Air Minum dan Sanitasi Masalah Utama Masyarakat Kota

Sumber:Jurnal Nasional - 08 April 2010
Kategori:Sanitasi

JUMLAH warga kota semakin hari semakin meningkat. Hal ini membawa berbagai macam masalah yang harus segera ditangani. Dua hal yang hingga kini masih menjadi masalah belum teratasi adalah soal ketersediaan air bersih dan sanitasi.

"Isu besar yang hingga kini masih menjadi masalah adalah urusan minum dan sanitasi. Belum semua orang dapat mengakses air minum yang aman dan sanitasi yang baik," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam konferensi persnya usai membuka Seminar Peringatan Hari Kesehatan Sedunia (HKS) ke-62 di Jakarta, Rabu (7/4). Menurutnya, untuk mengatasi permasalahan ini tidak bisa hanya bergantung pada peran pemerintah, semua pihak harus ikut terlibat.

Dikatakan Menkes, setidaknya kini setengah penduduk dunia tinggal di perkotaan dan jumlahnya terus bertambah setiap hari. Kecepatan urbanisasi inilah yang terkadang melebihi kemampuan pemerintah untuk membangun infrastruktur penting. Urbanisasi yang tidak terencana dapat meningkatkan krisis kemanusiaan dan konsekuensi keamanan kesehatan. Saat ini di Indonesia, sepertiga warga kota tinggal di kawasan kumuh yang rentan penyakit. "Untuk masyarakat perkotaan penyakit ditemukan lebih banyak dan beragam seperti infeksi menular, demam berdarah dengue, kurang gizi, diare, serta penyakit degenerif," katanya.

Perwakilan Badan Kesehatan Dunia WHO untuk Indonesia Khanchit Limpakarnjanarat mengatakan, urbanisasi adalah bagian dari perkembangan cepat di Indonesia yang perlu segera ditangani. Setidaknya kini Jakarta adalah salah satu kota megapolitan dunia yang sangat mencirikan keadaan perkotaan dengan 17 juta penduduk tinggal di dalam dan sekelilingnya. Sementara delapan kota lain di Indonesia berpenduduk lebih dari 1 juta orang. WHO melansir pada tahun 2009 lebih dari 43 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan dengan prediksi pada tahun 2025 lebih dari 60 persennya akan tinggal di pusat kota.

Menurutnya, masalah kesehatan di perkotaan di kawasan Asia Tenggara banyak berkaitan dengan air, listrik, perumahan, transportasi, polusi lingkungan, kriminalitas, kecelakaan, penyakit tidak menular dan menular, konsumsi tembakau, diet tidak sehat dan kurang aktifnya fisik, penyalahgunaan napza, serta kurangnya dukungan terhadap kaum lanjut usia.

Menkes mengatakan, pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk menyehatkan warga kota. Beberapa program yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan di antaranya Program Kota Sehat yang dimulai sejak tahun 2005. "Saat ini ada 77 kota di Indonesia yang sudah dibina untuk melakukan program Kota Sehat dan 30 kota di antaranya sudah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Kota Sehat," katanya.

Selain itu, Kemenkes juga mempunyai program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang memiliki lima komponen yaitu Stop Buang Air Besar sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, pengelolaan sampah, serta pengelolaan limbah rumah tangga.

WHO menetapkan HKS jatuh pada 7 April sesuai dengan lahirnya WHO pada 7 April 1948. Tema HKS tahun ini dari WHO, "Urbanization and Health" yang sepakati untuk tema nasional menjadi "Kota Sehat, Warga Sehat".

Mengutip pesan Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara Samlee Plianbangchang, saat ini 11 negara Asia Tenggara tinggal di perkotaan. Jumlah ini adalah separuh dari populasi perkotaan di dunia yang diperkirakan akan meningkat hingga 60 persen di tahun 2030 dan menjadi 70 persen di tahun 2050. Lebih dari sepertiga penduduk kota tinggal di kawasan kumuh dan kecenderungan ini berjalan bersamaan dengan meningkatnya urbanisasi dan globalisasi. Infrastruktur dan pelayanan di kota dibebani kebutuhan dan permintaan penduduk kota dan kaum migran, memengaruhi kesehatan fisik, sosial, serta mental penduduk kota. Nunik Triana



Post Date : 08 April 2010