AS dan Tiongkok Tolak Atasi Polusi

Sumber:Suara Pembaruan - 15 Desember 2009
Kategori:Climate

[KOPENHAGEN] Dua penghasil gas karbon terbesar dunia, Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), Selasa (15/12), mengatakan, tidak akan bergeming atas tawaran untuk mengatasi polusi yang mereka hasilkan. Tiongkok mengatakan langkah mereka untuk persoalan iklim tidak untuk didiskusikan.

"Kami umumkan target-target, kami tidak punya ke- inginan untuk mendiskusikannya," kata Yu Qingtai, utusan Tiongkok dalam konferensi perubahan iklim di Kopenhagen. Sedangkan, Ketua Delegasi AS, Todd Stern mengatakan, AS tidak akan membuat komitmen apa pun saat ini, karena situasinya masih belum jelas.

Sebelumnya, Todd mengatakan, Presiden AS Barack Obama telah menegaskan tawarannya untuk pengurangan emisi gas rumah kaca. "Komitmen kami terikat pada legislasi dan ada elemen-elemen dalam legislasi yang bisa menghasilkan pencapaian atau pengurangan dalam jumlah total yang tinggi," tuturnya.

Obama telah menawarkan pengurangan emisi karbon AS sebesar 17 persen pada 2020. Namun, Uni Eropa memandang tawaran AS itu masih belum memadai. Kami tidak mau menjanjikan sesuatu yang kami tidak miliki," tambahnya.

Posisi Tiongkok dan AS sebagai penghasil emisi karbon terbesar dunia sangat penting dalam negosiasi pembuatan pakta global perubahan iklim yang baru.

"Kami perlu keterlibatan Tiongkok untuk menghasilkan perjanjian yang ambisius," kata Perdana Menteri Denmark Lokke Rasmussen. Dia menambahkan, dirinya telah berbicara dengan PM Tiongkok Wen Jiabao dan merasa terdorong bahwa Tiongkok telah memiliki keinginan untuk mengurangi emisi gas karbon yang dihasilkannya.

Sangat Tinggi

Tiongkok telah berjanji untuk mengurangi emisi gas karbon per unit produk domestik bruto (PDB) sebesar 40-45 persen pada 2020. Jumlah itu mesti dicapai dengan efisiensi energi dan penggantian sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Tapi, pengamat mengatakan, janji Tiongkok itu bukan sebuah jawaban memuaskan.

Jumlah emisi yang dihasilkan Tiongkok dinilai tetap akan sangat tinggi, sejalan dengan berlanjutnya pertumbuhan dan ekspansi ekonomi Tiongkok. Menurut Rasmussen, yang diperlukan adalah bagaimana keputusan nasional itu diterjemahkan dalam bahasa internasional. [AFP/B-14]



Post Date : 16 Desember 2009