54 Persen Air Tercemar "Escherichia Coli"

Sumber:Kompas - 23 Agustus 2008
Kategori:Sanitasi

Yogyakarta, Kompas - Hasil pemeriksaan sumber air yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menunjukkan, 54 persen air tanah tercemar Escherichia coli di atas ambang batas air layak minum, yaitu 50 per 100 milimeter air. Contoh air diambil dari 823 sumber air di 26 lokasi pada 17 kecamatan di Kabupaten Sleman.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinkes Kabupaten Sleman Intriati Yudaningsih, Jumat (22/8) di Sleman. Bahkan, ada contoh air yang kandungan E coli-nya sampai 2.000 per 100 milimeter air.

Tingkat pencemaran E coli tertinggi terdapat di Kecamatan Moyudan. Dari 12 contoh air yang diambil, hanya satu yang memenuhi standar air layak minum (8,3 persen). Pencemaran tinggi selanjutnya terjadi di Kecamatan Prambanan (23,5 persen) dan Sleman (25,4 persen). Bahkan, contoh air yang diambil dari 14 titik di jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum Sleman hanya dua titik yang kadar E coli dalam batas layak minum.

Adanya bakteri E coli menandakan air tercemar tinja. Umumnya strain bakteri ini tidak berbahaya, tetapi sebagian lain bisa menyebabkan infeksi lambung dan saluran kencing.

Walaupun E coli bukan penyebab hepatitis A, tetapi kandungan lebih dari ambang batas dalam air tanah maupun PDAM menunjukkan air harus dididihkan agar aman dikonsumsi.

Pemeriksaan air dilakukan terkait besarnya jumlah penderita hepatitis A di Kabupaten Sleman, tepatnya di sekitar Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Untuk menekan jumlah penderita hepatitis A, sejak Juli dilakukan langkah, antara lain penyuluhan sanitasi kepada masyarakat melalui puskesmas dan akan berlangsung hingga tingkat rukun warga serta di sejumlah kampus.

Sementara itu, Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta mengisolasi pasien yang terinfeksi virus hepatitis A untuk mencegah meluasnya penularan penyakit. Para pasien hepatitis A dirawat dalam ruangan terpisah dari pasien penyakit lain.

Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho mengatakan, tindakan tersebut diambil mengingat hepatitis A termasuk penyakit yang mudah menular.

Selain itu, pengunjung berusia di bawah 12 tahun tak diizinkan masuk ke ruang perawatan penderita hepatitis A.

Selama Juli-Agustus 2008, RSUP Dr Sardjito Yogyakarta merawat inap 68 pasien hepatitis A. Sebagian besar pasien adalah mahasiswa yang tinggal di Kecamatan Condongcatur dan Depok, Kabupaten Sleman.

”Bila diketahui menderita hepatitis A, pasien langsung kami minta untuk menjalani rawat inap, jarang sekali yang rawat jalan,” kata Heru. (IRE/ENG)



Post Date : 23 Agustus 2008