Waduk Sodetan untuk Kendalikan Banjir

Sumber:Kompas - 16 Oktober 2013
Kategori:Banjir di Jakarta
JAKARTA, KOMPAS —  Perlu inovasi terus-menerus untuk mengatasi banjir di Jakarta. Fakta penting yang sering terabaikan adalah tingginya volume air Ciliwung yang terbuang ke laut. Setiap tahun tercatat 900 juta meter kubik air Ciliwung terbuang percuma, sementara Jakarta masih kekurangan air bersih.

”Padahal, DKI Jakarta memerlukan air bersih sebesar 500 juta meter kubik per tahun dan baru dipenuhi oleh PDAM DKI Jakarta sebesar 50 persen (250 juta meter kubik). Sisanya cenderung memanfaatkan air tanah dangkal. Demikian halnya dengan Cibinong dan Depok yang hanya memerlukan air bersih masing-masing lebih kurang 300 juta meter kubik per tahun,” kata Ketua Program Studi Magister Ilmu Geografi FMIPA UI Tarsoen Waryono, Selasa (15/10).

Air terus terbuang percuma dan mendatangkan bencana karena upaya antisipasi penanganan banjir sejak tahun 1973 tak tuntas dilakukan.

Menurut Tarsoen, pada masterplan tahun 1973, penyusunannya mengacu pada Pola Induk Kota 1965-1985 sehingga semua target masterplan 1973 semestinya harus sudah selesai tahun 1985. Penanganan banjir sesuai rencana 40 tahun lampau itu menargetkan terselesaikannya Kanal Banjir Timur (KBT) dan Kanal Banjir Barat. Namun, KBT baru terselesaikan sekitar dua tahun lalu atau mundur hampir 30 tahun dari target awal.

”Pada masterplan 1997, yang akan ditangani mencakup satuan wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Khusus untuk kawasan DKI Jakarta tetap mengacu pada masterplan 1973, tetapi dengan penyesuaian revitalisasi saluran/sungai disesuaikan dengan perhitungan pada 1997. Selain itu, sebagian debit banjir Sungai Ciliwung ditahan dan sebagian dialihkan sebelum masuk wilayah DKI Jakarta,” ujar pegiat pelestarian Hutan Kota UI itu.

Namun, lagi-lagi rencana tahun 1997 itu tidak berjalan sesuai target. Sampai tahun 2013, masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Terakhir, lanjut Tarsoen, hasil kajian terhadap rencana Waduk Ciawi menunjukkan bahwa proyek ini tidak dapat secara signifikan meredam banjir dari Ciliwung.

”Karena itu, konsepnya harus diubah dengan membangun waduk sodetan atau yang baru-baru saja diberitakan di media, yaitu waduk long storage atau dam parit. Berdasarkan ketinggian daerahnya, lokasi ideal untuk waduk sodetan Ciliwung adalah di Citayam-Bojong Gede,” ujarnya.

Di Citayam-Bojong Gede, Depok, ketinggian elevasinya di atas 7 meter dan bisa berfungsi sebagai kendali puncak banjir. Waduk sodetan ini bisa dibangun di beberapa tempat menyerupai terasering. Di kawasan Cililitan- Lebak Bulus juga bisa dibangun waduk sodetan. Dengan adanya waduk sodetan, air bisa ditahan selama mungkin di daratan.

Jika biasanya dalam tujuh hari air hujan langsung menggelontor masuk ke laut, dengan waduk sodetan bisa ditahan sampai tujuh bulan. Dengan demikian, waduk sodetan pada masa depan bisa menjadi sumber air baku (Bogor, Cibinong, Depok, dan Jakarta) serta merupakan konservasi air tanah di wilayah hulu.

Satgas banjir

Banjir Ibu Kota selain karena faktor buruknya drainase juga disebabkan ketidakmampuan kali di Jakarta menampung luapan air di hulu. Ketika banjir melanda, perlu kesiapan petugas satuan tugas (satgas) banjir untuk menghadapi bencana tersebut. Beberapa kali terjadi banjir pada bulan Oktober, sejumlah petugas satgas banjir tidak siap.

Kepala Seksi Informatika Badan Pengendalian Bencana Daerah DKI Jakarta Bambang Surya Putra mengatakan, pada beberapa kasus, satgas tidak siap dengan tugasnya. Ada 56 dari 124 satgas di tingkat kelurahan yang seharusnya bekerja cepat ketika banjir melanda. (NEL/NDY)


Post Date : 16 Oktober 2013