Bayar Komposter Pakai Sampah

Sumber:Suara Merdeka - 28 November 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Masyarakat masih memandang sebelah mata atas kehadiran sampah. Sebisa mungkin mereka segera menyingkirkannya dari tempat tinggal. Padahal, dengan manajemen yang pas, sampah bukanlah masalah.
 
Sampah tak selamanya kotor, bau, atau menjadi sumber penyakit. Sebaliknya, sampah bisa menjadi pundi-pundi rupiah, hanya dengan modal telaten. Hal inilah yang ingin ditanamkan Kelompok Tani Cinta Bunga Kelurahan Tembalang kepada warga di lingkungannya.
 
Untuk merangsang kepedulian pada sampah, kelompok tani itu mengkreditkan komposter sampah organik dan dua tempat sampah anorganik (botol plastik dan kertas).  Uniknya, warga akan nyicil peralatan tersebut dengan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Jadi sama sekali tidak perlu mengeluarkan uang.
 
Dalam pengelolaannya pun warga tak perlu repot, lantaran sudah ada petugas dari kelompok PKK yang mengurusnya. Warga hanya memilah saat membuang sampah di tempat  yang telah disediakan.
 
”Kami ingin mengajak masyarakat, tapi tidak memberatkan untuk pembelian alatnya. Maka kredit tapi bayarnya pakai sampah,” kata Ketua Kelompok Tani Cinta Bunga Kelurahan Tembalang, FX Hartono, Selasa (27/11).
 
Pria berusia 69 tahun ini mengatakan, program tersebut telah diawali Mei 2012 di RW I Kelurahan Tembalang. Dalam dua pekan, satu rumah tangga bisa memperoleh Rp 25 ribu dari hasil penjualan sampah kertas dan botol plastik. Itu belum lagi ditambah penghasilan sampah organik yang dibuat pupuk kompos. Satu kilogram pupuk kompos bisa dijual Rp 2.500, dan kompos bisa dihasilkan setidaknya enam pekan sekali.
 
Paket komposter terdiri atas drum setinggi 80 cm, dilengkapi dengan planggrangan yang terbuat dari pipa serta cairan starter. Sampah-sampah organik yang dipotong dalam ukuran kecil akan mengalami fermentasi tanpa bau busuk.
 
Namun, keterbatasan alat menjadikan program tersebut belum dikembangkan ke RT dan RW sekitar. Tak kurang usaha, kelompok tani mencoba menggandeng pihak ketiga.
 
”Kami sudah mengajukan kerja sama pengadaan tempat sampah dan komposter ke PT Pertamina, PWRI, LPPM Undip dan kampus-kampus yang berada di Tembalang. Sudah ada beberapa (komposter dan tempat sampah) yang segera akan diberikan pada warga,” ujar pria kelahiran Purwodadi ini.
 
Titik berat pengadaan komposter ini bukan nominal uang yang diperoleh melainkan menumbuhkan peran masyarakat dalam keikutsertaan menangani masalah sampah. Terlebih Tembalang merupakan kelurahan ramah lingkungan. Masalah sampah merupakan hal yang vital, mengingat jumlah penduduk di Kelurahan Tembalang ada sekitar 5.300 jiwa. Jumlah itu belum ditambah mahasiswa yang ngekos mencapai lebih dari 40.000 orang.
 
”Program ini juga akan melibatkan mahasiswa,” katanya. (Hanung Soekendro-39)


Post Date : 28 November 2012