47,5 % Air Minum Diduga Mengandung Bakteri E coli

Sumber:Suara Merdeka - 11 Juli 2008
Kategori:Sanitasi

SEMARANG- Masih buruknya kondisi sanitasi atau kesehatan lingkungan di wilayah Jateng, menyebabkan kualitas lingkungan menurun sehingga menjadi kumuh. Selain itu, kualitas air bersih juga terancam menurun. Akibatnya, penduduk harus menyisihkan 2%-10% dari pendapatan tiap bulannya untuk mendapatkan air bersih.

Wiedyanto, fungsional Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jateng mengatakan, kondisi kualitas air bersih di Kelurahan Kuningan sangat buruk. Konsentrasi bakteri E coli lebih dari 2.400 per 100 mililiter.

Artinya, tidak ada sumur yang memenuhi syarat sebagai air bersih di Kelurahan Kuningan.  ”Karena jarak tangki septik dengan sumur yang terdekat di sana adalah 2,4 meter hingga 11 meter,” ujar dia dalam Seminar Pengembangan Strategi Pengelolaan Sanitasi di Jateng’’, Kamis (10/7), di Hotel Grasia.

Dituturkannya, sanitasi yang buruk sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Sehingga sering muncul penyakit-penyakit yang bersumber dari air atau penyakit bawaan air, dengan frekuensi sakit lebih dari sekali dalam setahun.
30% adalah penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kudis, kutu air, 33 % diare dan 23 % tipus.

”Dan ini berakibat penduduk harus menyisihkan 1% sampai 10% dari pendapatan tiap bulan untuk pengobatan,” kata dia.
Disebutkannya, di Puskesmas Pusat Bandarharjo dan Puskesmas Pembantu Kelurahan Kuningan, tercatat 126 orang mengalami dermatis kontak alergi, 560 orang menderita penyakit kulit lain, dan 755 orang menderita diare mulai Januari-September 2007.

Menurut Wiedyanto, bila saja kondisi sanitasi lebih baik, pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat meningkat. Karena biaya hidup yang harus ditanggung masyarakat miskin berkurang Rp 60.000 - Rp 100.000 tiap KK per bulannya.

Selain itu meningkatkan waktu produktif masyarakat sekitar 34%-79%, mengurangi biaya kesehatan 6%-19%, biaya pengobatan 2%-5%, pencemaran air tanah sektar 70 % oleh bakteri coli dan air sungai sekitar 60%.

Zainal Nampila, Kasubdit Air Minum dan Sanitasi Depkes mengatakan, hampir semua rumah tangga di Indonesia memasak air  terlebih dulu untuk diminum.

Namun dari hasil penelitian di Tangerang, Mauk, Binjai dan Bantaeng pada tahun 2006-2007 menyebutkan bahwa sekitar 47,5 % air minum rumah tangga ternyata masih mengandung bakteri E coli, meski telah dimasak terlebih dulu. (J8-56)



Post Date : 11 Juli 2008