Barak Diresmikan Presiden, Kok Airnya Keruh?

Sumber:Kompas - 10 Maret 2005
Kategori:Aceh
TANGGAL 15 Februari 2005 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan barak pengungsi di Lambaro Siron, Banda Aceh. Inilah barak pertama yang dihuni pengungsi, pasca bencana. Selayaknya upacara peresmian, kala itu banyak senyum mengembang, tak terkecuali di bibir pengungsi.

Namun, Selasa (8/3) kemarin, 20 hari setelah peresmian, senyum penghuni barak itu tak lagi terlihat. Siti (33), seorang penghuni barak, mengungkap "derita" mereka di barak tak lain karena buruknya kualitas air bersih. "Air di sini keruh. Itu pun keluarnya susah. Kalau malam, kami tak ada air," ujarnya, Selasa siang.

Suka atau tidak, air keruh itu lah yang harus mereka terima. "Meski ada beberapa dari kami yang gatal-gatal karenanya," kata Siti, yang kini hidup sebatang kara, kehilangan suami dan anak-anak.

Keluhan senada disampaikan Balqis, juga penghuni barak Lambaro Siron. Warga barak harus menanti air bersih dari sumur galian yang disediakan pemerintah. "Pagi-pagi, ketika kami mau wudlu untuk shalat subuh, air keluarnya lamaaaaa sekali. Kalaupun akhirnya keluar, cuma sedikit," katanya.

Abdul Hakim (21), yang sebelumnya tinggal di kawasan Lampeunerut, mengeluhkan situasi serupa. Menurut Hakim, dia beberapa pengungsi lain terpaksa menumpang mandi di rumah-rumah penduduk. "Bagaimana air mau keluar, pipanya saja tidak menyentuh permukaan air di dalam sumur. Abang lihat sendiri lah. Bagaimana mungkin air coklat keruh begini bisa dipakai," ujar Hakim.

Ketua Barak I di Barak Lambaro Siron, Tahmi, mengaku sudah puluhan kali menerima keluhan itu dan menyalurkan ke Junaidi, juru bicara barak. Toh, tak ada perubahan. Problemnya tak hanya seputar air bersih. Air minum pun menjadi masalah, karena pasokannya tidak selalu datang tiap hari. Mereka harus irit dengan air minum satu jerigen 20 liter, untuk konsumsi dua hari.

PERSOALAN fasilitas pendukung barak, seperti air bersih, sarana mandi-cuci-kakus (MCK), aliran listrik, dan dapur, tak hanya terjadi di barak Lambaro Siron. Di banyak barak lainnya, di seantero penjuru NAD, persoalan serupa juga banyak terjadi. Saat barak sudah oke, ternyata air bersih tak kunjung mengucur.

Pelaksana Tugas Gubernur NAD, Azwar Abubakar, sudah secara khusus meminta kepada Satuan Tugas Pekerjaan Umum (PU), agar mengendalikan pembangunan barak. Azwar berharap, barak-barak yang pengerjaannya jauh dari selesai, lebih baik dihentikan dulu.

"Tuntaskan dulu pembangunan barak-barak yang hampir jadi, beserta fasilitas pendukungnya, seperti air, MCK, dapur, dan listrik. Mendingan kita punya barak sedikit, tetapi fungsional. Banyak warga betah tinggal di situ. Daripada banyak barak, tetapi kosong, karena penduduk tidak mau masuk, karena tak ada air, dapurnya belum sempurna," ujarnya.

Tergesa-gesa. Mungkin itu kata paling positif, untuk tak menyebut serampangan, pembangunan barak. Apalagi, barak ini perlu segera disiapkan untuk diresmikan oleh presiden. Beberapa penduduk menyebutkan, salah satu indikasinya lantai kamar mandi di barak mereka, yang tidak dibuat miring sehingga memudahkan air mengalir. Namun lantai dibuat datar, sehingga air selalu menggenang.

Dari pengamatan Kompas, air di sumur barak yang sedalam lima meter itu, tampak keruh berwarna coklat. Pada bagian mulut sumur dipasang satu unit mesin pompa tangan, yang bagian bawahnya tersambung pada pipa paralon berdiameter sedang yang masuk ke sumur.

Sayangnya, pipa paralon itu tidak sampai menyentuh permukaan air sumur. Akibatnya, untuk mengambil air di sumur itu pengungsi terpaksa menimba air dengan menggunakan ember pastik, yang diikat dengan tambang. "Kami selama ini terpaksa mandi sehari sekali. Sering malah tidak. Sudah berkali-kali kami mengeluh ke petugas yang datang. Akan tetapi, tak ada reaksi. Kalau ada pejabat datang baru air di bak penampungan diisi penuh. Begitu selesai ditinjau, ya air sulit lagi," ujar Hakim.

Saat ini sejumlah anak pengungsi mulai diserang penyakit gatal-gatal dan cacar akibat jarang mandi. Parahnya, saat mereka membawa anak-anak untuk diperiksa di posko kesehatan di pengungsian, dokter jaga di posko mengatakan tidak punya persediaan obat untuk penyakit cacar. (PRINANTYO/WISNU DEWABRATA)

Post Date : 10 Maret 2005