Ada Udang di Balik Konferensi

Sumber:Majalah Gatra - 09 April 2008
Kategori:Climate

Gerakan anti-perubahan iklim mengadakan konferensi tandingan. Mereka percaya, perubahan iklim tak perlu dicemaskan. Kebijakan membatasi karbon merugikan perkekonomian dunia. Tapi banyak yang mencurigakan.; Deklarasi Anti-Perubahan Iklim

''Planet ini sedang sakit. Itu akibat banyaknya kendaraan, pabrik-pabrik, pembangkit listrik. Kita banyak membuat polusi untuk planet sehingga terjadi pemanasan global,'' tutur Al Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat. Pernyataan itu dilontarkan Al Gore di hadapan anggota Kongres Amerika Serikat pada pertengahan 2007.

Sebenarnya Al Gore memusatkan perhatian pada krisis iklim sejak akhir 1970-an, ketika para ilmuwan lingkungan dan aktivis internasional mulai rutin berkumpul membahas pemanasan global, yang akhirnya melahirkan Protokol Kyoto pada 1997. Sejak itu, pernyataan tentang perubahan iklim akibat perbuatan manusia tak terbantahkan. Apalagi, para ilmuwan yang tergabung dalam IPCC (lembaga panel antar-pemerintah tentang perubahan iklim) bentukan PBB rutin melaporkan bagaimana bumi terpanggang oleh polusi akibat aktivitas manusia.

Terakhir kali, para ilmuwan lingkungan mengadakan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC/COP) ke-13 di Nusa Dua, Bali, 3-14 Desember atau tiga bulan lalu. Sejumlah kesepakatan antar-negara untuk mendinginkan bumi pun diteken. Namun, tak sampai tiga bulan kemudian, persisnya awal Maret ini, sebuah acara tandingan berlangsung di Hotel Marriott Marquis, Times Square, New York, Amerika Serikat.

Sejumlah kantor berita Amerika melaporkan, setidaknya 400 delegasi lembaga keilmuwanan, termasuk lebih dari 100 ilmuwan, menghadiri acara itu. Perwakilan beberapa negara pun ikut hadir. Contohnya, Presiden Republik Czech, Dr. Vaclav Klaus, yang baru saja terpilih sebagai presiden, hadir di sana. Dan tentu saja sejumlah gembong anti-gerakan perubahan iklim, seperti Dr. Siegfried Frederick Singer, tidak ketinggalan.

Kegiatan yang motori The Heartland Institute itu bolehlah disebut ''tandingan'', karena mereka menghasilkan kesimpulan yang bertolak belakang dari IPCC: bahwa pemanasan global sama sekali tak disebabkan kegiatan manusia. ''Sebenarnya kehebohan tentang pemanasan global ini sudah salah arah,'' kata Dr. Klaus.

Menurut Klaus, kesimpulan tentang iklim dunia yang memanas selama ini tidak berdasarkan kajian ilmiah, tapi semata-mata berdasarkan model prediksi suhu dunia oleh sejumlah komputer. ''Jadi, mengikuti suatu model perkiraan yang belum tentu benar sangat riskan,'' tutur Klaus kepada The New American.

Pertemuan itu tentu saja membahas dan mengkritik habis-habisan berbagai kesimpulan yang dihasilkan IPCC. Mulai hasil pengukuran simulasi komputer tentang prediksi suhu bumi, pembatasan produksi karbon, mencairnya dataran es di belahan bumi utara, hingga naiknya permukaan laut dunia. Peserta lainnya mengungkapkan tentang sejarah panas-dinginnya bumi yang sejak dulu ikut menentukan bangkit dan runtuhnya peradaban suatu masyarakat.

''Tentang suhu bumi yang naik terus, misalnya, apakah itu suatu hal yang buruk? Belum tentu,'' kata Howard Maccabee, PhD, ahli medis dari Stanford University School of Medicine, yang pada saat ini menjabat sebagai President of Doctors for Disaster Preparedness. Dalam presentasinya, Maccabee menunjukkan data dari National Bureau of Economic Research.

Data itu menunjukkan, angka kematian di sejumlah kawasan Eropa dan Amerika Serikat justru meninggi ketika suhu rata-rata bumi mendingin. ''Jadi, suhu bumi yang dingin lebih mematikan daripada memanas,'' katanya, seperti dikutip The New American.

Penafsiran yang salah, menurut Singer, juga terjadi pada soal kenaikan permukaan laut. Kalkulasi naiknya laut sebenarnya tidak terjadi akibat mencairnya es, tapi lebih banyak dipengaruhi pergerakan tektonik lempeng raksasa bumi. Singer kemudian membantah prediksi IPCC yang ''menakut-nakuti'' negara kepulauan yang bakal tenggelam. ''Buktinya, Maldives telah menyaksikan perairan laut mereka sebenarnya telah turun 30 sentimeter selama 30 tahun ini,'' tutur Singer.

Berbagai temuan dan kesimpulan itu kemudian dikumpulkan oleh suatu tim ad hoc. Tim yang terdiri dari 24 anggota ahli itu diketuai Singer. ''Laporan ini kami sebut Non-Governmental International Panel on Climate Change (NIPCC),'' kata Singer. Sebutan itu tentu saja terang-terangan menantang berbagai laporan IPCC selama ini. Sub-judulnya saja berbunyi: ''Nature, Not Human Activity, Rules the Climate'', bahwa alamlah yang berkuasa mengatur iklim, bukan manusia.

Walhasil, secara umum, menurut Singer, apa yang disebut sebagai pemanasan global adalah gejala alam biasa yang tak perlu dilebih-lebihkan. Karena itu, kubu Singer lebih suka disebut sebagai kelompok ''perubahan iklim-realistis'' ketimbang ''anti-perubahan iklim''.

Pada puncak acara, mereka kemudian menelurkan pernyataan bersama, yakni ''Deklarasi Manhattan''. Isinya, kelompok iklim-realistis itu sepakat menolak berbagai kebijakan pembatasan terhadap emisi karbon yang dinilai akan sangat merugikan dan berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi dunia (baca: Deklarasi Anti-Perubahan Iklim). ''Sekarang saatnya mata dunia melihat kebenaran tentang pemanasan global ini,'' kata Joseph Bast, Presiden The Heartland Institute.

Toh, sepak terjang Heartland Institute itu tak urung menuai kontroversi. Banyak yang curiga, ada udang di balik batu atas aksi Heartland itu, karena LSM ini banyak menerima sponsor dari kalangan industri. Betapa tidak, salah satu dewan direksi Heartland adalah Thomas Walton, yang pada saat ini menjadi seorang eksekutif General Motors.

Dalam situs resminya, Heartland menyatakan, mereka memang menerima dana dari setidaknya 1.400 lembaga dan individu yang berbeda, masing-masing tak lebih dari 5%. Namun sejumlah surat kabar Amerika mengabarkan, Heartland juga banyak menuai dana dari industri besar seperti Exxon, yang mencapai US$ 500.000, dan Philip Morris, perusahaan rokok internasional, sebesar US$ 150.000 selama tiga tahun sejak 1997. Pada tahun-tahun itu, Heartland banyak menentang kebijakan larangan merokok di tempat umum.

Riley E. Dunlap, seorang sosiolog dari Oklahoma State University, melihat para pendukung anti-pemanasan global itu menginginkan adanya anggapan bahwa perjuangan mereka bak ''pahlawan David melawan raksasa Goliat''. ''Tapi mereka lupa bahwa tak ada 'David' yang dibayar begitu banyak,'' kata Dunlap kepada The New York Times.

''Perdebatan tentang es yang mencair atau jumlah karbon di atmosfer boleh-boleh saja,'' tutur Prof. Michael Oppenheimer dari Princenton Univesity. ''Namun sudah merupakan fakta ilmiah bahwa kegiatan manusia selama ini adalah salah satu penyebab pemanasan global. Mereka itu berkumpul sesama jenisnya karena tak ada lagi yang peduli pada mereka,'' katanya.

Deklarasi Anti-Perubahan Iklim

Deklarasi Manhattan terhadap Perubahan Iklim Dunia.

Apa yang disebut sebagai ''pemanasan global'' bukanlah suatu krisis. Kami, para ilmuwan dan peneliti, ekonom, pembuat kebijakan, dan pengusaha unggulan, berkumpul bersama di Times, New York City, ikut serta dalam Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim 2008.

Mempertimbangkan bahwa masalah ilmiah haruslah dipecahkan dengan metode ilmiah;

Memperhatikan bahwa iklim bumi selalu berubah dan tetap akan berubah. Kegiatan dan aktivitas manusia dan emisi karbon yang dihasilkannya bukan polutan, melainkan justru berguna bagi siklus kehidupan;

Menyadari bahwa apa yang menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim menjadi bahan perdebatan sangat intens dalam komunitas ilmiah, dan apa yang menjadi ''konsensus'' selama ini salah;

Menyadari banyaknya usaha yang dilakukan pemerintah untuk membatasi dan mengurangi emisi karbon pada industri yang dapat menghambat perkembangan. Padahal, usaha itu tidak mengurangi kondisi yang ada. Kebijakan seperti itu dapat membahayakan kesejahteraan dan menimbulkan penderitaan;

Dengan ini kami mendeklarasikan:

Kebijakan-kebijakan untuk membatasi aktivitas emisi karbon adalah kesalahan yang sangat berbahaya dengan mengorbankan kapasitas intelektual dan sumber daya yang seharusnya dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan yang lebih serius.

Hingga kini tak ada bukti-bukti yang meyakinkan bahwa emisi karbon dari aktivitas industrial pada waktu lampau, masa kini, dan masa depan yang benar-benar menyebabkan bencana perubahan iklim.

Dengan demikian, kebijakan sejumlah negara menerapkan pajak dan regulasi terhadap industri dan individu untuk mengurangi emisi karbon menjadi kehilangan makna dan mengancam tingkat kesejahteraan masyarakat tanpa menghasilkan apa pun yang dapat memperbaiki kondisi iklim dunia.

Berbagai usaha adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim juga sangat memboroskan keuangan negara dan energi masyarakat. Kebijakan ini mengalihkan perhatian yang seharusnya dapat digunakan untuk mengatasi problem yang lebih serius.

Bahwa perubahan iklim karena aktivitas manusia bukanlah suatu krisis internasional.

Sehubungan dengan itu, kami merekomendasikan:

Agar para negarawan dan pemimpin bangsa menolak pandangan dan kebijakan IPCC bentukan PBB. Begitu juga dengan beberapa pemikiran yang populer tapi salah jalan, seperti ''An Inconvenient Truth'' (sebagaimana dikemukakan Al Gore --Red).

Agar semua pajak, regulasi, dan intervensi sejenis yang bertujuan mengurangi kadar karbon ditinggalkan.

Disetujui di New York, 4 Maret 2008

- Ratusan ilmuwan membantah temuan IPCC tentang pemanasan global.

- Mereka tak percaya perubahan iklim disebabkan aktivitas manusia.

- Gerakan ini didukung kalangan industri besar.
Nur Hidayat



Post Date : 09 April 2008