Banjir Di Jakarta Semakin Meluas

Sumber:Kompas - 20 Februari 2004
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, Kompas - Belum juga kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue teratasi, warga Jakarta dan sekitarnya didera bencana banjir yang makin hari makin meluas. Di sejumlah tempat, banjir bahkan sudah berlangsung tiga hari hingga satu pekan. Puluhan ribu orang mengungsi. Sebagian dari mereka kini sakit-sakitan, seperti terkena diare dan gatal-gatal.

Dalam pantauan Kompas, Kamis (19/2), wilayah yang tergenang banjir di wilayah Jakarta dan Tangerang akibat hujan lebat pada Rabu malam hingga Kamis pagi itu lebih luas dibandingkan banjir pada Selasa (17/2) lalu. Itu terjadi karena hujan lokal di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi itu diperparah dengan hujan lebat di Bogor yang merupakan hulu dari sejumlah sungai yang melintasi Jakarta dan sekitarnya.

Banjir telah menyebabkan tiga orang tewas terseret arus dan tenggelam. Doni (12) dan Reza (13) terseret di Kali Angke. Sedangkan di Bekasi, Naman (17) terseret arus di Sungai Cijambe, Tambun. Hingga Kamis malam, jenazah ketiga korban belum ditemukan.

Selain menyebabkan puluhan ribu warga mengungsi, banjir juga menyebabkan kemacetan lalu lintas yang luar biasa di sejumlah ruas jalan di Jakarta. Bahkan, ruas jalan tol Jakarta - Merak di Km 64, 67, dan 69 tergenang 1,2 meter akibat luapan Sungai Ciujung. PT Marga Mandalasakti bahkan sempat menutup pintu tol Serang Timur selama 5 jam 30 menit.

Kepala Divisi Operasi PT Marga Mandalasakti Wilayah Tangerang-Merak Andre Zulfikar mengatakan, jalan tol mulai ditutup pukul 02.00 hingga 07.30 akibat ketinggian air yang sudah mencapai pinggang orang dewasa.

Bukan hanya itu, di Tangerang banjir juga menyebabkan kegiatan ekspor tertunda. Sebab, banjir di Kecamatan Benda juga menggenangi sejumlah perusahaan dan membuat kegiatan perusahaan dihentikan sementara waktu. Areal perusahaan yang terkena genangan antara lain di pabrik kardus milik PT Daya Cipta dan PT Asia Popcorn. Juga pabrik retsleting milik PT Paliman Jiper dan pabrik sandal dan sepatu milik PT Dwi Naga Sakti. Keempat perusahaan itu terletak di Kelurahan Jurumudi Baru.

Menurut Lurah Jurumudi Baru, Junijar, tingginya genangan di lokasi pabrik menyebabkan sejumlah perusahaan menunda pengiriman barang untuk ekspor.

Meluas

Di Jakarta,wilayah yang tergenang kemarin lebih luas dibandingkan dua hari sebelumnya. Demikian juga tingginya genangan.

Di Jakarta Barat, ketinggian genangan di Kelurahan Semanan kemarin mencapai 1,5 meter, lebih tinggi dari banjir sebelumnya, 1,2 meter.

Banjir dengan ketinggian di atas satu meter kali ini bukan hanya terjadi di Kelurahan Semanan, tapi sudah meluas hingga ke wilayah Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara. Data yang dihimpun Kompas dari Satkorlak Penanggulangan Bencana Provinsi DKI menyebutkan, ada enam kelurahan yang tergenang banjir hingga ketinggian satu meter lebih.

Delapan kelurahan itu adalah Balekambang (Jaktim), Cipulir (Jaksel), Kampung Melayu (Jaktim), Rawa Buaya (Jakbar), Tugu Selatan (Jakut), Kapuk Muara (Jakut), Semanan (Jakbar) dan Duri Kosambi (Jakbar). (Lihat peta)

Di Kelurahan Rawa Buaya, tercatat 195 kepala keluarga mengungsi. Untuk sementara, mereka mengungsi di tempat penampungan Pedagang Kaki Lima (PKL) di dekat perempatan Cengkareng.

Kekurangan Makan

Makin seringnya wilayah Jakarta terlanda banjir dikhawatirkan sejumlah warga akan memicu munculnya kembali penyakit mematikan, leptospirosis. Penyakit yang ditularkan oleh tikus ini, pada banjir besar tahun 2002 memakan belasan korban jiwa.

Para korban banjir yang kini mengungsi sudah mulai dijangkiti beberapa penyakit. Di Bekasi, misalnya, korban banjir di kawasan utara kabupaten itu mulai diserang diare dan gatal-gatal, serta sakit kepala. Bukan hanya itu, mereka juga sudah mengeluhkan kekurangan bahan makanan.

Itu terjadi karena banyak warga memilih tetap bertahan di rumah meski genangan air sudah mencapai sepinggang.

Di wilayah utara Bekasi, banjir sudah menggenangi persawahan, jalan, dan permukiman hampir sepekan. Selain gatal pada tangan dan kaki, ratusan warga Kampung Pulo Tanjung yang tinggal di rumah bilik bambu itu juga mengeluhkan udara dingin yang menyebabkan mereka terserang batuk atau flu.

"Sudah hampir seminggu rumah kerendam air. Kaki dan tangan sudah mulai terasa gatal-gatal karena terkena air kotor. Enggak tahu mau diobati apa. Saya juga mulai batuk karena tidak kuat sama udara dingin. Bagaimana bisa kuat, makan saja harus dihemat, susah mau ke mana-mana, air di jalanan juga tinggi," kata Ronah (60) yang terpaksa mengungsi ke rumah anaknya.

Di Kecamatan Cabangbungin, Sukakarya, dan Sukatani, sampai ke Muara Gembong di kawasan pantai, hujan yang terus mengguyur kawasan ini menyebabkan genangan air cukup tinggi di jalan-jalan antardesa serta di dalam rumah.

Warga terpaksa menggunakan perahu yang terbuat dari pelepah pisang atau gabus untuk bisa mencapai jalan raya. Mereka juga harus berhati-hati karena kesulitan membedakan antara genangan air di jalan atau di kali yang melintasi sungai tersebut.

Pemkab Bekasi berjanji mengalokasikan 40 persen dana bencana alam tahun ini atau sekitar Rp 280 juta untuk membantu warga.

Banjir juga melanda Desa Sindangsari dan menyebabkan kegiatan belajar-mengajar di beberapa sekolah terhambat. Sejak Senin lalu, banyak sekolahan, mulai dari SD, SLTP, dan SMU diliburkan secara resmi. "Beberapa sekolah tergenang air. Selain itu, para murid juga kesulitan untuk mencapai sekolah karena genangan air di jalan-jalan cukup tinggi," kata Kepala Dusun I Desa Sindangsari, Bahyar Muharam.

Sejauh ini, belum diperoleh informasi mengenai kekurangan bahan pangan bagi para korban banjir di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI juga memberi perhatian serius pada korban banjir. Wakil Gubernur Fauzi Bowo dan Wali Kota Jakarta Barat Sarimun Hadisaputra, misalnya, kemarin menyempatkan diri menemui para korban banjir di Semanan.

Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas menyatakan, di setiap kelurahan juga sudah disiapkan sedikitnya satu ton beras berikut mie instan. Bahkan tenda-tenda pun sudah diberikan kepada kelurahan yang meminta, sekali pun belum dipergunakan karena belum banjir di wilayahnya. Misalnya di Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, serta di Kelurahan Lagoa.

"Kami juga sudah minta kepada sejumlah ruko di kawasan Penjaringan agar bisa menampung korban banjir setiap saat," katanya. (IND/PIN/OSA/IVV/MAS/eln/ SAM/NIC/PUN)

Post Date : 20 Februari 2004