Atasi Krisis Lingkungan dengan Program Satu Penumpang Satu Pohon

Sumber:Media Indonesia - 22 April 2008
Kategori:Climate

SELASA (15/4) siang itu, speed boat meninggalkan Dermaga Kereng Bengkirai, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Kapal-kapal yang dinaiki masing-masing sekitar 20 orang itu terus melaju. Air sungai berwarna cokelat yang dilintasi kapal-kapal itu tersibak. Gelombang air pun terpecah membentuk ombak.

Tak lebih dari 5 menit, tiga kapal itu telah melewati Sungai Sebangau. Kapal yang dipenuhi penumpang rombongan dari Garuda Indonesia, World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia, wartawan, dan staf Pemprov Kalteng terus melesat menuju daerah rawa-rawa.

Tiga kapal yang bergerak secara konvoi itu kadang miring ke kiri dan ke kanan karena harus menyusuri rawa-rawa yang dipenuhi pohon-pohon pandan raksasa. Ribuan pohon pandan setinggi sekitar 2-3 meter memenuhi lahan gambut yang berupa rawa.

Setelah 15 menit menyusuri sungai dan rawa, tiga kapal itu pun mulai bergerak pelan. Di tengah rawa dan dataran yang dipenuhi air, tampak sebuah rumah panggung. Rumah panggung yang terbuat dari kayu itu terletak persis di hulu Sungai Sebangau, kawasan Taman Nasional Sebangau. Ketika rombongan tiba, rumah tersebut telah dipenuhi ratusan warga.

Di rumah panggung itulah berlangsung dialog dan pembukaan acara penanaman 100 ribu pohon. Seusai sambutan secara bergiliran, penanaman pohon di lahan dekat rumah panggung itu pun dilaksanakan.

Dengan disaksikan sejumlah wartawan termasuk dua wartawan Jepang, President and Chief Executive Officer (CEO) Garuda Indonesia Emirsyah Satar menanam pohon di kawasan Taman Nasional Sebangun. Kemudian, penanaman dilakukan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Prof Dr Emil Salim, CEO WWF Indonesia Mubariq Ahmad, anggota Dewan Penasihat WWF Erna Witoelar, Ketua Dewan Badan Pengawas WWF Tati Darsoyo, dan Wakil Gubernur Kalteng Achmad Diran.

Program penanaman 100 ribu pohon dari Garuda Indonesia yang bekerja sama dengan WWF itu dilakukan di kawasan seluas 250 hektare. Kawasan itu hanya sebagian kecil dari total 586.700 hektare Taman Nasional (TN) Sebangau. Taman nasional yang diapit Sungai Sebangau dan Sungai Katingan itu merupakan habitat orang utan. Populasi orang utan berdasarkan pengamatan sekitar 6.900 ekor.

Kawasan Taman Nasional (TN) Sebangau itu juga merupakan rumah bagi 196 jenis burung, 35 jenis mamalia, 75 jenis ikan, dan 166 spesies flora. "Sayangnya, sekitar 58 ribu hektare merupakan kawasan TN Sebangau merupakan degraded land dan perlu diperbaiki," kata Kepala Balai TN Sebangau Drasospolino.

Peduli lingkungan

Di kawasan hutan TN Sebangau yang bergambut itu pernah beberapa kali terjadi kebakaran. Pada 2006, terjadi kebakaran hebat. Api yang melalap hutan kawasan gambut itu telah menghentikan penerbangan ke Palangkaraya. Negara tetangga Malaysia pun berteriak. Pasalnya, dampak asap dari kebakaran hutan itu melintas hingga ke negeri jiran tersebut.

Menurut Emirsyah Satar, penanaman 100 ribu pohon di TN Sebangun adalah bagian dari program one passenger, one tree (satu penumpang, satu pohon). "Dengan program ini, tiap tahun sebanyak 50 ribu bibit pohon bisa ditanam di Taman Nasional Sebangun," katanya usai menanam bibit pohon.

Program satu penumpang satu pohon, lanjutnya, dilakukan dengan cara Garuda menyisihkan sebagian keuntungan dari penjualan tiket untuk rute Australia dan Jepang ke Indonesia.

Dengan menyisihkan uang US$3-US$4 atau 1.000 yen (sekitar Rp100 ribu), Garuda Indonesia telah mendapatkan bibit pohon. Bahkan, uang yang disisihkan itu sudah termasuk biaya perawatan bibit pohon yang dibeli. Di masa akan datang para penumpang Garuda bisa memantau pertumbuhan pohon dengan mengecek melalui Earth.Google.com.

Lebih lanjut, Emirsyah mengatakan program satu penumpang satu pohon merupakan implementasi tindak lanjut dari nota kesepakatan antara Garuda Indonesia dan WWF Indonesia pada November 2007. "Peresmian penanaman pohon itu sekaligus dukungan terhadap Gerakan Indonesia Menanam yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," tuturnya.

Ia menambahkan, program reforestasi itu sejalan dengan program Garuda Indonesia menciptakan kegiatan penerbangan langit jernih 2050. Program itu juga merupakan bukti kepedulian Garuda Indonesia terhadap kegiatan konservasi. Terlebih lagi, organisasi International Air Transport Association (IATA) turut pula mengajak anggotanya untuk menerapkan gerakan Go Green.

Selain kegiatan di TN Sebangau, perusahaan penerbangan yang berdiri sejak 1949 itu juga melaksanakan program serupa di Yogyakarta. Program yang turut mengembangkan agrokulturisme itu dilaksanakan di Desa Karang Tengah, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Emirsyah menjelaskan di dua daerah yang menjadi program hijau Garuda Indonesia itu kelak dijadikan daerah tujuan wisata. Program yang turut mengembangkan agrokulturisme itu, lanjut Emirsyah, melibatkan penumpang dari Jepang. Pada program itu, ditargetkan tertanam 10 ribu pohon mahoni dan jambu mete.

Untuk menyukseskan program itu, pihak Garuda Indonesia merangkul Royal Silk Foundation yang diketuai putri Sultan Hamengku Buwono X. Tak hanya itu, pihak Garuda Indonesia juga melibatkan pakar sutra dari Jepang Prof Hiromo Akai.

Melalui program itu, ia juga berharap dapat meningkatkan kunjungan turis Jepang ke Kota Gudeg tersebut. Selain itu, Garuda Indonesia turut berupaya membantu pemberdayaan dan pengembangan petani beternak ulat sutera. "Sekaligus pula sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup melalui penanam pohon yang bernilai produktif," katanya.

Saat ditanya apakah ada rencana program one passenger, one tree akan mengajak para penumbang domestik Garuda Indonesia? "Mungkin di masa datang bisa mengajak penumpang domestik. Sebab Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan di Indonesia yang menjadi pionir peduli lingkungan," ujar Emirsyah. (Drd/S-2)



Post Date : 22 April 2008