Banjir Ancam Jakarta

Sumber:Kompas - 06 Desember 2006
Kategori:Banjir di Jakarta
jakarta, kompas - Kota Jakarta terancam banjir lagi selama musim hujan yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Masalah utamanya adalah drainase atau saluran air di banyak tempat dalam kondisi tersumbat sampah dan belum dibersihkan.

Hujan yang turun tidak terlalu lebat di wilayah Manggarai pada Selasa (5/12) pagi sudah membuat lalu lintas tersendat-sendat. Tidak saja karena pekerjaan proyek busway Koridor IV (Pulo Gadung-Dukuh Atas), tetapi juga genangan air di Jalan Galunggung akibat sampah dan pasir menutup lubang-lubang kecil ke drainase.

Pasir-pasir itu umumnya sisa dari pekerjaan proyek jalur bus khusus. Tidak hanya pasir, tetapi juga daun, plastik, dan potongan kayu kecil ikut menutup mulut air di sepanjang jalan itu.

Buruknya kondisi saluran air akibat tertutup sampah juga terlihat di Slipi, Pejompongan, Kota, Pluit, Gunung Sahari, Lagoa, RE Martadinata, Kramat Jati, Cawang, dan Jalan Yos Sudarso.

Setiap kali hujan turun dengan intensitas rendah dan durasi pendek sekalipun, di kawasan-kawasan itu dipastikan selalu tergenang air.

Sebagai contoh di Slipi, terutama di kolong jalan layang pada persimpangan KS Tubun dan S Parman/Gatot Subroto, serta persimpangan Palmerah Utara S Parman/Gatot Subroto, pasti selalu tergenang jika hujan turun di kawasan itu. Tidak saja karena daerah itu lebih cekung dibandingkan dengan sekitarnya, tetapi saluran air di sebagian ruas jalan Palmerah Utara dan Jalan S Parman (dari arah Grogol-Slipi) tersumbat sampah.

Kotoran yang menyumbat lubang-lubang saluran itu sudah memadat (keras). Itu terlihat di ruas jalan antara Gedung Pengadilan Negeri hingga Jakarta Design Center, Slipi.

Meski termasuk jalan protokol, ruas Jalan Yos Sudarso antara Kantor Suku Dinas Pemadaman Kebakaran Jakarta Utara, Pos Lalu Lintas, Markas Polres Metro Jakarta Utara, sepanjang kurang lebih 300 meter, merupakan area genangan terparah jika hujan tiba. Di sini, saluran air selebar satu meter sepanjang hampir satu kilometer, yakni hingga pertigaan Plumpang, tidak berfungsi.

Beragam jenis sampah memenuhi saluran air di sini. Paling banyak terdiri dari sampah plastik, ranting kayu, dan kardus. Air yang tadinya menggenangi saluran ini, telah berubah hijau lumut, dan sebagiannya mengering dan ditumbuhi rerumputan. Keadaannya semakin parah karena sampah terus menumpuk.

Sejak awal tahun hingga saat ini belum terlihat adanya pembersihan saluran air itu. Hal yang sama terlihat di Jalan RE Martadinata, tepatnya dimulai dari terminal bus Tanjung Priok hingga sejauh empat sampai lima kilometer ke arah Ancol. Drainase di Gunung Sahari seperti terlihat kemarin juga tersumbat sampah.

Nyoman Suwandi, Kepala Subdinas Pengembangan Sumber Daya Air dan Pantai pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta, mengakui adanya saluran yang selalu tersumbat karena sampah. Di Slipi, misalnya, Nyoman mengakui saluran selalu tersumbat sampah sekalipun itu sudah sering dibersihkan oleh petugas.

Demo dukung saluran

Sekitar 500 warga dari Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa, berunjuk rasa mendukung rencana pembuatan saluran Kali Kepu yang baru. Pembuatan saluran sepanjang 600 meter tersebut sempat tertunda selama dua tahun karena dihambat sebagian warga lain sehingga menimbulkan banjir jika turun hujan.

Aksi sekitar 500 warga tersebut dimulai di Kantor Kecamatan Kelapa Gading untuk meminta dukungan Camat Wahyudin guna melobi warga Perumahan Puspa Gading yang menolak pembuatan saluran sungai di depan rumah mereka. Setelah itu, mereka mendatangi perumahan tersebut dengan membawa satu alat berat backhoe untuk memulai pengerukan. (CAL/ECA)



Post Date : 06 Desember 2006