Banjir Kepung 3 Desa di Rancaekek

Sumber:Pikiran Rakyat - 10 Januari 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANDUNG, (PR).- Ratusan rumah di tiga desa, di Kec. Rancaekek Kab. Bandung, Minggu (9/1), terkepung banjir setinggi 50 cm. Desa yang terkepung bajir usai hujan deras tersebut, terjadi di RW 5 Desa Kaum, RW 6 dan 7 Desa Bojongloa, Kompleks Rancaekek Permai di RT 1, 3 dan RT 6 RW 30 dan Kamp. Rancabatok RT 2 dan RT 3 RW 9 Desa Rancaekek Wetan.

Menurut pemantauan "GM" di lapangan, banjir dimulai ketika hujan deras mengguyur Kec. Rancaekek sekira pukul 13.00 WIB. Setelah hujan mereda, tiba-tiba arus Sungai Cikeruh yang melintasi Desa Kaum, Desa Bojongloa, dan Rancaekek Permasi, serta sungai Citarik yang melintas Kamp. Rancabatok, meluap kemudian air mengepung ratusan rumah.

"Begitu hujan reda, Sungai Cikeruh meluap dan menimbulkan banjir. Rasanya ini banjir pertama di tahun 2005," ujar Endang, warga RT 4 RW 7 Desa Bojongloa Kec. Rancaekek.

Menurut Endang, Bojongloa memang merupakan daerah langganan banjir. Pada tahun 2003, daerah tersebut diterjang banjir hingga 12 kali. Empat kali di antaranya merupakan hujan besar. Pada tahun 2004 terjadi tiga kali banjir.

"Kalau terjadi banjir besar dan ketinggian air mencapai satu meter lebih, biasanya warga diharuskan mengungsi. Tapi, sekarang ketinggian air hanya 50 cm. Saya tidak tahu kalau terjadi hujan susulan, pasti ketinggian air bisa mencapai satu meter. Dengan banjir ini pun, kita harus menunggu air surut antara tiga sampai empat jam," kata Endang.

Keterangan serupa disampaikan Apih, warga Kamp. Rancabatok. Menurutnya, sejak 10 tahun terakhir wilayah tersebut merupakan langganan banjir. Jika ketinggian air masih antara 30 cm hingga 50 cm, bagi warga sudah biasa. "Kalau hujan cukup deras hingga ketinggian 70 cm, warga biasanya mengungsi ke tempat lain," kata Apih.

Menurut Apih, beruntung kemarin hujan tidak kembali mengguyur kawasan tersebut sehingga sekira pukul 17.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB air mulai surut. Sebagian besar warga pun bisa membersihkan rumahnya dari genangan air dan lumpur yang terbawa banjir.

"Untung, pada pukul lima sore, banjir sudah mulai surut sehingga kami bisa langsung membersihkan rumah. Aneh, biasanya Kompleks Rancaekek Permai tidak pernah kebanjiran. Namun, akibat pintu air saluran Buahdua penuh, kita pun terkena banjir," ujar Tubagus Abdullatif, Ketua RW 30 Desa Rancaekek Wetan.

Di Kota Bandung

Sementara itu, banjir cileuncang setinggi 20-30 cm pun menggenangi ruas Jln. Terusan Kopo Bojongbuah Kec. Katapang Kab. Bandung. Lalu litas sempat macet cukup panjang baik dari arah menuju soreang dan sebaliknya. Kejadian tersebut disebabkan oleh saluran Sungai Citarum yang melintasi di jalan tersebut yang tidak mampu menampung air hujan, sehingga meluap ke badan jalan.

Berdasarkan pemantauan di lapangan, kejadian banjir cileuncang itu terjadi berawal ketika sekira pukul 14.30 WIB, terjadi turun hujan yang cukup deras. Tidak lama kemudian cileuncang yang diduga berasal dari air hujan tersebut langsung meluap dan menggenangani jalan raya.

Jalan yang ditutupi air membuat laju kendaraan roda empat maupun roda dua terhambat. Pengemudi terpaksa mengurangi kecepatan, untuk menghindari air masuk kedalam ruang mesin agar tidak mogok. Danpaknya lalu lintas pun macet.

"Sekira pukul 14.30 WIB, hujan di sini cukup deras. Sehingga tidak lama kemudian, sebagian badan jalan langsung tergenang air cileuncang," ujar Toto (53), seorang pedagang onderdil mobil bekas, yang sehari-harinya mangkal di kawasan banjir tersebut.

Menurut Toto, setiap hujan deras, kawasan itu merupakan langganan banjir. "Sudah lama Bojongbuah jadi langganan banjir cileuncang. Bagi kami bukan hal yang aneh," kata Toto. (B-95/Kos/Remi)

Post Date : 10 Januari 2005