8.177 Ha Area Sawah Terancam Kekeringan

Sumber:Media Indonesia - 20 Juni 2005
Kategori:Drainase
PURWOKERTO (Media): Memasuki musim kemarau, debit air di daerah aliran sungai (DAS) Citanduy menurun hingga empat meter kubik (m3) per detik. Sekitar 8.177 hektare (ha) area persawahan di Cilacap barat terancam kekeringan.

''Pada saat normal, debit air DAS Citanduy mencapai 20 m3 per detik. Dengan demikian, sejumlah area persawahan irigasi teknis dari DAS Citanduy terancam tidak memperoleh pasok air,'' kata Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Serayu-Citanduy, Hidayat Mulyono, Sabtu (18/6).

Dengan debit air 20 m3 per detik, DAS Citanduy hanya mampu mengairi lahan persawahan seluas 22.479 ha. Karena terjadi penurunan, diperkirakan hanya dapat mengairi lahan seluas 13.765 ha.

''Jadi, sekitar 8.177 ha area persawahan terancam kekeringan. Tentu saja daerah yang terancam berada pada wilayah paling jauh dari irigasi DAS Citanduy,'' ujar Hidayat.

Untuk mengantisipasi, PSDA berencana melakukan sistem pengairan bergilir. Jika pada waktu normal, setiap hari sawah dapat terairi, dengan adanya sistem bergilir tidak setiap hari areal sawah dapat terairi.

''Langkah lain untuk mengantisipasi adalah memberikan bantuan pompa air. Petani nanti dapat menggunakan pompa air untuk mengairi sawahnya yang tidak mendapatkan pasok air dari irigasi,'' ungkap Hidayat.

Adapun Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Kota Malang, Jatim, menyusun pola operasi waduk dan alokasi air untuk mengendalikan jumlah ketersediaan air yang tidak seimbang pada musim kemarau.

Menurut Sekretaris Perum Jasa Tirta I Kota Malang Harianto, hasil evaluasi data curah hujan di area Waduk Sutami selama musim hujan (November-April) menunjukkan, curah hujan 2004/2005 berada di bawah tahun 2003/2004. Sebab, perkiraan awal musim kemarau lebih cepat dari tahun sebelumnya, yaitu jatuh pada bulan Mei.

Secara umum, kondisi musim kemarau 2005 diperkirakan dalam kategori di bawah normal dengan tingkat keandalan 65%. Hal ini sesuai hasil analisis kondisi debit air di Sungai Brantas maupun prakiraan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

Tambah anggaran

Sementara itu, sekitar 30.419 ha lahan pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB) terancam kekeringan akibat musim kemarau. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemprov NTB Gita Aryadi menjelaskan, untuk mengantisipasi kekeringan, pemprov mengajukan anggaran tambahan kepada DPRD NTB yang kini dibahas.

Dia mengatakan, dana yang diajukan antara lain untuk penyediaan air bersih sebesar Rp28 miliar, kegiatan sosial Rp38 miliar, dan pertanian Rp13 miliar.

Selain itu, pemprov kini sedang melobi pemerintah pusat agar bisa menyediakan 10 mobil tangki air untuk mendistribusikan air bersih kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah terpencil.

Menurut Gita, curah hujan paling rendah di NTB terjadi antara Juli dan September. Kini curah hujan di NTB berada di bawah 150 milimeter. Pada bulan Oktober nanti curah hujan sedikit meningkat, sedangkan November sebagian wilayah NTB akan mulai turun hujan.

''Lahan pertanian yang terancam mengalami kekeringan tersebar pada 69 kecamatan di NTB. Di Lombok Barat tercatat ada 14 kecamatan, Bima (12), Lombok Tengah (10), Lombok Timur dan Dompu masing-masing delapan kecamatan serta Kota Bima dua kecamatan,'' tutur Gita. (LD/BN/Ant/X-8)

Post Date : 20 Juni 2005