Angan-angan Sehat dari Umbulmartani

Sumber:Suara Pembaruan - 19 Maret 2005
Kategori:Sanitasi
Bagi sebagian orang, nama Umbulmartani memang belum terlalu dikenal. Umbulmartani adalah nama sebuah desa yang terletak di Provinsi Yogyakarta. Secara administratif, desa ini menjadi bagian dari Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Indonesia, desa di Kabupaten Sleman mempunyai kedudukan yang sederajat dengan kelurahan. Sehingga tidak heran kalau pemimpinnya disebut "lurah desa".

Kalau dilihat dari jumlah penduduk, desa ini layak disebut sebagai kecamatan. Penduduknya mencapai 25.000 jiwa, tetapi yang tercatat di kantor desa hanya sekitar 10.000 jiwa atau 2.500 kepala keluarga (KK). Hal itu bisa terjadi karena sebagian besar kawasan ini dihuni oleh anak-anak kos yang menuntut ilmu di Universitas Islam Indonesia (UII). "Daerah ini bisa berkembang pesat karena ada kampus terpadu UII. Harga tanah di sini juga mahal, tidak boleh Rp 1 juta kalau letaknya di pinggir jalan," ujar Momon, aktivis LSM [e] Foundation.

Adalah [e] Foundation yang berinisiatif mengubah pola kehidupan masyarakat desa yang sebelumnya dinilai tidak sehat. Mereka berupaya mendidik masyarakat menjalani kehidupan yang sehat, dimulai dengan membangun jamban keluarga. "Kalau dulu, sebagian besar warga desa membuang hajat di sungai yang kami sebut dengan "wc panjang" atau di kebun kosong. Sekarang perilaku hidup tak sehat itu sudah ditinggalkan karena mereka sudah memiliki jamban sendiri, meski dibangun dengan sangat sederhana," ujar Momon.

Kegiatan LSM ini disambut antusiasme warga desa, khususnya ibu-ibu PKK yang dipimpin istri lurah desa Umbulmartani, Heny Kusharyati. Seperti halnya di sejumlah wilayah lainnya di Indonesia, kegiatan pemberdayaan masyarakat selalu terbentur persoalan dana. Itu persoalan klasik bangsa ini dan pemerintah selalu menyatakan tidak mempunyai uang karena memang sebagian besar anggaran negara digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan membayar utang dalam negeri dan luar negeri, serta diperparah oleh tingkat korupsi para birokrat.

Kendala keuangan akhirnya bisa diatasi, setelah Bank Dunia memberikan hibah senilai Rp 15,3 juta pada Agustus 2002. Dengan bantuan tersebut, PKK desa dan [e] Foundation bahu-membahu mengajak warga untuk mewujudkan lingkungan yang sehat di Umbulmartani.

Hibah Bank Dunia kemudian dijadikan dana bergulir yang bisa dipinjam warga untuk membangun atau memperbaiki jamban keluarga. Program itu diberi nama "Kredit Jamban Sehat".

Besar pinjaman bagi setiap KK ditetapkan mulai Rp 750 ribu sampai Rp 1,275 juta. Pengembaliannya dilakukan dengan angsuran selama 10 bulan sampai 24 bulan. Pinjaman itu juga dikenakan bunga 1,5 persen per bulan dan pengelola memberikan sanksi tertentu kepada peminjam yang tidak menepati waktu angsuran. Sanksi itu berupa denda sebesar 5 persen dari bunga pinjaman.

Dana yang dipinjam tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, kecuali membangun atau memperbaiki jamban sehat. Kriteria jamban sehat adalah tertutup, tetapi memiliki ventilasi udara, tidak berbau, berlantai dan memiliki saluran air, jarak septic tank minimal 10 meter dari sumur, dan di jamban itu tersedia air.

Kalau pada Agustus 2002 hibah Bank Dunia bisa digunakan membangun atau memperbaiki 12 jamban keluarga, pada Februari 2005 jumlahnya melonjak menjadi 40 jamban keluarga.

Menurut Lurah Desa Umbulmartani Atok Triyudianta, saat ini diperkirakan masih ada sekitar 30 persen warganya yang belum memiliki jamban sehat. Kalau dana yang digunakan untuk membantu warga hanya berasal dari Bank Dunia, tentu saja dibutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk mewujudkan jamban sehat di desanya.

Setelah mencari berbagai informasi, akhirnya mereka mengetahui bahwa PT Ford Motor Indonesia (FMI) mempunyai dana hibah dalam upaya melestarikan lingkungan. "Kami mengajukan proposal ke FMI dan mereka mau membantu warga membangun jamban sehat. Kalau kebiasaan menggunakan "wc panjang" terus berlanjut, kami khawatir air tanah di bagian utara Yogyakarta ini akan semakin tercemar dan kawasan ini tidak bisa lagi menyangga kebutuhan air bagi Provinsi Yogyakarta," ujar Momon.

Terkait dengan itu, General Marketing Manager FMI Bagus Susanto menyatakan pihaknya memiliki program hibah konservasi dan lingkungan yang mulai bergulir sejak tahun 2002. Program ini memberikan hibah dana kepada proyek-proyek yang dinilai berdedikasi dalam pelestarian lingkungan, sejarah, dan budaya. Khusus Desa Umbulmartani, FMI memberikan hibah sekitar Rp 41 juta yang penyerahannya dilakukan secara bertahap mulai Mei 2004. Sampai Februari 2005, jumlah bantuan yang sudah disalurkan mencapai Rp 20,7 juta.

"Setiap tahun kami menyediakan hibah sekitar Rp 300 juta sampai Rp 500 juta. Ada sekitar 40 sampai 50 proposal yang masuk setiap tahun dan setelah diseleksi juri independen, ditetapkan lima sampai enam proyek yang memperoleh hibah, termasuk program jamban sehat di Desa Umbulmartani. Program ini adalah program perbaikan lingkungan permukiman secara mandiri melalui usaha perbaikan sanitasi. Program lain dari hibah FMI adalah konservasi hutan bakau di Makassar dan penggalian situs candi di Bekasi," ujar Bagus.

Hibah FMI dirasakan sangat membantu usaha perbaikan sanitasi di Umbulmartani. Dari hibah tersebut, jumlah pinjaman kepada warga bisa ditingkatkan menjadi maksimal Rp 1,5 juta per KK. Dengan dana tersebut, pada Mei 2004 sudah ada tambahan 11 jamban sehat dan sampai Februari 2005, jumlahnya bertambah lagi menjadi 15 jamban sehat. Selain membangun jamban, sebagian bunga pinjaman dana bergulir juga digunakan meningkatkan gizi balita melalui program pemberian makanan tambahan dalam kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu).

"Kalau program pembuatan jamban sehat dan perbaikan gizi balita bisa terus bergulir, kami memiliki angan-angan Umbulmartani menjadi sehat, Yogyakarta sehat, dan Indonesia pun sehat," ujar Heny Kusharyati.

Indonesia bisa betul-betul menjadi sehat, apabila jutaan perusahaan di negeri ini memiliki kepedulian dengan memberikan hibah dana bagi upaya pelestarian lingkungan, khususnya perbaikan sanitasi lingkungan. Kepedulian itu, termasuk dari pemerintahan yang tidak korup, akan membuat sehat, bukan lagi menjadi sekadar angan-angan di negeri ini. PEMBARUAN/ANSELMUS BATA

Post Date : 19 Maret 2005