Batasi Pemakaian "Styrofoam"

Sumber:Kompas - 14 Desember 2009
Kategori:Lingkungan

Jakarta, kompas - Penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan diusulkan agar dibatasi. Pasalnya, styrofoam yang berbahan dasar plastik jenis polistirena berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Usulan pembatasan penggunaan styrofoam ini mencuat dalam acara Teens Go Green yang diikuti remaja dari berbagai SMA dan SMK di DKI Jakarta, Minggu (13/12) di Pasar Seni, Ancol Taman Impian.

Usulan diungkapkan dalam karya-karya mereka berupa desain kartu pos, kreasi produk daur ulang, majalah dinding, dan sebagainya.

Para remaja ini melihat bahwa penggunaan styrofoam makin lama makin luas. Selain makanan mentah, styrofoam juga dipakai untuk membungkus makanan matang dan keperluan lain. Kemasan ini juga dipakai di berbagai kalangan, mulai dari restoran kelas atas, restoran waralaba kelas dunia, pedagang kaki lima, hingga kantin sekolah.

Kemasan ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius, seperti gangguan saraf pusat dan meningkatkan kemungkinan terkena penyakit kanker.

Selain itu, kemasan plastik jenis polistirena juga sulit diurai secara biologis dan sulit didaur ulang sehingga tidak diminati pemulung atau orang yang berkreasi dengan produk daur ulang. Setidaknya, dibutuhkan waktu 1.000 tahun agar Bumi bisa mendaur ulang styrofoam di tanah.

”Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dipakai sebagai alternatif pengganti styrofoam. Kita bisa menggunakan besek bambu untuk mengemas makanan,” kata Anida Haryatmo, Direktur Program Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan Yayasan Keanekaragaman Hayati, di sela-sela acara tersebut.

Sementara itu, menurut Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Budi Karya Sumadi, Ancol sangat menyambut baik remaja-remaja yang sudah sadar lingkungan.

”Saya mendukung sekali acara ini karena remaja yang akan menjadi penentu masa depan negara kita kelak. Jika sejak remaja mereka sudah sadar lingkungan, tentu mereka akan menjadi agen perubahan bagi orang-orang di sekitarnya,” kata Budi.

Mengenai ide Jakarta Bebas Styrofoam yang menjadi tema acara ini, menurut Budi, selaras dengan program Ancol, yakni kawasan bebas styrofoam. Kami hanya mengeluarkan izin bagi rekanan yang tidak memakai styrofoam. ”Pilihannya adalah mengganti styrofoam dengan kemasan lain atau keluar dari Ancol,” ujarnya.

Selain Ancol, kegiatan ini juga didukung Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Yayasan Keanekaragaman Hayati, Jakarta Green Monster, Yayasan Terumbu Karang Indonesia, Rimbawan Muda Indonesia, dan Universitas Bina Nusantara. (ARN)



Post Date : 14 Desember 2009