Banjir Pasti Berlalu

Sumber:Media Indonesia - 06 Juli 2012
Kategori:Banjir di Jakarta
BAYANGAN banjir bandang 2002 dan 2007 menghantui warga Jakarta pada awal tahun ini. Banjir lima tahunan yang diperkirakan akan melumpuhkan kembali perekonomian Jakarta seperti pada 2002 dan 2007 sudah menjadi pembicaraan hangat warga dan pakar sejak akhir 2011.
 
Dari sejarahnya, Kota Jakarta memang tidak bisa lepas dari banjir. Jakarta kerap tergenang air sejak zaman penjajahan. Struktur 40% luas Jakarta yang di bawah permukaan laut menjadikan kota ini begitu gampang diserang banjir. Terlebih saat musim hujan datang.
 
Apalagi, jika di daerah Bogor dan Depok turun hujan deras, hampir dipastikan sungai meluap yang kemudian menggenangi kawasan sekitarnya. Kampung Melayu, Bidara Cina, Kramatjati, Cipinang, Cimanggis, Tanah Abang, dan Pancoran, hanyalah sebagian wilayah yang menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba.
 
Belajar dari peristiwa bencana banjir itulah, Pemerintah Provinsi DKI di era Fauzi Bowo menyusun kembali masterplan sistem pengendalian banjir yang disebut polder sistem. Hasilnya sudah mulai dirasakan masyarakat.
 
Fauzi Bowo memimpin Jakarta pada Oktober 2007, ketika ancaman banjir demikian parah. Sudah hampir lima tahun mantan Kepala Dinas Pariwisata DKI itu memimpin. Secara objektif, luas genangan banjir sudah jauh berkurang dan genangan air cepat surut, bahkan jumlah lokasi rawan banjir turun drastis dari 128 titik menjadi 62 titik.
 
Perbaikan pengelolaan banjir di Jakarta mendapat perhatian serius Bank Dunia. Lembaga dunia itu menjadikan Jakarta sebagai contoh pengelolaan banjir untuk berbagai kota di dunia yang banyak terancam banjir.
 
Pada akhir 2011, Bank Dunia bahkan menerbitkan buku Cities and Flooding yang merupakan panduan untuk kota-kota besar rawan banjir di Asia Timur. Kota-kota tersebut masih mengalami bencana banjir dan berupaya mengurangi risiko banjir di masa kini dan masa mendatang.
 
“Isi buku itu mengutip banyak pengalaman Jakarta dalam menghadapi banjir. Salah satu rekomendasi yang diberikan Bank Dunia adalah bagaimana Jakarta memberdayakan partisipasi masyarakat dalam perencanaan manajemen banjir di DKI,“ ujar Gubernur DKI Fauzi Bowo bangga.
 
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle beralasan pesatnya pertumbuhan di daerah perkotaan membuka kesempatan untuk menyertakan manajemen risiko banjir yang terintegrasi ke dalam tata kelola dan perencanaan perkotaan reguler.
 
“Manajemen risiko banjir yang terintegrasi dapat menjadikan pertumbuhan perkotaan suatu kekuatan positif untuk pembangunan,“ papar Stefan dalam Flood Risk Management and Urban Resilience Workshop di Hotel Shangrilla, Jakarta, belum lama ini.

Siap berpartisipasi 
 
Kekuatan yang dimaksud terutama pada masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Kali Ciliwung. Warga tampak selalu siap berpartisipasi menghadapi banjir. Hal tersebut tidak lepas dari sosialisasi program Pemprov DKI dalam mengantisipasi, menangani, evakuasi, dan memberikan solusi banjir.
 
“Program tersebut merupakan penilaian positif Bank Dunia terhadap Pemprov DKI. Bahkan Bank Dunia menjadikannya sebagai pedoman bagi kota-kota yang mengalami musibah banjir di kawasan Asia Timur,“ lanjut Fauzi Bowo. Keberhasilan mengatasi banjir merupakan hasil kerja keras Pemrov DKI dalam menyelesaikan berbagai proyek pembangunan. Proyek Kanal Banjir Timur, misalnya, telah membebaskan 2,7 juta jiwa warga Jakarta Timur, Jakarta Utara, serta sebagian Jakarta Selatan, dari ancaman banjir.
 
Ke depan, proyek pengendalian banjir dimulai dengan menormalisasi dan mengeruk 13 sungai serta empat waduk dengan dukungan pembiayaan Bank Dunia sebesar Rp1,4 triliun.
 
Proyek yang dikenal dengan Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) tersebut diharapkan dapat mengurangi tekanan banjir sebesar 30% karena akan mengeruk sekitar 3,5 juta ton meter kubik sedimen dan limbah dari sungai dan waduk.
 
Proyek pengerukan akan merehabilitasi beberapa bagian dari jalan air utama di Jakarta. Misalnya, 11 sungai sepanjang 67,5 kilometer dan 65 hektare dari empat waduk akan dikeruk untuk mengembalikan kapasitas operasinya. Juga akan dilakukan perbaikan 42 kilometer tanggul pada bagian tersebut. Selain itu, peralatan mekanis seperti pompa air dan pintu air akan diperbaiki dan diganti.
 
Adapun untuk jangka panjang telah disiapkan proyek tanggul raksasa di Teluk Jakarta yang akan diintegrasikan dengan pembangunan reklamasi pantai utara. Proyek tersebut sangat penting karena permukaan air laut di sekitar Jakarta akan terus meningkat akibat perubahan iklim.
 
Banjir tak hanya melanda Jakarta. Kawasan Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan, dan Sulawesi juga tak luput dari bencana banjir. Banjir akan berlalu bila pemerintah pusat juga berkomitmen. Pasalnya, banjir Ibu Kota ada kaitan dengan Jawa Barat dan Banten. SELAMAT SARAGIH


Post Date : 06 Juli 2012