Aksi Nyata Sudah Mendesak

Sumber:Kompas - 16 Desember 2009
Kategori:Climate

Vatican City, Selasa - Paus Benediktus XVI mendesak adanya aksi nyata untuk melindungi lingkungan hidup kita. Perubahan iklim dan bencana alam yang terjadi selama ini telah mengancam hak untuk hidup, hak atas makanan dan kesehatan, serta hak atas perdamaian yang nyata.

Seruan tersebut disampaikan Paus Benediktus XVI di Vatican City, Vatikan, Selasa (15/12). Pesan itu disampaikan menyongsong peringatan Hari Perdamaian Dunia yang jatuh pada 1 Januari mendatang.

Pesan itu disampaikan lebih awal karena momentumnya tepat dengan adanya Konferensi Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen, Denmark, dengan sekitar 110 kepala negara/pemerintahan akan hadir pada 17-18 Desember ini. Para pemimpin negara/pemerintahan direncanakan menelurkan kesepakatan guna menekan emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global.

Paus menegaskan, persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ada sekarang merupakan wujud krisis moral yang butuh pemikiran ulang tentang cara hidup kita.

Paus menggarisbawahi, perubahan iklim telah mengakibatkan penggurunan, mendorong jutaan manusia ke arah pemiskinan, kelaparan, konflik, dan terusir dari tempat tinggalnya. ”Semua ini merupakan isu yang akan berdampak besar terhadap praktik pemenuhan hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup, hak akan makanan, kesehatan, dan pembangunan,” kata Paus.

”Kita tak bisa terus begini, tanpa perubahan besar dalam hidup kita, dengan memperbarui cara hidup kita,” ujarnya menyentuh masalah yang membawanya pada julukan ”Paus ramah lingkungan”.

Dia mendesak komunitas yang maju untuk menjalankan ”cara hidup sederhana”, mengurangi konsumsi energi, dan mendukung kebijakan energi efisien. Dia mendorong riset untuk mengeksploitasi energi surya, pengelolaan hutan yang baik, serta meningkatkan pengolahan sampah dan limbah.

Tanggung jawab

Paus menegaskan, negara-negara industri harus mengakui tanggung jawabnya terhadap krisis lingkungan yang sekarang muncul dan menunjukkan solidaritasnya kepada negara-negara berkembang. Bagaimanapun, negara-negara berkembang dengan ekonomi maju tidak bebas dari tanggung jawab, tetapi perlu aksi global yang terkoordinasi.

Hingga Senin lalu di Kopenhagen masih ada jurang dalam memisahkan tuntutan negara berkembang akan pendanaan adaptasi dengan sikap negara-negara maju yang terkesan menghindar dari komitmen mengurangi emisinya.

Paus telah berulang kali menyerukan aksi penyelamatan Bumi. Langkah nyata, antara lain, turut dalam proyek penghutanan kembali untuk offset emisi dan memasang sel surya di atap auditorium Paul VI, Vatikan.

Rabu demo besar

Di Kopenhagen gelombang besar pengunjuk rasa dipastikan mewarnai negosiasi iklim Konferensi Perubahan Iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark, hari ini.

Ribuan orang dari ratusan organisasi dan puluhan negara, termasuk Indonesia, bersama-sama mendesak, negosiasi harus menghasilkan kesepakatan yang berorientasi pada penghargaan terhadap kemanusiaan.

Dalam jumpa pers, perwakilan organisasi nonpemerintah menilai negosiasi telah mengkhianati visi utamanya. ”Kita harus merebut kembali kepercayaan kita dari ruang negosiasi,” kata Anne Petermann dari Global Justice Ecology Project.

Demonstrasi akan diikuti aktivis lingkungan, kelompok masyarakat adat, dan pendukung penegakan hak asasi manusia. Mereka akan long march dari kawasan kota menuju pagar depan kompleks Bella Center. Negosiasi tinggal tiga hari sebelum ditutup Jumat (18/12).

Hari Rabu dipilih sebagai aksi kedua karena bersamaan dengan pertemuan tingkat menteri, yang memiliki kekuatan politis lebih besar daripada para negosiator. Demo juga ditujukan bagi sekitar 110 kepala negara/pemerintahan yang bertemu 17-18 Desember.

Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer, dalam pernyataan sebelumnya, mengatakan, demonstrasi besar seperti pekan lalu sedikit banyak memengaruhi suasana negosiasi. Faktanya, hingga kemarin para negosiator masih belum menyepakati beberapa hal penting, di antaranya masa depan Protokol Kyoto, pendanaan mitigasi dan adaptasi, serta penurunan emisi gas rumah kaca dari negara-negara maju.(AP/GSA/ISW)



Post Date : 16 Desember 2009