62 Persen Sampah tak Terangkut

Sumber:Republika - 16 Maret 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Margonda-Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, Jawa Barat, harus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah sampah. Sebab, sampah yang dihasilkan masyarakat Depok belum sebanding dengan kemampuan Pemkot mengangkutnya.
 
Kepala bidang Kebersihan ala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok Rahmat Hidayat mengatakan, produksi sampah mencapai 4.250 meter kubik per hari. Tapi, penanganannya baru mencapai 38 persen pada 2011 “Atau, sebanyak 1.615 kubik per hari,“ kata dia, Kamis (15/3).
 
Sedangkan, sisanya sebesar 62 persen atau 2.635 meter kubik sampah tidak terangkut sehingga sering terjadi tumpukan di sejumlah wilayah. Rahmat mengatakan, volume sampah di Depok akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Rata-rata, satu orang menghasilkan 2,5 liter sampah perhari.
 
Karena itu, Pemkot Depok akan memanfaatkan Unit Pengolahan Sampah (UPS). Saat ini, hanya 19 dari 47 UPS yang beroperasi. Kepala Dinas DKP Kota Depok Ulis Sumardi mengatakan, pihaknya akan mengoperasikan serta mengusulkan pembangunan 15 UPS tambahan tahun ini.
 
Optimalisasi UPS ini diharapkan meninkatkan sampah yang terangkut. Pada 2012-2013, Pemkot Depok menargetkan sampah terangkut mencapai 47 persen. “Dengan catatan, seluruh sarana dan prasarana harus ditambah dan dioptimalkan,“ kata Ulis.
 
Saat ini, jumlah armada pengangkut sampah yang beroperasi sebanyak 57 unit kendaraan truk sampah. Armada yang digunakan untuk mengangkut sampah sebanyak 54 unit dan tiga lainnya dicadangkan.
 
Belajar dari Jepang 
 
Pemkot Depok juga akan belajar pengelolaan sampah dari Jepang. Rahmat mengatakan, pihaknya sudah mendatangkan tim ahli pengelolaan sampah Provinsi Osaki, Jepang. Selain itu, dua warga Depok juga akan dikirim ke Osaki untuk belajar pengelolaan sampah selama satu bulan.
 
Dua orang itu akan tinggal di rumah warga Osaki dan belajar bagaimana hidup mereka dan cara mengelola kebersihan, terutama pemilahan sampah yang benar dan tepat. “Diharapkan, sepulang dari Jepang dapat menularkan ilmu dan pengalamannya,“ kata Rahmat.
 
Rahmat mengatakan, Osaki dipilih karena meraih sukses dalam pengelolaan kebersihan. Warga Osaki tidak lagi menganggap sampah sebagai limbah tidak berguna “Kami akan belajar cara pemilahan sampah yang tepat dan benar,“ kata dia.
 
Persoalan pengolahan sampah yang ada di Depok saat ini mirip dengan persoalan sampah di Osaki 14 tahun silam. Swasta dan Pemerintah Osaki bersinergi mendirikan pusat daur ulang sampah dan model pengolahan yang lebih baik.
 
Rahmat mengatakan, proses pengolahan dimulai dari tingkat rumah tangga dengan memilah 28 jenis sampah. Di setiap rumah, disediakan empat kantong jenis sampah, seperti kaleng, botol, dan plastik mempunyai kantong sampah masing-masing.
 
Selain itu, proses pembuangannya tidak bisa sembarangan melainkan ada hari khusus di mana sampah tertentu dibuang. Misalnya, hari pembuangan sampah plastik maka seluruh warga membuang sampah plastik. ratna puspita.Rusdy Nurdiansyah


Post Date : 16 Maret 2012