Bahas Perekonomian dan Krisis Air di Asia

Sumber:Kompas - 08 Maret 2007
Kategori:Air Minum
"Mungkinkah sistem kapitalis diterapkan di negara sosialis?" Pertanyaan ini dilontarkan FrassMinggi Kamasa, mahasiswa Program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia kepada Wakil Perdana Menteri Vietnam Vu Khoan, saat tampil berbicara sebagai tamu kehormatan dalam Pertemuan Inisiatif Para Pemimpin Muda Hitachi Ke-8 tanggal 22 Januari 2007 di Hanoi, Vietnam.

Pertanyaan mahasiswa Indonesia ini sempat menarik perhatian para tamu dan tokoh dari berbagai negara yang hadir pada pembukaan Pertemuan Inisiatif Para Pemimpin Muda Hitachi Ke-8 (8th Hitachi Young Leaders Initiative/HYLI). Walau mendapat jawaban diplomatis dari Vu Khoan, Frass mengaku cukup puas karena bisa mengajukan pertanyaan itu dalam forum yang dihadiri para mahasiswa dari tujuh negara di Asia.

Tak hanya Frass, beberapa mahasiswa peserta HYLI juga memanfaatkan kesempatan dalam forum bergengsi ini untuk bertanya tentang Vietnam kepada Vu Khoan yang juga mantan Deputi Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Republik Sosialis Vietnam saat berpidato dengan topik "Empowering Asia: an Increased Role and a Common Voice as a Responsible Player".

HYLI merupakan program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan Hitachi, sebuah perusahaan multinasional Jepang, sejak tahun 1996. Program ini bertujuan mengidentifikasi dan menyiapkan pemimpin-pemimpin masa depan Asia dengan menyatukan mereka dalam diskusi isu-isu regional dan global, serta membangun kontak dengan pembentuk opini regional dari sektor swasta, publik, dan akademisi.

Program HYLI juga merupakan komitmen jangka panjang Hitachi terhadap Asia untuk mendorong potensi pemimpin muda dengan menyediakan akses berkomunikasi dengan pembicara terkemuka dan tokoh masyarakat di Asia. Dengan program ini, para pemimpin muda di Asia mendapat kesempatan menyuarakan pandangan dan pendapat tentang isu-isu terkini.

Untuk mengikuti HYLI, setiap negara mengirimkan empat mahasiswa terbaik dan berprestasi yang telah diseleksi secara ketat di tiap negara. Selain FrassMinggi Kamasa, tiga mahasiswa Indonesia yang mendapat kesempatan ikut HYLI adalah Lolita Moorena (Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung), Michael Setiawan (Fakultas Pendidikan Universitas Katolik Atma Jaya), dan Wini Rizkining Ayu (Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Universitas Gadjah Mada).

Penyelenggaraan HYLI di Vietnam merupakan yang pertama kali menyusul keikutsertaan Vietnam sebagai peserta HYLI Ke-8. Sebelumnya, HYLI Ke-7 yang digelar di Malaysia diikuti Jepang, Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Tujuh kali HYLI sebelumnya digelar berturut-turut di Singapura (1996), Filipina (1997), Malaysia (1999), Thailand (2000), Singapura (2002), Thailand (2003), Malaysia (2005).

Hitachi Ltd merupakan salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia dengan 365.000 pekerja yang tersebar di seluruh dunia. Pendapatan pada tahun 2005 senilai 80,9 miliar dollar AS. Perusahaan ini menawarkan berbagai sistem, produk, dan layanan, termasuk sistem teknologi informasi, media digital, dan produk konsumen, serta berbagai produk lainnya.

Pemimpin negara

Dalam forum HYLI Ke-8 ini para mahasiswa dari tujuh negara bertukar pikiran dan membahas isu/topik hangat di Asia. Topik utama yang dibahas dalam forum HYLI kali ini adalah "Empowering Asia: an Increased Role and a Common Voice as a Responsible Player" (Pemberdayaan Asia: Meningkatkan Keterlibatan dan Kesamaan Visi Warga Asia yang Bertanggung Jawab). Dengan subtema "What China and Indias Economic Development Can Bring to Asia (Dampak Perkembangan Ekonomi China dan India bagi Asia) dan Challenges for Asia in Water Management and Sustainability (Tantangan bagi Asia dalam Pengelolaan dan Penyediaan Air).

Dalam dua hari pertama kegiatan HYLI Ke-8, para mahasiswa mendengarkan ceramah dari delapan pemimpin terkemuka dari sejumlah negara di Asia yang membahas tema dan subtema. Dalam sesi ini mahasiswa mendapat kesempatan untuk bertanya langsung kepada para pembicara.

Selain Vu Khoan, tampil sebagai tamu kehormatan Yang Terhormat Pia S Cayetano (Senator Filipina). Diskusi panel selama dua hari menampilkan MR Sukhumbhand Paribata (mantan anggota Partai Demokrat Thailand dan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Thailand), Dr Faisal Basri (Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha Indonesia dan Pakar Ekonomi Universitas Indonesia), Ton Nu Thi Ninh (Wakil Ketua Komisi Hubungan Eksternal Majelis Nasional Vietnam/Vietnam National Assembly), Wilson Chan (Group Chief Executive Officer of Salcon Pte Ltd), Prof Dr Shigeo Fujii (Recearch Center for Environmental Quality Management, Universitas Kyoto) dan Yang Berbahagia Datuk Keizrul Bin Abdullah (Direktur Jenderal Departemen Irigasi dan Drainase Malaysia).

Lokakarya dan rekomendasi

Selain mengikuti ceramah, peserta HYLI Ke-8 dibagi empat kelompok untuk mengikuti lokakarya yang membahas subtema "Dampak Perkembangan Ekonomi China dan India bagi Asia" dan subtema "Tantangan bagi Asia dalam Pengelolaan dan Penyediaan Air". Hasil lokakarya termasuk rekomendasi HYLI Ke-8 disampaikan perwakilan kelompok dalam konferensi pers.

Pembahasan kedua subtema ini cukup menarik. Subtema "Tantangan bagi Asia dalam Pengelolaan dan Penyediaan Air", misalnya, para mahasiswa menilai krisis pengadaan dan penyediaan air bersih yang terjadi di beberapa negara di Asia seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta urbanisasi, yang diperparah dengan perubahan iklim dan pengalihan fungsi daerah resapan air.

Kelompok ini merekomendasikan agar ada edukasi, teknologi, dan manajemen air dalam pengelolaan dan ketersediaan air. Edukasi penggunaan air secara efisien bagi masyarakat pedesaan/perkotaan dinilai sangat penting. Selain jalur pendidikan, kampanye nasional dan regional mengenai pendekatan terpadu dalam pengaturan sumber air bisa disampaikan lewat pendekatan budaya.

Dari sisi teknologi, perlu ada dukungan terhadap teknologi yang dikembangkan individu atau tim independen melalui publikasi dan penyebaran informasi agar diketahui masyarakat luas. Kerja sama antarnegara dalam pengembangan teknologi bersama juga dinilai penting.

Untuk manajemen air, peserta HYLI Ke-8 merekomendasikan diperkenalkannya sistem pengelolaan sumber daya air secara terpadu. Sistem ini bertumpu pada sebuah grup yang beranggotakan semua unsur, yakni pemerintah, perusahaan, lembaga nonpemerintah, masyarakat, dan akademisi.

Kelompok subtema "Dampak Perekonomian China dan India bagi Asia" menilai perkembangan ekonomi di China dan India yang jauh lebih pesat dibandingkan dengan negara-negara lain menjadi ancaman sekaligus kesempatan bagi negara-negara ASEAN.

Agar kekuatan ekonomi kedua negara ini tidak menimbulkan ancaman, peserta HYLI merekomendasikan perlu dibangun kerja sama dan persatuan yang kuat di antara negara-negara di Asia, khususnya negara anggota ASEAN. Oleh karena itu, perlu ada perubahan terhadap kesepakatan era perdagangan bebas Asia (Asian Free Trade Agreement/AFTA). Langkah ini hendaknya ditindaklanjuti dengan aturan yang tegas bagi kementerian perekonomian di tiap negara dengan memberikan sanksi bagi yang melanggar kesepakatan perdagangan.

Selain itu, perlu ada kebijakan perlindungan bagi negara-negara yang perekonomiannya kurang berkembang. Lembaga swadaya masyarakat di setiap negara hendaknya berperan memonitor kebijakan pemerintah agar transparan dan bebas dari korupsi.

Seperti kegiatan HYLI sebelumnya, rekomendasi para peserta HYLI Ke-8 juga akan dituangkan dalam "kertas putih" (white paper) yang selanjutnya diberikan kepada pemerintah, akademisi, maupun LSM terkait di setiap negara peserta HYLI Ke-8. "Untuk menyelamatkan kemajuan dan perkembangan Asia, perlu adanya kerja sama antarnegara. Para pemimpin muda telah melakukan langkah awal menyongsong masa depan yang lebih cerah bagi Asia dengan berperan aktif dalam HYLI," ujar Senior Vice President and Executive Officer Hitachi Ltd Mr Ishigaki Tadahiko.

Tadahiko menilai komitmen peserta HYLI Ke-8 dalam menyelesaikan masalah, kemampuan dalam memimpin, serta kerja tim yang kuat para mahasiswa tersebut membuktikan bahwa para pemimpin muda Asia tersebut memiliki potensi besar untuk kemajuan Asia pada masa mendatang. Sonya Hellen Sinombor



Post Date : 08 Maret 2007