Banjir Bandang Terjang Garut Selatan, 3 Tewas

Sumber:Kompas - 07 Mei 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

TASIKMALAYA, KOMPAS - Tiga orang tewas akibat longsor dan banjir bandang yang menimpa tiga kecamatan di kawasan selatan Garut, Jawa Barat, Jumat (6/5) petang.

Kepala Bagian Informatika Sekretariat Daerah Kabupaten Garut Dikdik Hendrajaya yang dihubungi dari Tasikmalaya menyatakan, banjir bandang terjadi sekitar pukul 17.00.

Banjir akibat luapan Sungai Cibalong yang disertai lumpur dan ranting-ranting pohon tersebut melanda Desa Macagahar di Kecamatan Pamengpeuk dan Desa Karyasari di Kecamatan Cibalong. Air sangat cepat naik hingga ketinggian 1,5-2 meter.

Pada saat bersamaan, Sungai Cipasarangan juga meluap secara tiba-tiba dan menerjang Desa Cikelet, Cigadog, Cijambe, dan Mekarwangi di Kecamatan Cikelet.

Camat Cikelet, Rosidin, belum bisa memastikan identitas korban yang tewas. Adapun kejadian longsor karena amblesnya tanah di sekitar desa, dia menduga akibat hujan deras beberapa hari terakhir.

Selain itu, sekitar 5.000 rumah terendam di kawasan Garut selatan itu. Untuk sementara, warga korban banjir dan longsor saat ini mengungsi di tempat-tempat yang lebih tinggi.

Sementara itu, Sampang di Pulau Madura kembali dilanda banjir akibat hujan lokal sejak kamis sore hingga malam, dan diperparah laut pasang (rob).

Di beberapa lokasi ketinggian air 50-100 sentimeter, tetapi mulai surut pada Jumat siang.

Sementara itu, banjir di Kalimantan Selatan dan Bengawan Solo sudah surut. Akan tetapi, warga di sekitar Bengawan Solo diimbau untuk tetap waspada karena air bisa saja kembali naik.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro MZ Budi Mulyono menuturkan, naik turunnya muka air dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain kiriman dari wilayah hulu, juga berasal dari sejumlah anak sungai yang bermuara ke Bengawan Solo. ”Curah hujan lokal yang masih tinggi juga turut memengaruhi debit air,” katanya.

Selain itu, dia mengingatkan, kondisi bibir sungai Bengawan Solo banyak yang ambrol. Di sekitar Desa Ngablak saja, misalnya, bibir sungai yang ambrol mencapai 400 meter. Jalan setapak di tepi sungai ikut ambrol karena tergerus air sungai yang deras saat debit air tinggi.

”Itu ambrol kemarin,” kata Ngadimin, seorang warga, di sela- sela nyarah (mencari ranting kayu yang hanyut).

Berkaitan dengan pencarian korban perahu tambangan yang terbalik di Bengawan Solo, Senin lalu, kemarin ditemukan satu korban lagi. Dengan demikian, korban yang masih dicari ada tiga orang. Pencarian akan dilanjutkan besok.

Longsor di Paniai

Dari Papua dilaporkan, tebing perbukitan di sisi selatan Enarotali, tepatnya di Kampung Aikai, Kabupaten Paniai, longsor pada Kamis (5/5) malam. Material longsoran tebing itu menimbun empat rumah dan merusakkan sedikitnya empat rumah lainnya. Seorang warga Aikai, Alfrida Magai (12), dilaporkan meninggal dunia.

Dihubungi dari Jayapura, Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Paniai Edi Rantetasak mengatakan, longsor terjadi sekitar pukul 23.00 setelah sebelumnya kawasan Paniai dan sekitarnya diguyur hujan deras.

Pencarian korban, kata Edi, dilakukan sesaat setelah terjadi longsor, tetapi jenazah baru ditemukan menjelang pukul 05.00. Mama Takimai dan Ben Magai, orangtua Alfrida Magai, selamat dalam peristiwa tersebut.

”Mama Takimai sebenarnya juga tertimbun, tetapi ia berhasil diselamatkan oleh tim penolong,” tutur Henock Harison Pigai, Direktur Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat.

Menurut Henock, tebing yang longsor mendorong tanah dan bebatuan sejauh kurang lebih 200 meter. Rembesan air hujan tidak mampu tertahan oleh lapisan tanah yang labil itu.

Henock Harison Pigai juga berpendapat, warga yang tinggal di pinggir-pinggir tebing tersebut selayaknya direlokasi. Apalagi, di beberapa bagian tebing itu tampak retakan-retakan.(HE/ETA/WER/ACI/JOS)



Post Date : 07 Mei 2011