Al Gore Kecam Amerika

Sumber:Koran Sindo - 14 Desember 2007
Kategori:Climate
NUSA DUA (SINDO) Peraih Nobel Perdamaian 2007 Al Gore menyebut pemerintah Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas terganjalnya perundingan dalam Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali. Gore mendesak seluruh delegasi konferensi bertindak serius untuk menghasilkan kesepakatan menghadapi ancaman perubahan iklim.

Saat ini perundingan terancam runtuh karena sikap AS yang menolak terikat dalam komitmen mengurangi emisi sebesar 2540% pada 2020 di bawah level tahun 1990, seperti tercantum dalam Bali Roadmap. Negara saya,AS, secara prinsip bertanggung jawab atas terhambatnya kemajuan di Bali saat ini. Kita tahu itu, tegas mantan Wapres AS itu di hadapan delegasi dari 190 negara di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, tadi malam.

Pernyataan Gore di hari terakhir menjelang penutupan konferensi hari ini disambut tepuk tangan meriah dari seluruh delegasi. Namun, Gore memberi catatan penting bahwa AS bukan satu-satunya negara yang bertanggung jawab atas pemanasan global. Gore menyadari masih banyak hal yang perlu dinegosiasikan. Bahkan, Gore mengajak perundingan Bali dilakukan tanpa AS. Anda memiliki dua pilihan,Anda dapat mengalami frustrasi dan marah atas perilaku AS atau kita juga dapat menyelesaikan hambatan dan maju ke depan,ungkap Gore. Dua tahun mendatang, Gore berharap sikap AS akan berbeda dari saat ini,terutama setelah pemilihan presiden.

Setahun dan 40 hari dari sekarang akan ada perubahan besar di AS,ujar dia. Namun, Gore meminta masyarakat dunia melihat AS tidak hanya pada Gedung Putih, tapi juga perkembangan di tingkat legislatif. Menurut dia, saat ini Senat AS telah mengesahkan rancangan undang-undang untuk target pemotongan emisi di masa depan. Sebanyak 700 kota dan wali kota dari Partai Demokrat telah setuju untuk menandatangani Protokol Kyoto dan mengurangi emisi gas. Itu masih ditambah 100 pelaku industri yang memberikan mandat serupa, tegasnya.

Gore berharap para delegasi tidak menyia-nyiakan momentum yang saat ini ada di Bali untuk menyepakati kerangka kerja pembahasan Protokol Kyoto pasca- 2012.Seluruh kesepakatan tentang Protokol Kyoto pasca-2012 itu diharapkan akan selesai pada 2009. Seluruh delegasi berharapharap cemas pada hasil kesepakatan UNFCCC yang akan diumumkan hari ini. Penutupan UNFCCC akan menghasilkan keputusan tentang Bali Roadmap yang akan menjadi kerangka kerja pembahasan Protokol Kyoto fase II pasca-2012. Jika Anda telah melihat banyak fakta tentang situasi ini (ancaman perubahan iklim), bertindaklah! ungkap Al Gore. Ini tantangan yang harus kita selesaikan untuk menyelamatkan dunia, tambahnya.

UNFCCC Bisa Deadlock

Sebelum pidato Gore, Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer memperingatkan kemungkinan deadlockdalam perundingan di Bali saat ini. Deadlock itu terjadi akibat sikap AS yang tetap menolak pencantuman pemotongan emisi sebesar 2540% pada 2020. Sebaliknya, Uni Eropa (UE) mendesak target itu dicantumkan dalam Bali Roadmap yang akan disepakati seluruh pemimpin negara hari ini.Tidak hanya itu, AS juga menghambat usulan tentang alih teknologi, adaptasi, dan deforestasi. Saya sangat khawatir tentang kondisi ini.

Jika kita tidak mendapat kesepakatan tentang masa depan, seluruh bangunan perundingan akan runtuh, kata De Boer. Tidak hanya AS, Jepang dan beberapa negara industri lain juga berargumen bahwa pencantuman target angka pengurangan itu akan membatasi lingkup perundingan di masa depan. Uni Eropa didukung sejumlah negara lain menegaskan bahwa target pengurangan itu berdasarkan laporan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC)yang juga memenangkan Nobel Perdamaian tahun ini bersama Gore. Pada pukul 12 siang besok, konferensi akan berakhir.

Kita akan mencapai situasi apakah kesepakatan akan dicapai atau tidak, ujar De Boer. Sejak awal konferensi pada 3 Desember, AS telah mengganjal proses negosiasi. AS merupakan penghasil emisi terbesar di dunia dan satu-satunya negara industri yang menolak meratifikasi Protokol Kyoto, pakta global pengurangan emisi. Target pengurangan emisi itu ditujukan untuk seluruh negara industri.

Ini belum disepakati sepenuhnya. Kita akan melihat dan menunggu kesepakatan nanti, ungkap De Boer. Di tengah perdebatan alot tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri dan pemimpin delegasi AS, Paula Dobriansky, menegaskan bahwa konferensi kali ini hanya awal negosiasi, bukan akhir segalanya. Kita tidak menyetujui seluruh isu di Bali ini, kata Dobriansky. AS berdalih mereka meminta rincian lebih lanjut tentang isu-isu yang akan disepakati dalam Bali Roadmap.

Pakar lingkungan berharap negosiasi di Bali dapat menghasilkan kesepakatan penting di masa depan. Mereka menuding negaranegara seperti AS, Kanada, Jepang,dan Arab Saudi menghambat tuntutan negara berkembang terkait dana adaptasi, mitigasi, dan transfer teknologi. Jennifer Morgan dari Third Generation Environmentalism mendesak agar Bali Roadmap dapat tercapai hari ini.Tidak ada rencana B karena kita hanya memiliki satu planet untuk dijaga,tegasnya.

UE Ancam Boikot

Terhadap sikap keras kepala AS, Uni Eropa mengancam akan memboikot pertemuan mengenai perubahan iklim yang akan diselenggarakan di Negeri Paman Sam itu bulan depan. Tidak ada hasil di Bali berarti tidak ada Pertemuan Kekuatan Ekonomi Utama, ungkap Menteri Lingkungan Jerman Sigmar Gabriel di Nusa Dua, Bali,kemarin. AS mengundang sekitar 16 negara kekuatan ekonomi, termasuk anggota UE dalam sebuah pertemuan di Washington. Undangan lainnya Jepang, China, dan Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut rencananya akan dibahas program yang akan diputuskan oleh masing-masing negara untuk memangkas emisi gas rumah kaca. Di tengah ancaman macetnya perundingan, Ketua Delegasi Indonesia Emil Salim menegaskan bila target pengurangan emisi ti- dak disepakati pun bukan akhir segalanya. Jangan berpikir ada solusi yang mudah untuk mencapai kesepakatan di sini, namun semua masih berproses. Ini bagian dari permainan dalam proses negosiasi, kata Emil. Emil meminta seluruh pihak tenang menunggu hasil kesepakatan Bali Roadmap.

Jangan khawatir, mayoritas peserta konferensi sudah berada dalam jalur yang benar,ungkapnya.Saya optimistis. Pertemuan Bali adalah awal dari proses,bukan akhir.Artinya, jika tidak mencapai kesepakatan di sini, kita masih memiliki kesempatan dalam pertemuan di Polandia dan Denmark. Jika tidak ada kesepakatan di Bali, ini bukan bencana, tegas Emil. Dia menegaskan, Indonesia akan mendorong segala upaya untuk menyukseskan pertemuan di Bali ini, terutama untuk memasukkan target pengurangan emisi sebesar 2540% pada 2020 di bawah level tahun 1990.

Presiden Tinggal Lebih Lama

Berkaitan dengan upaya mendorong tercapainya kesepakatan Bali Roadmap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memutuskan untuk tinggal lebih lama di Bali untuk mengawal perundingan UNFCCC. Menurut rencana, Presiden bertolak ke Jakarta pada Jumat (14/12), namun karena negosiasi beberapa isu masih alot, Presiden akhirnya menetap hingga Sabtu (15/12). Presiden menyatakan kepada Sekjen PBB (Ban Ki-moon) bahwa Presiden akan tinggal sampai Sabtu pagi untuk terus menjaga proses ini, jelas Juru Bicara (Jubir) Kepresidenan Dino Patti Djalal di Jimbaran, Bali,kemarin.

Presiden bahkan menggelar pertemuan tertutup yang dihadiri oleh sejumlah kepala negara, termasuk Sekjen PBB Ban Ki-moon di Hotel Intercontinental, Jimbaran, Bali. Isu utama yang dibahas para kepala negara dalam pertemuan selama satu setengah jam tersebut mengenai opsi arah perundingan. Saya kira yang paling alot mengenai proses,yaitu ada perundingan ke arah multilateral.Pasca-2012 perundingan itu akan melalui pintu mana? Pintu Protokol (Kyoto) atau UNFCCC?papar Dino.

Dino juga menegaskan, seluruh negara peserta, baik negara maju maupun negara berkembang harus ikut dalam kerangka kerja tentang perubahan iklim yang terakhir ini. Para Kepala Negara dan Sekjen PBB, lanjut dia, berharap Bali Roadmap bisa disepakati hari ini. Selain Ban Ki-moon,turut hadir dalam pertemuan tertutup tersebut, Perdana Menteri (PM) Australia Kevin Rudd,PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Norwegia Jens Stoltenberg,dan PM Papua Nugini Michael Somare. (syarifudin/maya sofia)



Post Date : 14 Desember 2007