Banjir Meluas di Cilacap, Lima Tewas Tersambar Petir

Sumber:Suara Pembaruan - 30 Nopember 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
103 Rumah Warga Takalar, Sulsel, Rusak Diterjang Angin Puting Beliung

CILACAP - Banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sampai Selasa (30/11) terus meluas. Selain jumlah rumah yang tergenang bertambah, panjang ruas jalan dan luas sawah ladang yang tergenang bertambah akibat meluapnya anak-anak Sungai Citanduy yang tak bisa disalurkan ke laut selatan lewat Segara Anakan yang kini dangkal.

Di tengah penderitaan warga yang terpaksa mengungsi karena rumahnya terendam, pada Senin siang, terjadi musibah menimpa lima warga Desa Karanggedang, Kecamatan Sidareja, yang sedang berusaha mengalirkan air yang menggenangi sawahnya.

Kelima petani tersebut tewas bersama-sama akibat tersambar petir ketika sedang bekerja di sawah. Mereka adalah Wawan (28), Wagiman (28), Suparjo (26), Sarimin (42), dan Domang (27).

Korban lain yang terkena petir tapi selamat adalah Samsuweni (58). Sampai Selasa pagi, Samsuweni masih stres karena melihat lima temannya yang berjatuhan ketika kilat menyambarnya. Ia juga sempat terpental karena terkejut, tapi selamat dari maut.

"Tubuh kelima korban menderita luka bakar akibat sambaran petir tersebut," kata Kabag Kesra Pemkab Cilacap, Sumaryo yang datang ke lokasi untuk memberikan santunan kepada keluarga korban.

Kelima korban itu baru berhasil dievakuasi Senin petang, setelah hujan reda dan petir tidak menyambar-nyambar lagi. Masyarakat baru berani melakukan pertolongan setelah hujan reda. Pada Selasa (30/11) pagi ini, kelima jenazah dimakamkan di TPU setempat.

Sementara itu, sampai Selasa pagi, jalur alternatif di jalur selatan Jawa Tengah yang menghubungkan daerah Jawa Tengah dari Cilacap menuju ke Jawa Barat lewat Ciamis, masih tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Citanduy dan anak-anak sungainya.

Warga yang paling menderita karena rumahnya ter-genang dan ruas jalannya juga terendam air antara 60 cm sampai satu meter lebih, adalah warga Desa Gandrungmangu, Kecamatan Wringinharjo.

"Jalur alternatif yang menghubungkan Jateng-Jabar sepanjang beberapa kilometer ini tergenang air sehingga lalulintas terganggu, terutama pengendara mobil sedang tidak bisa lewat," kata Kepala DPU Cilacap, Drs Suprihono ST SH MM Selasa pagi.

Sementara itu sebuah tanggul di Desa Kunci, Kecamatan Sidareja, jebol karena tak kuat menahan banjir. Arus deras dari luapan tanggul jebol itu sempat menyeret dua bocah anak SD sampai ke pesawahan.

Kedua anak tersebut berhasil menyelamatkan diri dengan berpegangan pada ranting di pohon dekat sawah sehingga kedua anak itu Iwan (10) dan Akbar (9) berhasil diselamatkan.

Longsor

Hujan deras yang turun sejak Senin pagi hingga siang, mengakibatkan tebing setinggi 20 meter di atas jalan raya antara Wangon-Ajibarang di Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jateng, longsor pada Senin petang sekitar pukul 15.30 WIB. Mbok Jabres (45) ditemukan tewas akibat tanah longsor itu.

Longsor itu juga menyebabkan jalan raya yang menghubungkan Purwokerto-Cilacap lewat jalur barat itu tertutup tanah sepanjang 25 meter lebih.

Mbok Jabres ditemukan tewas Senin malam ketika warga mencoba mengangkat warungnya yang tertimbun tanah longsor tersebut. Jenazah korban dimakamkan Selasa di tempat pemakaman umum setempat.

Untuk melancarkan arus lalulintas, Tim Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsian (Satlak PBP) dan DPU Pemkab Banyumas bersama masyarakat menyingkirkan tanah longsor tersebut dengan alat berat beghu dan buldozer.

Camat Wangon, Suwarko Prawoto ketika dikonfirmasi Selasa pagi mengatakan, lalulintas di jalur Wangon-Ajibarang menuju Cilacap sudah normal kembali setelah semua tanah disingkirkan. Kendaraan yang semula terjebak pada hari Senin sudah membalik semua.

Malang Banjir

Akibat rendahnya kesadaran warga Kota Malang membuang sampah menjadikan hujan deras yang turun menimbulkan banjir, Senin petang. Jalan Raya A Yani, sebagai pintu masuk Kota Malang, utamanya Simpang Tiga Borobudur-PDAM lama-Plaza Elektronik Borobudur hingga depan kantor Pusat Telkom dan depan toko swalayan grosir Alfa, mengalir luapan air cukup deras. Dampak lain dari banjir sesaat itu mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas.

Wali Kota Malang, Drs Peni Suparto melalui Kabag Humas Pemkot, R Poedjiono BA ketika dikonfirmasi wartawan kemarin petang mengatakan, banjir dengan arus cukup besar kendati cuma sesaat juga terjadi di depan pertigaan toko swalayan Mitra-II hingga perempatan Kaliurang, disebabkan banyaknya alur sungai dan gorong-gorong yang mampet akibat tersumbat sampah. Lebih dari itu, banyak pembangunan rumah yang menyerobot luasan sungai perkampungan hingga berubah sangat sempit.

"Tim Waspada Bencana Pemkot Malang yang diketuai Sekkota Malang HM Noer MSi sudah langsung melakukan pantauan di lapangan dan menemukan banyaknya sampah yang dibuang warga ke sungai dan membuat saluran gorong-gorong tidak berfungsi maksimal," ujarnya.

Dia menambahkan, terdapat sedikitnya 15 titik rawan di Kota Malang yang rawan banjir setiap kali turun hujan lebat. Untuk mengantisipasi ancaman banjir kini Tim Waspada Bencana sudah menyelesaikan konsep peraturan daerah (Perda) gorong-gorong yang disesuaikan dengan lebar jalan.

"Kita lihat bangunan ruko-ruko yang menjamur di 15 jalan di tengah Kota Malang sepertinya tidak melanggar garis sempadan, namun drainasenya sangat mungkin tidak sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya," katanya.

Angin Puting

Sementara itu, dari Makassar dilaporkan, sebanyak 103 rumah warga di Desa Barang Mamase dan Desa Bonto Marannu, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Senin rusak di terjang angin puting beliung. Bencana itu terjadi di lokasi yang terletak sekitar 45 km (kilo meter) dari Kota Makassar.

Tidak ada korban jiwa, namun puluhan warga mengalami luka-luka akibat tertimpa bahan bangunan rumah serta pohon yang tumbang. Selain itu enam buah kapal yang sedang berlabuh di tepi pantai di desa tersebut rusak dihempas badai.

Kapolres Takalar, AKBP Yayat Jatmika yang ditemui seusai meninjau lokasi bencana, mengatakan, dari data yang diperoleh, tercatat sekitar 103 rumah warga yang terdiri dari rumah panggung terbuat dari kayu, rusak, 70 di antaranya dikategorikan rusak berat.

Sembilan warga yang mengalami luka ringan adalah Dg Banggeng, Dg Lino, Soho, Dg Ngani, Nasir, Dg Sanra dan Dg Sakking dan dua anak-anak. Sedangkan warga yang terluka parah yakni Dg Serre, Dg Nappa dan Rasma, siang itu di rawat di Puskesmas Pembantu Galesong Selatan.

Menurut keterangan Durahman, warga Desa Barang Mamase, badai yang melanda desa itu terjadi sekitar pukul 11.30 Wita, diawali hujan yang mengguyur tiba-tiba, padahal sebelumnya cuaca cukup cerah dan tidak ada tanda akan turun hujan.

Selang lima menit hujan mengguyur, terdengar suara gemuruh bak pesawat melintas dan dari arah laut tampak pusaran angin yang menghantam perahu-perahu nelayan di pantai, kemudian menyapu rumah warga di Dusun Kanite, Dusun Balang, Dusun Kalukua, kata Durahman. (WMO/148/070)

Post Date : 30 November 2004