Ada Niat Gagalkan Pertemuan Bali

Sumber:Kompas - 05 Desember 2007
Kategori:Climate
Nusa Dua, Kompas - Beberapa negara yang tergabung dalam Kelompok Payung, yaitu Jepang, Kanada, dan Australia, terkesan berusaha mementahkan dialog awal mengenai sebuah skema baru pasca-2012 untuk menggantikan Protokol Kyoto pada Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali.

Mereka mengajukan perlunya sebuah skema baru pasca-2012, tetapi tidak menyebutkan sama sekali skema itu sebagai skema yang mengikat.

Pandangan bahwa ketiga negara anggota Kelompok Payung itu berusaha menggagalkan pertemuan di Bali disampaikan para aktivis organisasi nonpemerintah yang tergabung dalam Climate Action Network (CAN), Selasa (4/12) di Nusa Dua. Kelompok Payung adalah sejumlah negara yang diajak Amerika Serikat (AS) untuk menyiapkan mekanisme alternatif di luar Protokol Kyoto. Negara-negara tersebut antara lain AS, Jepang, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Sebenarnya, jantung dari Protokol Kyoto adalah adanya ketentuan-ketentuan yang mengikat negara-negara anggotanya dalam hal pengurangan emisi. Dengan demikian, jika tawaran mekanisme baru pascaprotokol itu berakhir tidak bersifat mengikat, hal itu jelas merupakan kemunduran.

Steven Guilbeault dari organisasi Equiterre, Kanada, mengungkapkan, sangat jelas bahwa sejak lama ada sejumlah negara yang memang menginginkan Protokol Kyoto tidak jalan. Karena itu, tidak mengherankan jika Jepang, Kanada, dan Australia menyampaikan intervensi pada sidang pleno hari Senin (3/12). Inti dari yang dikatakan Jepang adalah mempersoalkan peran India dan China dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.

Kyoko Kawasaka dari Kiko Network, Jepang, juga meminta Pemerintah Jepang mengonfirmasi maksud pernyataan yang disampaikannya pada sidang pleno Konferensi Para Pihak Ke-13 (COP-13). Saat itu Jepang mengatakan, Sangat esensial untuk bergerak melampaui Protokol Kyoto menuju sebuah kerangka kerja baru, di mana seluruh dunia akan secara berarti berpartisipasi dalam tindakan-tindakan menuju pengurangan emisi global.

Ailun Yang dari Greenpeace China juga menganggap pernyataan tiga negara Kelompok Payung itu membahayakan karena menjadikan China sebagai alasan bagi negara-negara maju itu untuk tidak melakukan sesuatu.

Di sisi lain, Komisioner Uni Eropa Artur Runge-Metzger menilai apa yang disampaikan negara-negara payung itu adalah sebatas menawarkan dialog. Hal senada disampaikan Sekretaris Eksekutif Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim Yvo de Boer, yang menilai setiap negara boleh saja menyampaikan bagaimana posisi mereka. (OKI)



Post Date : 05 Desember 2007