Bantuan Tak Datang, Warga Bentuk Satgas

Sumber:Kompas - 03 Februari 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Tali tambang ditarik kuat-kuat. Tak peduli basah kuyup diguyur hujan dan berdiri dalam genangan air setinggi perut orang dewasa, sekelompok anak muda itu akhirnya berhasil mengeluarkan gerobak dorong milik penjual cimol, makanan khas Bandung.

Tertawa gembira, Ahmad menerima gerobak miliknya. Meski rumah dan seisinya yang berdiri di bantaran Kali Ciliwung, Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, tenggelam, setidaknya gerobak dorong itu menjadi modal awalnya untuk memulai hidup.

"Sudah dua hari ini genangan air semakin tinggi dan menenggelamkan 10 dari 15 RT di RW 12 Bukit Duri. Belum ada bantuan datang, baik makanan maupun pengamanan atau evakuasi. Namun, sejak awal warga sudah swadaya membentuk dapur umum dan tim evakuasi sehingga korban banjir tidak sampai merana sendiri," kata Ketua RW 12 Syarimsah, Jumat (2/1).

Di 10 RT yang dilanda banjir, terdapat 3.421 jiwa yang rumahnya terendam air luapan Kali Ciliwung setinggi 1,5-4 meter sejak 31 Januari lalu. Akibat derasnya luapan arus Sungai Ciliwung, lima rumah di bantaran kali hanyut pada Jumat dini hari kemarin.

Tidak ada korban jiwa, tetapi warga tetap waspada dan langsung mengungsi menyelamatkan diri. Rumah-rumah dari papan kayu di sepanjang bantaran kali itu diperkirakan bakal semakin banyak yang hanyut jika arus banjir tetap kuat dalam beberapa hari ke depan.

Di Bukit Duri juga terdapat perumahan permanen untuk karyawan PT Kereta Api dan perumahan karyawan kantor pajak. Kedua kompleks perumahan itu juga terendam. Selain itu, terdapat pula depo kereta api listrik (KRL) milik PT KA. Sedikitnya terdapat tiga rangkaian gerbong KRL, yang bernilai miliaran rupiah, harus diungsikan.

Kemarin petang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan besarnya mengunjungi para pengungsi di Bukit Duri. Sebelumnya Presiden mengunjungi para pengungsi Kampung Melayu, tak jauh dari Bukit Duri, yang ditampung di kompleks Sekolah Santa Maria Fatima, Jalan Jatinegara Barat.

Bukit Duri menjadi kawasan terpencil karena akses keluar terputus. Bantuan nyaris tidak mengalir ke Bukit Duri selama dua hari terakhir.

Jalan menuju Jatinegara tenggelam, begitu pun yang menuju Jalan Slamet Riyadi-Manggarai dan Kampung Melayu. Masyarakat yang sudah mulai kelaparan dan kedinginan sempat tercerai-berai mencari tempat mengungsi sendiri-sendiri.

Tak sabar dan enggan terus mengimbau serta meminta, Syarimsah dibantu beberapa warga membentuk satuan tugas penanggulangan banjir lokal.

"Saya dibantu ketua-ketua RT bertugas mengoordinasi korban banjir. Kami mendata warga serta rumahnya yang terendam, mengalokasikan mereka ke rumah-rumah yang bersedia menampung, serta mulai membuka dapur umum," kata Syarimsah.

Dapur umum dibuka mulai Kamis. Bahan makanan berasal dari sumbangan simpatisan dan teman-teman dekat pengurus satgas. Bantuan dari pemerintah baru datang kemudian, berupa 5 kardus mi instan, telur, 2 botol kecil kecap, 2 botol besar minyak goreng, dan 80 kilogram beras, serta 600 nasi bungkus.

Sumbangan uang tunai Rp 150.000 dibelikan tali tambang. Secara bersama-sama, pemuda-pemudi RW 12 menyusuri aliran banjir dan menolong warga dan barang-barang berharga yang terjebak. Mereka mengikatnya dengan tali tambang dan dilengkapi ban dalam sebagai pelampung.

Pada hari ketiga banjir, belum ada bantuan dari Pemerintah DKI Jakarta maupun lembaga sosial lainnya, terutama stok bahan makanan, pakaian hangat, serta obat-obatan. Hingga Jumat, baru ada satu perahu karet dari Red Cross yang turut membantu evakuasi warga. Neli Triana



Post Date : 03 Februari 2007