Air Waduk Gunungrowo Berkurang

Sumber:Suara Merdeka - 31 Maret 2005
Kategori:Drainase
PATI - Menghadapi musim tanam (MT) padi kedua, para petani di wilayah Kecamatan Pati, Kecamatan Wedarijaksa, dan Kecamatan Juwana perlu hati-hati dan waspada agar tidak terancam gagal panen. Sebab, air di Waduk Gunungrowo serta Seloromo saat ini tidak bisa maksimal.

Kepala Subdin Pengairan Dinas Permukiman dan Prasarana (Diskimpras) Kabupaten Pati Soetarno ST mengemukakan hal tersebut, Rabu (30/3) kemarin, sebagai langkah awal menghadapi MT padi kedua. Karena itu, lanjut dia, pihaknya sudah mengirim surat pemberitahuan kepada para kelompok tani pemakai air di wilayah kecamatan-kecamatan tersebut.

Hal itu dimaksudkan agar pengurus kelompok memberitahu anggotanya tentang kondisi isian air kedua waduk yang tak bisa maksimal sehingga tidak buru-buru mengambil keputusan untuk kembali menanam padi. Apalagi, pada April sudah diprediksikan memasuki musim kemarau.

Dengan demikian, para petani yang lokasi lahannya paling hilir hendaknya tidak usah memaksakan diri untuk tetap menanam padi. Risiko yang akan dihadapi bila hal itu tetap dipaksakan, pada saat awal musim tanam seperti sekarang permintaan kebutuhan air masih bisa dipenuhi.

Akan tetapi pada paro perjalanan atau sekitar satu setengah bulan lagi, pihaknya tentu hanya akan memenuhi kebutuhan air para petani yang benar-benar sangat mendesak. Dengan kata lain, tidak setiap permintaan air dari para petani dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan.

Padahal, bila pelaksanaan tanam padi dimulai sekarang maka satu setengah bulan kemudian tanaman tersebut sudah mulai memasuki masa pembuahan. ''Bagiamana jika kebutuhan air tidak bisa dipenuhi, risikonya tanaman padi itu pasti terancam kering,'' ujarnya.

43%

Sebagai gambaran isian air kedua waduk tersebut, kata Soetarno, juga sudah disampaikan kepada Kepala Ranting Pengairan baik di Pati maupun Juwana. Kondisi air Waduk Gunungrowo misalnya, sampai sekarang baru 2.215.000 m3 atau (43%) dari kapasitas daya tampung 5.150.000 m3.

Jika dibandingkan dengan isian air pada akhir bulan yang sama 2004, hal tersebut masih jauh dari harapan. Sebab, pada akhir Maret tahun itu kapasitas air Waduk Gunungrowo sudah penuh, sehingga para petani dalam menghadapi MT kedua, untuk kebutuhan air tetap aman.

Demikian pula untuk Waduk Seloromo yang berkapasitas daya tampung 9,5 juta m3, hingga akhir bulan ini baru terisi lebih kurang 6,2 juta m3 (65%). Ketidakmaksimalan isian air kedua waduk itu karena daerah tangkapan air di kawasan timur Lereng Muria sudah menurun akibat kerusakan hutan lindung.

Di samping itu, perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang tidak ramah lagi terhadap hutan lindung dan penebangan pohon di kaki bukit yang disulap menjadi areal tegalan dengan ditanami tanaman semusim, juga sangat berpengaruh.

Akibatnya, kawasan yang menjadi daerah tangkapan air itu sangat berkurang dan dampaknya pun sangat berpengaruh pada isi kedua waduk.

Untuk mengembalikan kondisi hutan lindung di kawasan timur Lereng Muria pada saat ini seperti bermimpi pada siang hari bolong karena tidak hanya cukup satu atau dua tahun. ''Jika hal itu tidak ditunjang kesadaran masyarakat, jangan harap kondisi alam sekitar waduk dapat kembali seperti semula.''(ad-15j)



Post Date : 31 Maret 2005