Bau Sampah Ganggu Bandara Soekarno-Hatta

Sumber:Kompas - 10 Agustus 2008
Kategori:Sampah Jakarta

Jakarta, Kompas - Kawasan Bandara Soekarno-Hatta dan permukiman penduduk di sebelah barat bandara terganggu sebaran bau tidak sedap dan asap dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang berlokasi di Rawa Kucing, Kota Tangerang. Bau tak sedap yang terbawa angin menyebar ke mana-mana.

Bau tidak sedap dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing itu terasa menyesak di dada mulai dari permukiman penduduk di Rawa Kucing, Perumahan Korpi, Perumahan dan Pergudangan Bandara Mas, hingga bagian barat bandara internasional tersebut.

”Kadang-kadang kalau malam, baunya sampai Terminal II Bandara,” kata Agus, petugas di bandara tersebut, Sabtu (9/8).

Beberapa warga di Perumahan Korpri yang ditemui Kompas juga merasakan hal yang sama. Bahkan di Perumahan Korpri yang berada di sebelah barat bandara itu, bau tak sedap tak hanya malam, siang dan pagi hari pun sering menyengat hidung. ”Asap bakaran sampah di Rawa Kucing juga sering menyelimuti perumahan ini,” tutur salah seorang warga.

Sudah bertahun-tahun polusi udara seperti itu dikeluhkan warga. Hal ini juga sudah disampaikan kepada Pemerintah Kota Tangerang. Akan tetapi, hingga sekarang tidak ada penyelesaian.

Juru bicara Pemerintah Kota Tangerang Saeful Rahman mengakui kadang-kadang bau sampah dari TPA Rawa Kucing menyebar tergantung arah angin, tetapi tak sampai wilayah bandara. ”TPA itu masih bisa dipakai 4-5 tahun lagi,” kata Saeful.

Sudah disediakan lahan

Secara terpisah, Sekretaris Daerah Pemkot Tangerang Harry Mulya Zein, Sabtu malam, mengatakan, pihaknya akan mengecek keluhan warga soal bau dan asap sampah dari Rawa Kucing.

Menurut Harry, sebenarnya Pemkot Tangerang memiliki lahan yang direncanakan untuk TPA. Lokasinya berada di Jatiwaringin, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang. Luas lahan sekitar 20 hektar, tetapi jauh dari kota. ”Ya, kalau memang Rawa Kucing tak mampu menampung sampah lagi, akan kami pertimbangkan segera memakai Jatiwaringin,” kata Harry.

Dikatakan oleh Harry, keterbatasan armada pengangkut sampah menjadi kendala pemindahan TPA dari Rawa Kucing ke Jatiwaringin. Pemkot Tangerang sudah membeli lahan di Jatiwaringin tahun 2002 dengan uang dari pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB).

Bantar Gebang terbakar

Sementara itu, bukit sampah di Zona V Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, Kota Bekasi, Sabtu (9/8) siang, terbakar lagi. Kobaran api melalap bagian atas tumpukan sampah di TPA milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu.

Kebakaran kemarin merupakan yang ketiga kalinya dalam sepekan terakhir pada lokasi sama di TPA Bantar Gebang yang kini disebut Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Kebakaran sebelumnya terjadi Selasa dan Rabu.

Berbeda dengan dua kebakaran sebelumnya, upaya pemadaman kebakaran kemarin tidak lagi dibantu Unit Pemadam Kebakaran Pemerintah Kota Bekasi.

Petugas TPA Bantar Gebang hanya dibantu dua mobil tangki air dan empat alat berat jenis backhoe untuk memadamkan kebakaran.

Ketua Koalisi Lembaga Swadaya Masyarakat untuk Persampahan Nasional Bagong Suyoto, yang berdiam di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, menyatakan, selain karena faktor musim kemarau, kebakaran di bukit sampah TPA Bantar Gebang juga dipengaruhi buruknya pengelolaan sampah di TPA Bantar Gebang.

Menurut Bagong, yang juga Ketua Dewan Daerah Walhi Jakarta, Pemprov DKI Jakarta, yang kini mengelola TPA Bantar Gebang, seharusnya secara ketat menerapkan mekanisme penimbunan sistem sanitary landfill. (NAS/TRI/COK)



Post Date : 10 Agustus 2008