Banjir Ancam Jakarta

Sumber:Suara Pembaruan - 23 November 2009
Kategori:Banjir di Jakarta

[JAKARTA] Banjir besar diprediksi akan melanda Jakarta pada pekan ketiga Desember 2009 hingga pekan ketiga Januari 2010. Potensi banjir tahun ini diprediksi lebih besar dibanding banjir yang terjadi di Jakarta tahun 2007.

Hal itu diungkapkan Pakar Teknologi Lingkungan dari Universitas Indonesia Firdaus Ali kepada SP di Jakarta, akhir pekan lalu. Prediksi itu berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOA) Amerika Serikat.

"Segala kemungkinan terburuk lebih baik disampaikan ke masyarakat. Prediksi dari satelit NOA banjir di Jakarta akan lebih besar dari banjir yang terjadi tahun 2007. Mudah-mudahan prediksi itu berubah," katanya.

Firdaus menyebutkan, kemunculan kondisi ekstrem berupa curah hujan tinggi beberapa pekan terakhir akibat perubahan iklim. Selain itu, turunnya permukaan tanah dan naiknya permukaan laut menjadi penyebab munculnya banjir. Salah satu contoh turunnya muka tanah di beberapa titik berada di pantai utara Jakarta yang penurunannya mencapai 26 sentimeter per tahun (tahun 2008).

Selain itu, kemampuan daya serap air di lingkungan Jakarta sangat mengkhawatirkan. Terjadi kecenderungan debit banjir (run off) di Jakarta diperhitungkan rata-rata 1.600 meter kubik per detik.

"Dalam melakukan pengerukan, Jakarta tidak boleh hanya mengeruk saluran Makro. Tetapi, harus dibarengi dengan pengerukan saluran mikro yang cukup panjang, bahkan telah ada yang hilang untuk dimanfaatkan jadi tempat tinggal," sarannya.

Prediksi serupa juga dilontarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, daerah Jakarta dan sekitarnya sejak awal November ini, sudah memasuki musim hujan. Puncak curah hujan sendiri diperkirakan akan terjadi bulan Desember hingga Februari 2010.

Menurut Kepala Pusat Perubahan Iklim BMKG, Edvin Aldrian, cuaca di beberapa hari ke depan masih akan sama dengan saat ini, mengingat posisi matahari berada di selatan bumi, yang ditandai dengan naiknya suhu. "Naiknya suhu mengakibatkan konveksi maksimal yang mengakibatkan hujan lebat," ujar Edvin.

Ketika ditanya apakah akan terjadi cuaca ekstrem pada musim hujan kali ini, Edvin mengatakan, hingga saat ini, tanda-tanda yang mengarah ke cuaca ekstrem belum ada. "Masih normal-normal saja," katanya.

Menurut dia, banjir yang melanda Kota Jakarta, yang mengakibatkan kemacetan parah kemarin, tidak hanya faktor tingginya curah hujan, namun juga pengaruh lingkungan.

Tak Serius

Sementara itu, Direktur Lingkungan Hidup Perkotaan Institut Hijau Indonesia, Selamet Dariyoni menilai, Pemda DKI tidak serius menangani permasalahan banjir di Ibukota. Kondisi drainase yang buruk bukan hanya membuat jalan dan permukiman tergenang air saat hujan lokal, tetapi telah membuat lalu lintas semakin macet.

"Tidak ada upaya sistematis dari Pemda untuk mengurangi dampak banjir di Jakarta," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Jakarta Nasrulloh meminta Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menepati janjinya untuk mengatasi permasalahan banjir di Jakarta.

Sementara itu, Gubernur Fauzi Bowo di Balai Kota Jakarta, Jumat (20/11) mengatakan, akan melakukan perbaikan saluran-saluran yang tersumbat sampah sehingga mengakibatkan terjadinya genangan air di jalan.

"Saya telah meminta Dinas PU segera melakukan perbaikan saluran. Semua harus dikerjakan secara komprehensif dan terarah," ujar Fauzi.

Dinas Pekerjaan Umum DKI telah melakukan perbaikan dan pembersihan saluran mikro di sejumlah titik. Masalah juga muncul karena saluran tersebut juga digunakan sebagai saluran utilitas seperti kabel telepon. [H-14/E-7]



Post Date : 23 November 2009