Belasan Ribu Warga Terkepung Banjir

Sumber:Kompas 04 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Jambi, Kompas - Banjir yang melanda Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Muaro Jambi akibat meluapnya Sungai Batanghari, Sungai Batang Tembesi, dan sejumlah anak sungainya sejak satu pekan terakhir, hingga Minggu (3/4) belum surut. Diperkirakan belasan ribu keluarga di Kota Jambi dan dua kabupaten itu kini dikurung banjir. Pekarangan rumah mereka terendam air setinggi 30-150 sentimeter.

Karena air terus naik, hujan masih banyak turun dan hampir merata, kecemasan melanda masyarakat yang tinggal di daerah aliran Sungai Batanghari.

"Meskipun masyarakat sudah biasa menghadapi banjir setiap tahun, namun kecemasan tetap ada. Bagi penduduk yang tidak punya perahu, seharian terpaksa tinggal di rumah. Kalau mau keluar rumah, seperti ke masjid, pasar, bekerja, atau ke jalan raya harus masuk dalam air," kata Ismael (39), penduduk Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Minggu.

Lahan pekarangan dan pertanian yang terendam air terus bertambah. Selain merusak sekitar 1.000 hektar tanaman sayuran dan palawija, banjir juga menghancurkan tanaman rempah dan obat, semisal kunyit, jahe, laos, kumis kucing, dan samiloto.

Di Muaro Jambi, puluhan desa yang sudah dikepung banjir di Kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernan, Kumpeh Ulu, dan Maro Sebo. Adapun di Kabupaten Batanghari, banjir melanda Kecamatan Pemayung, Maro Sebo Ilir, Muarabulian, Muara Tembesi, dan Batin XXIV.

Di Kota Jambi daerah yang dilanda banjir meliputi hampir seluruh kelurahan di Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan, sebagian Kecamatan Telanaipura, Kecamatan Pasar, serta sebagian Kecamatan Jambi Timur.

Rumah penduduk di daerah yang kena banjir belum terendam karena umumnya merupakan rumah panggung yang aman dari banjir rutin. Minggu kemarin ketinggian permukaan air di Kecamatan Danau Teluk, Pelayangan, dan Jambi Luar Kota masih 50-100 sentimeter di bawah lantai rumah penduduk. Namun, lebih dari 100 rumah lantainya sudah terendam air setinggi 25-75 sentimeter karena tanpa tiang.

Beberapa industri kayu gergajian di Kecamatan Danau Teluk dan Jambi Luar Kota juga terpaksa menghentikan kegiatannya karena banjir.

Sekolah terganggu

Di Kabupaten Batanghari, sejak akhir Maret lalu sekitar 400 rumah penduduk dan sekolah dasar dilanda banjir. Di Kecamatan Batin XXIV, 15 rumah terendam di Desa Jeluti, Desa Olak Besar 12 rumah, Kelurahan Durian Luncuk enam rumah, serta Gedung SD 59/I, Mata Gual 40 rumah, dan beberapa rumah di Desa Aur Gading, Paku Aji, dan Hajran.

Di Kecamatan Muara Bulian sedikitnya 603 rumah terendam, dua SD, dan satu puskesmas. Sementara di Kecamatan Maro Sebo Ilir, ketinggian air di lahan dan pekarangan 1,5 meter. Sebanyak 52 rumah, satu madrasah, dua SD terendam.

Usman (25), penduduk Pijoan, Kecamatan Jambi Luar Kota, mengungkapkan, meskipun permukiman kini sudah dilanda banjir, ketinggian air Sungai Batanghari masih sekitar satu meter lebih rendah dibandingkan dengan banjir Desember 2003.

Proses belajar-mengajar di sejumlah sekolah di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Batanghari terganggu.

Jalan kabupaten atau kota yang menghubungkan desa dan kelurahan dengan jalan utama di kawasan yang dilanda banjir di Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, dan Muaro Jambi sudah ada yang terendam air. Seperti jalan menuju Desa Kubu Kandang dan Kuap di Kabupaten Batanghari, serta Jalan di Sijenjang, dan Kampung Legok, Kota Jambi.

Di Palembang

Untuk kedua kalinya dalam tahun 2005, kawasan sekitar Jembatan Musi II, Palembang, dan sebagian Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, juga terendam akibat luapan Sungai Musi dan Sungai Ogan. Luapan kedua sungai itu menggenangi lahan pertanian yang mulai ditanami padi.

Menurut pengamatan Kompas, Minggu, kedua sungai sudah mengalami pasang sejak empat hari lalu. Luapan air kembali menggenangi kawasan rawa dengan arus yang cukup deras meskipun belum separah banjir Januari lalu.

Menurut Syarifudin, warga Desa Pelabuhan Dalam, Pemulutan, kawasan rawa yang sempat mengering pada minggu kedua dan ketiga Maret, mendorong dia dan beberapa rekannya mulai menanam padi.

Untuk menanami satu hektar rawa yang diubah menjadi sawah, Syarifudin sudah mengeluarkan sekitar Rp 1 juta untuk bibit, upah kerja, dan pemupukan awal. Kondisi yang sama juga dialami masyarakat yang tinggal di kawasan rawa sekitar Jembatan Musi II Palembang.

Curah hujan yang tetap tinggi dan tidak kunjung turun dalam satu bulan terakhir menjadi penyebabnya. Sebelumnya, Kepala Kantor Badan Meteorologi Palembang Suyatim mengatakan, curah hujan di Sumsel masih tetap tinggi sampai pertengahan April 2005. (nat/eca)



Post Date : 04 April 2005