Ketika Kali Terbebani Sampah

Sumber:KOMPAS.com - 4 Desember 2014
Kategori:Sampah Jakarta
Sampah menjadi beban besar kedua setelah okupasi hunian di bantaran kali dalam mengatasi banjir di Jakarta. Banjir luapan Kali Ciliwung yang belum lama ini terjadi telah membawa tak kurang 4.000 meter kubik atau sekitar 800 ton sampah yang menyumbat aliran Kali Ciliwung di Kalibata, Jakarta Selatan, dan Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Sebanyak 200 truk dikerahkan untuk mengangkut tumpukan yang menyumbat aliran Kali Ciliwung di Kalibata. Sementara pembersihan sampah Kali Ciliwung di Kampung Melayu dilakukan secara manual dengan dibakar karena area kali itu dikepung hunian padat penduduk. Sejak Selasa hingga Rabu (2-3/12), lebih dari 500 personel TNI bahu-membahu membersihkan Kali Ciliwung di Kampung Melayu dari tumpukan sampah yang mencapai 2.100 meter kubik itu.

Tak hanya di hilir, sampah juga membebani Ciliwung mulai dari hulu di Puncak, Bogor. Danu Winarya, pendiri Gerbang Nusantara Hijau dan Komunitas Ciliwung Tanjung Oost, menemukan banyak timbunan sampah di hulu kali purba itu.

Selama tiga hari penelusuran, ditemukan timbunan sampah di hulu Kali Ciliwung di Cisampay, anak Ciliwung, Telaga Warna, Rawagede, dan Cikoneng. Padahal, di sepanjang aliran itu ditemukan 20 mata air yang berguna bagi kelangsungan hidup masyarakat. ”Hampir di semua jalur pendakian dan bantaran Ciliwung di hulu ini ditemukan sampah,” kata Danu.

Adapun Konsorsium Penyelamat Puncak pernah mendata, setidaknya 43 bukit sampah yang diperkirakan berbobot lebih dari 2 ton di hulu Ciliwung, tersebar di Desa Tugu Utara dan Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Di hilir, Jakarta, saat kemarau saja setiap hari mengalir 64,85 meter kubik atau 14 ton sampah di Kali Ciliwung dan anak-anak sungainya. Saat musim hujan, sampah yang mengalir di sistem aliran Ciliwung itu bisa dua kali lipat.

Tak hanya Kali Ciliwung, sampah juga membebani 13 kali lainnya yang mengalir ke Jakarta, berikut 1.058 saluran air yang ada di Ibu Kota ini. Setiap hari sampah yang mengalir di kali dan saluran itu mencapai 1.050 meter kubik atau sekitar 233 ton sampah. Pada musim hujan, jumlahnya bisa membengkak jadi 280 ton sampah per hari.

Perilaku warga

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar mengungkapkan, beban terbesar menormalisasi sungai untuk mengatasi banjir di Jakarta itu, mengosongkan bantaran dari hunian. Namun, sampah juga tak kalah merusak aliran-aliran kali di Jakarta. Kebiasaan buruk warga membuang sampah di kali itu mempercepat pendangkalan itu.

”Limbah industri dan rumah tangga yang dibuang ke Kali Ciliwung sangat merusak airnya. Padahal, jika kita bersama-sama mau melestarikan Kali Ciliwung, airnya bisa menjadi sumber kehidupan kita,” ujarnya.

Dinas Kebersihan DKI Jakarta pun mencatat sampah yang masuk ke kali, danau, waduk, dan situ, sekitar 90 persen dari saluran penghubung dari sampah rumah tangga dan pasar. Jenis sampah yang masuk ke aliran saluran hingga kali beragam, mulai dari kantong plastik hingga kasur dan lemari. Belum lagi, sampah dari alam seperti batang pohon dan ranting.

Permukiman di Jakarta yang kini semakin padat hunian, semakin sulit ditemukan tempat penimbunan sampah. Bahkan, permukiman di bantaran kali hanya menyisakan ruang terbuka berupa gang-gang sempit.

Ali (70), yang sudah bermukim di bantaran Kali Ciliwung, Kampung Melayu, sejak 1970-an ini mengatakan, tak banyak pilihan bagi warga untuk membuang sampah selain di aliran Kali Ciliwung. ”Di sini padat rumah, tak ada lagi tempat membakar sampah. Pengangkutan sampah di sini sulit karena gang sempit. Akhirnya kami buang ke kali,” ujarnya.

Dampak kebiasaan buruk membuang sampah ke kali dan saluran ini juga kerap membuat saluran-saluran di Ibu Kota ini meluap saat hujan karena tersumbat sampah. Jalan DI Panjaitan salah satunya adalah ruas jalan yang kerap tergenang hingga 60 cm akibat saluran di jalan itu tersumbat sampah.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Saptastri Ediningtyas Kusumadewi mengatakan, mengatasi sampah di aliran kali dan saluran itu tak mudah. Aliran sampah pun mengalir dari hulu ke hilir.

Menurut Ediningtyas, pihaknya juga sudah beberapa kali menyurati Sekretaris Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) agar mengingatkan bupati dan wali kota di kawasan hulu, seperti Depok dan Bogor, untuk membantu Jakarta mengatasi sampah di aliran kali. Hanya memang, lanjutnya, sejauh ini belum ada hasil konkret. Setiap kali terjadi hujan deras di hulu, tak hanya mendatangkan air ke Jakarta berupa banjir, tetapi juga timbunan sampah.

Namun, Ediningtyas mengatakan, sampah yang memenuhi kali yang berasal dari warga Jakarta memang tak kalah banyak. Karena itu, pada 2015 telah dianggarkan pengadaan 100 kamera pemantau (CCTV) yang akan dipasang di sejumlah pintu air di Jakarta. Dengan CCTV, bisa segera diketahui timbunan sampah dan bisa segera diangkut.

Namun, untuk penyediaan tempat penimbunan sampah (TPS), Ediningtyas mengatakan, itu masih berjalan lambat karena sulit menemukan lahan di Jakarta untuk dijadikan TPS. Warga juga masih sulit menerima TPS di tengah permukiman karena dianggap sebagai sumber polusi. ”Untuk menyiasatinya, kami sudah mengadakan sayembara desain TPS yang menarik sehingga warga dapat menerima TPS di tempat tinggalnya,” katanya.

Menurut Iskandar, kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke kali perlu ditingkatkan. Tak kalah pentingnya, koordinasi antarpemerintah Jakarta dan daerah penyangga harus berjalan.


Post Date : 05 Desember 2014