Amerika Akan Turut Beraksi

Sumber:Kompas - 23 September 2009
Kategori:Lingkungan

New York, SelasaPresiden Amerika Serikat Barack Obama, Selasa (22/9), menegaskan kembali bahwa AS bertekad turut beraksi dalam menghadapi krisis iklim akibat pemanasan global. Pada kesempatan yang sama, Perdana Menteri Jepang yang baru Yukio Hatoyama menegaskan hal serupa.

Barack Obama di hadapan sekitar 100 kepala negara, pada pertemuan puncak perubahan iklim yang digelar PBB dan dipimpin Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menegaskan bahwa AS adalah mitra serius dalam menghadapi ancaman perubahan iklim,

”Kami bertekad turut melakukan aksi,” ujar Obama. ”Perjalanannya amat berat dan kita tak punya banyak waktu untuk melakukannya,” ujarnya dalam pidato singkat.

Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, yang dilantik hari Rabu (16/9), dalam pidatonya menegaskan, tahun 2020 negaranya akan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 25 persen dari tingkat emisi tahun 1990.

Hatoyama juga mengatakan, Jepang siap mengucurkan dana dan bantuan teknis untuk membantu negara miskin mengurangi emisi gas rumah kacanya.

Dia menyerukan ”kerangka kerja internasional yang adil dan efektif” yang memungkinkan semua negara mengurangi emisi.

Pertemuan kepala negara itu menjadi momentum persiapan menjelang Pertemuan Para Pihak Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, 7-18 Desember 2009. Di sana akan diambil kesepakatan; meneruskan atau tidak rezim Protokol Kyoto tahun 1997 yang masa berlakunya berakhir pada tahun 2012.

India dan China, sebagai negara dengan emisi gas rumah kaca yang tinggi, mendapat sorotan kuat dan ditunggu untuk melakukan perubahan substansial. Perubahan serupa juga ditunggu dari negara-negara maju.

Emisi gas rumah kaca China dan AS masing-masing sekitar 20 persen emisi dunia. Uni Eropa sekitar 14 persen, Rusia dan India masing-masing 5 persen.

Presiden China Hu Jintao diharapkan memaparkan rancangan baru program penghematan energi dan rencana target pengurangan emisinya.

China telah mengurangi intensitas penggunaan energinya empat tahun lalu dan memiliki rencana intensifikasi karbon hingga tahun 2015. China juga berjanji menggunakan 15 persen sumber energi terbarukan pada tahun 2020.

Sementara itu, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar seusai pertemuan Major Economic Forum—pertemuan informal menteri-menteri yang diprakarsai AS di pinggiran New York-melalui Sekretaris Dewan Nasional Perubahan Iklim Agus Purnomo mengatakan, ”Ada new vibration yang optimistik terhadap sukses di Kopenhagen nanti. Tinggal ketegasan AS.”

Menteri Iklim Inggris Ed Miliband mengatakan, Inggris akan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga lebih sepertiga—dari basis emisi tahun 1990—pada tahun 2020. Sekitar 40 persen sistem kelistrikannya akan menggunakan sumber energi terbarukan. (AP/REUTER/ISW)



Post Date : 23 September 2009