Bandung Berpotensi Banjir Seperti DKI

Sumber:Pikiran Rakyat - 01 Maret 2007
Kategori:Drainase
BANDUNG, (PR).- Kota Bandung berpotensi mengalami banjir sebesar banjir yang melanda Jakarta. Selain karena Bandung terletak di daerah aliran Sungai (DAS) Citarum bagian hulu, daerah resapan air di Bandung, yakni kawasan Bandung utara (KBU) rusak akibat dirambah permukiman eksklusif.

Demikian ditegaskan staf Pengajar Pengelolaan Sumber Daya Air Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Ir. S. Legowo, seusai seminar nasional Penanganan Banjir Jabodetabek Ditinjau dari Aspek Daya Dukung Lahan dan Wilayah di Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (Pusbiktek) Departemen Pekerjaan Umum, Jln. Abdul Hamid, Kota Bandung, Rabu (28/2).

Permasalahan Jakarta dengan Bandung hampir sama. Kota Bandung ini sudah menggurita, hampir semua tertutup permukiman. Meski segala peraturan ada, tetapi tidak dihiraukan karena tidak ada penindakan tegas, ujar Legowo. Menurut dia, salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah air tidak bisa keluar secara gravitasi, akibat tertahan air laut yang pasang. Sementara, di Kota Bandung air tertahan oleh Waduk Saguling.

Di bagian hilir Bandung, ada Waduk Saguling yang sebenarnya seperti laut di Jakarta, kata Legowo menegaskan.

Waduk yang ada di Kab. Bandung tersebut, lanjut Legowo, menyimpan air permukaan seperti laut di Jakarta sehingga air tidak lancar dari Dayeuhkolot karena terbendung genangan air waduk. Oleh karena itu, frekuensi kejadian banjir di Kota Bandung dapat diramalkan secara kasat mata. Sekalinya hujan selama dua hari pasti di Dayeuhkolot banjir, ujarnya pula.

Disayangkan

Legowo menyayangkan keberadaan KBU yang seharusnya menjadi kawasan resapan air, justru sekarang tidak mampu lagi meresap air karena pembangunan permukiman eksklusif. Herannya, masalah yang bisa diramalkan pasti terjadi, kok malah dianaktirikan. Penanganannya tidak segera dilakukan, justru memprioritaskan hal lain, tuturnya.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan Pemkot Bandung, lanjut Legowo, adalah memfungsikan kembali waduk penahan air di Sungai Cikapundung. Dalam master plan, hal itu sudah ada. Namun, sampai sekarang tidak dilakukan juga, ungkapnya. Selain sebagai penahan, air di waduk kecil tersebut bisa dimanfaatkan oleh PDAM sehingga bernilai ekonomis.

Belum adanya implementasi dari master plan yang telah disusun, juga dikritisi staf Pengajar Penataan Wilayah Kota Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Ir. Ragil Haryanto. Menurut dia, ada kesenjangan yang sangat besar antara master plan yang dibuat dengan implementasi di lapangan.

Sementara itu, Direktur Tata Ruang Departemen PU, Poernomosidhi Poerwo, mengatakan, belum adanya insentif serta disinsentif terhadap pengelolaan tata ruang di Bandung, menjadi penyebab sejumlah oknum pejabat memberikan izin pembangunan di wilayah yang seharusnya menjadi ruang terbuka hijau. Perkembangan wilayah kota menyebabkan kawasan terbangun semakin banyak, sehingga mengambil alih tempat air berhenti. (A-155)



Post Date : 01 Maret 2007