada Ramadhan lalu, pengambilan sampah dilakukan sekali dalam tiga minggu.

"Puasa jumlah sampah di masing-masing rumah berkurang," kata Sugiyo, salah satu petugas koordinator sampah warga, beberapa waktu lalu.

Untuk mendapatkan harga jual tinggi, seluruh sampah yang terkumpul dipilah sesuai jenisnya. Mulai dari jenis kertas HVS, kertas koran,kertas karton tebal, beragam jenis plastik berbeda, logam, hingga sampah ukuran besar seperti meja mesin jahit hingga lemari es.

"Yang besar seperti itu kita lelang ke warga setempat karena masih berfungsi, kalau dijual ke tengkulak harganya juga akan rendah," ujar Puji, takmir masjid Al Mustaqim.

Selanjutnya panitia segera mengontak pembeli sampah. Hasilnya lumayan bernilai Ngalamers, sampah selama tiga minggu di bulan Juli terjual Rp.1,7 juta. Sejak dibangun pada 2012 lalu, sumber dana inilah yang menjaga proses pembangunan Masjid Al Mustaqim terus berlangsung.

Anggaran bersih yang terkumpul untuk pembangunan sejak Juni 2014 sebesar Rp.333 Juta, dari berbagai sumber. Rinciannya, Rp45 juta berasal dari penjualan sampah kering,  Rp60 juta lain berasal dari kaleng jimpitan warga.

"Kalau ditotal dari sampah itu bisa sampai Rp70 juta. Karena ada anggaran 15 persen dari pendapatan sampah untuk biaya operasional koordinator sampahnya setiap bulan," imbuh Wagimin.

Meski demikian, mengkoordinir sampah warga bukanlah pekerjaan ringan. Petugas harus mengambil sampah warga dari pintu ke pintu, kemudian memilah sampah dengan cermat untuk mendapatkan harga terbaik. "Sebelum dipilah setiap minggu kami hanya mendapatkan pemasukan Rp500 ribu. Setelah dipilah pemasukannya tak pernah kurang dari Rp1,3 juta setiap jual,” ujarnya.

Masjid Al Mustaqim kini telah terbangun sekitar 80 persen dari rencana keseluruhan. Semangat warga untuk mengumpulkan sampah kering pun tidak meluntur karena manfaatnya benar-benar terasa. Kepedulian warga terhadap sampah berbuah manis, Ngalamers.

Ide kreatif pembangunan Masjid Al Mustaqim disebut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang sebagai satu teladan di antara 400 masjid yang ada di Kota Malang. Aksi memilah sampah ini sebagai bentuk nyata upaya penanggulangan sampah di Kota Malang. Bahkan Pemkot juga menyebut warga Tasikmadu sebagai warga yang sadar hukum dengan memilah sampah.

Untuk diketahui, Kota dengan penduduk sekitar 1 juta jiwa ini telah menutup empat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akibat tak mampu lagi menampung sampah. Penutupan terakhir pada tahun1994 di TPA Lowokdoro. Hingga kini Kota Pendidikan ini hanya punya satu TPA, di Supit Urang.

"Jika pola membuang sampah tetap diperkirakan TPA akan penuh dalam tiga tahun,” kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Wasto. 

Volume sampah yang masuk ke TPA juga terkurangi karena usaha kreatif warga Tasikmadu tersebut. Hasil survey menyebut potensi sampah harian Kota Malang mencapai 640 ton. 420 ton diantaranya terangkut ke TPA Supit Urang, sekitar 4 ton lainnya masuk ke Bank Sampah Malang. 



Post Date : 22 Agustus 2014