Banjir di Kendari, 100 Rumah Terendam

Sumber:Kompas - 27 Juni 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KENDARI, KOMPAS - Hujan lebat sepanjang Sabtu (25/6) hingga Minggu (26/6) di Kendari, Sulawesi Tenggara, menyebabkan beberapa titik banjir. Kawasan terparah di Kelurahan Kampung Salo, Kecamatan Kendari, setidaknya 100 rumah terendam banjir setinggi sekitar 30-50 sentimeter.

Kelurahan Kampung Pulo paling parah terkena banjir karena sungai yang membelah kelurahan tersebut meluap. Sejumlah talut sungai juga jebol.

Syamsir (41), warga Kampung Salo, mengatakan, debit air sungai mulai naik pada Minggu pukul 02.00 Wita. ”Pada Minggu subuh, air mulai meluap dan menggenangi permukiman. Air masuk rumah dan merendam sejumlah perabotan, seperti sofa, meja, lemari, dan beberapa barang elektronik,” kata Syamsir.

Air mulai surut sekitar pukul 11.00 Wita. Setelah surut, banjir menyisakan lumpur. Warga gotong royong membersihkan permukiman mereka hingga sore.

Hujan lebat juga mengakibatkan sebuah bukit di Kampung Salo longsor dan menimpa ruang kelas IV SDN 3 Kendari yang berada persis di kaki bukit. Tembok belakang ruangan itu runtuh hingga di bagian atap.

Sebuah rumah dinas guru yang bersebelahan dengan ruang kelas itu juga rusak parah di bagian belakang. Sumarti (27), guru yang menempati rumah dinas tersebut, mengatakan, longsor terjadi pukul 07.00 Wita. Tidak ada korban dalam kejadian itu.

”Waktu kejadian sedang hujan deras. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti gempa. Saya buru-buru lari keluar rumah dan bukit itu langsung longsor,” kata Sumarti.

Lurah Kampung Salo Ibrahim Muis mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terparah setelah banjir besar pada 2007. Banjir disebabkan hujan lebat. Selain itu, wilayah Kampung Salo berada di kaki perbukitan yang menerima limpahan air hujan dari wilayah yang lebih tinggi. ”Ditambah lagi saat kejadian ada pasang air laut,” ujar Ibrahim.

Di Gorontalo, terputusnya jalur trans-Sulawesi di Kabupaten Bone Bolango akibat banjir beberapa waktu lalu mengakibatkan ongkos angkut hasil pertanian dan perkebunan naik dua kali lipat. Jalur tersebut menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara dengan Provinsi Gorontalo di bagian selatan.

Biaya tambahan


Rianto Moduto, pengumpul kakao di Kabupaten Bolaang Mongondow, mengatakan, kakao hasil panen di wilayah ini diangkut ke Palu, Sulawesi Tengah, melalui Bone Bolango untuk dijual. Dalam situasi normal, pengangkutan dari Bolaang Mongondow ke Palu memerlukan waktu dua hari dengan biaya Rp 4 juta untuk angkutan seberat 7-8 ton kakao.

”Kami harus memutar melewati Kota Kotamobagu menuju jalan trans-Sulawesi di bagian utara. Kami menghabiskan waktu hingga empat hari dan ongkosnya membengkak menjadi Rp 8 juta,” kata Rianto, Minggu.

Rianto, yang mengambil untung Rp 1.000 per kilogram kakao, harus merelakan keuntungannya menurun. Jika biasanya ia bisa untung Rp 7 juta-Rp 8 juta setiap kali pengiriman, kini hanya tersisa Rp 3 juta-Rp 4 juta.

Hal serupa dialami Samsul Najamudin, petani cengkeh yang harus mengirimkan cengkeh ke Kota Gorontalo. Ia harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk buruh pengangkut untuk membawa karung-karung berisi cengkeh menyeberangi Sungai Bone karena jembatan putus.

”Setiap karung dipungut Rp 5.000 oleh buruh panggul. Padahal, sekali pengiriman bisa sampai 50 karung,” ujar Samsul.

Di Lampung, perbaikan jalan dan jembatan di jalur lintas timur Sumatera mengakibatkan antrean panjang kendaraan di jalur tersebut pada Sabtu. Kemacetan ini terjadi di jembatan Cakat Raya, Kabupaten Tulang Bawang, dan di KM 82 Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. (ENG/APO/JON)



Post Date : 27 Juni 2011