Air Tanah di Sleman Cemar E Coli

Sumber:Kompas - 23 Agustus 2008
Kategori:Sanitasi

SLEMAN, KOMPAS - Sekitar 54 persen air tanah di Kabupaten Sleman tercemar bakteri Escherichia coli, atau yang biasa dikenal dengan nama E coli, yang melampaui ambang batas kesehatan. Masyarakat diimbau untuk berhati-hati dan selalu memasak air yang digunakan untuk kebutuhan minum agar terhindar dari berbagai penyakit pencernaan. Hal ini terungkap dari hasil laporan pemeriksaan kualitas air rutin tahun 2008 yang dilakukan Dinas Kesehatan Sleman.

Pemeriksaan dilakukan pada bulan Juli lalu, dengan mengambil 823 sampel yang berasal dari 26 lokasi yang tersebar di 17 kecamatan di seluruh wilayah Sleman. Selain bakteri E coli, pemeriksaan juga dilakukan terhadap kandungan sembilan zat kimia dalam air, seperti sulfat (SO4), besi (FE), dan nitrat (NO2N). Kepala Dinas Kesehatan Sleman Intriati Yudatiningsih ketika ditemui, Jumat (22/8), mengemukakan pemeriksaan kualitas air yang dilakukan menggunakan parameter yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/1990 tentang Ambang Batas Air Bersih dan Air Minum. Dalam ketentuan itu, air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah yang jumlah bakteri E coli-nya di bawah 50 per 100 mililiter air, tuturnya.

Dari 17 kecamatan yang diperiksa, Moyudan merupakan wilayah dengan kualitas air terburuk, yakni dari 12 sampel yang diambil, hanya satu yang memenuhi syarat (8,3 persen). Peringkat selanjutnya ditempati oleh Kecamatan Prambanan (23,5 persen) dan Sleman (25,4 persen). Sampel yang diambil dari 14 jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di seluruh Sleman hanya terdapat dua titik yang kadar E coli-nya dalam batas normal. Menindaklanjuti hal tersebut, Intriati mengatakan pihaknya telah memberikan rekomendasi tindakan melalui puskesmas di wilayah-wilayah yang kualitas air tanahnya tercemar berat E coli tersebut. Kami rekomendasi melakukan terapi dengan pemberian zat-zat kimia untuk membunuh bakteri dan sosialisasi kepada warga agar selalu memasak air yang akan dikonsumsi, ucapnya.

Sanitasi Sementara itu, Kepala Seksi Pemantauan dan Pemulihan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (KPDL) Sleman Epiphana Kristiyani mengatakan salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran air tanah adalah menjaga sanitasi air limbah masyarakat. Pasalnya, bakteri E coli banyak berasal dari tinja manusia. Permasalahan yang muncul saat ini adalah semakin padatnya pemukiman di Sleman, yang tidak lagi mengindahkan jarak ideal 10 meter antara sumber air dan kakus, menyebabkan bakteri dari tinja bercampur dengan air bersih. (ENG)



Post Date : 23 Agustus 2008