Bali Menjadi Batu Ujian

Sumber:Kompas - 11 Desember 2007
Kategori:Climate
Perlindungan iklim sedang menjadi agenda publik dan politik tahun ini. Panel Antarpemerintah Mengenai Perubahan Iklim PBB (Intergovernmental Panel on Climate Change) dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas komitmen mereka terhadap masalah perlindungan iklim global.

Perlindungan iklim sangat penting karena laporan IPCC tahun ini jelas menerangkan bahwa perubahan iklim memang terjadi dan pengaruhnya bisa dirasakan. Hanya dengan mengurangi emisi, kita dapat membatasi perubahan iklim sampai pada tingkat yang masih bisa ditangani.

Sebenarnya instrumen-instrumen pencegahannya sudah ada. Semua teknologi yang diperlukan tersedia. Bagi saya, pesan yang paling penting dalam laporan IPCC adalah kita tidak bisa membuang-buang waktu lagi. Kita harus bertindak sekarang.

Negosiasi iklim PBB di Bali tanggal 3-14 Desember adalah sebuah pertemuan logika untuk menyelesaikan pengembangan kebijakan iklim tahun ini. Mandat Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon jelas: Bali harus menyediakan jawaban politis terhadap laporan IPCC.

Di Bali kita harus membuka negosiasi baru dan lengkap dengan semua negara tentang persetujuan iklim periode pasca-2012 dan menyelesaikannya hingga tahun 2009. Dengan itu, jurang antara periode pertama Protokol Kyoto (2008-2012) dan periode pasca-2012 dijembatani.

Kita membutuhkan "Bali Roadmap" (peta jalan Bali) yang menandai langkah yang akan diambil dalam dua tahun mendatang untuk mengakhiri negosiasi persetujuan pasca-Kyoto dalam waktu yang tepat.

Arahkan negosiasi

Kita membutuhkan pandangan yang sama serta visi berjangka panjang untuk mengarahkan negosiasi. Kita harus mencegah pemanasan global yang melebihi 2C. Untuk mencapai hal tersebut, kita harus mengurangi emisi efek rumah kaca sedikitnya 50 persen pada pertengahan abad ini dibandingkan tahun 1990.

Ini berarti kita negara-negara industri harus tetap berada di garis depan. Negara-negara industri harus menyetujui pengurangan antara 25-40 persen pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 1990. Hal ini akan memberi peluang negara-negara berkembang untuk tumbuh.

Dalam usaha memerangi perubahan iklim, Uni Eropa (UE) telah memainkan peran penting di tingkat dunia. UE menggarisbawahi posisinya dengan keputusan yang bersejarah pada musim semi 2007: dalam kerangka persetujuan internasional, UE akan mengusahakan pengurangan emisi rumah kaca 30 persen hingga 2020 dibandingkan 1990. Dalam hal ini Jerman menyetujui pengurangan hingga 40 persen.

Pada awal Desember, Pemerintah Jerman mengadopsi 29 langkah individu untuk mencapai target-target tersebut: secara luas akan mencari energi yang terbarukan (renewable). Di sektor listrik, Jerman akan melipatgandakan penggunaan energi yang terbarukan hingga 2020, dari tingkat saat ini yang 14 persen.

Jerman juga menargetkan 14 persen share dalam sektor panas. Kami akan meningkatkan standar penggunaan energi yang efektif di gedung-gedung 30 persen pada 2009 dan akan ditingkatkan menjadi lebih dari 30 persen setelah 2021.

Total 1,7 miliar Euro akan disediakan setiap tahunnya untuk memodernisasi sistem energi di gedung-gedung. Jerman akan meningkatkan share-nya dua kali lipat untuk penggunaan panas dan pembangkit listrik secara efisien dalam memproduksi tenaga listrik 25 persen hingga 2020.

Menanggapi kekhawatiran bahwa program Jerman dan perlindungan iklim secara keseluruhan adalah terlalu mahal, maka kebalikannyalah yang benar. Kegagalan mendapatkan kebijakan energi yang berkelanjutan akan menjadi sangat mahal.

Faktanya, secara keseluruhan, usaha kita akan membawa keuntungan ekonomi yang jumlahnya lima miliar Euro lebih tinggi dari seluruh biaya program ini!

Dengan perlindungan iklim yang terintegrasi dan kebijakan energi, kesempatan Jerman di pasar akan meningkat. Apa yang dicapai di Jermansebagai negara dengan jumlah industri banyak, pemakaian energi tinggi, dan bukan dengan kondisi iklim terbaik untuk menggunakan energi terbarukanbisa dan harus memotivasi negara lain.

Untuk mencapai persetujuan perlindungan iklim global yang efektif, saat berakhirnya Protokol Kyoto semua pihak harus ikut serta, terutama negara berkembang yang menjadi negara industri baru.

Jika semua ikut berkontribusi sesuai kemampuan dan tanggung jawab masing-masing, kita bisa menstabilkan iklim dan semua mendapat keuntungan ekonomi.

Sigmar Gabriel, Menteri Lingkungan Hidup Jerman



Post Date : 11 Desember 2007