Bencana Itu Kembali Terulang

Sumber:Kompas - 10 Februari 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANJIR hebat yang melanda Kalimantan Barat bukan pertama kalinya terjadi. Hampir setiap tahun beberapa kabupaten di provinsi ini dilanda banjir. "Kejadian kali ini persis seperti musibah tahun 1963," kata Kepala Desa Beringin, Kabupaten Pontianak, Bunyamin M Ali.

Banjir di Kalimantan Barat (Kalbar) kali ini memang cukup luas, di antaranya meliputi Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, dan Kapuas Hulu.

Sebelumnya, Desember 2003, berapa desa di Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak juga dilanda banjir. Bencana ini terutama menimpa warga yang bermukim di pinggiran sungai, dan jumlahnya tidak bisa dibilang kecil. Maklum saja, di Kalbar terdapat 20 sungai besar dengan luas daerah aliran sungai 146.807 kilometer persegi.

Persoalannya, bencana banjir itu makin sulit diatasi karena daerah yang justru memiliki banyak sungai ini tidak memiliki badan atau lembaga yang mengurus sungai. Akibatnya, masing-masing instansi saling melempar tanggung jawab dalam pengurusan sungai.

Ketika terjadi musibah, semuanya saling menyalahkan dan tidak ada tindakan konkret yang dilakukan. Padahal, banjir yang melanda Kalbar semakin meluas dan kondisinya semakin parah. Hal ini antara lain disebabkan semakin rusaknya hutan dan lingkungan akibat penebangan liar yang menimbulkan lahan kritis.

Saat ini luas lahan kritis di Kalbar mencapai 4,9 juta hektar, dan 2,1 juta hektar di antaranya berada dalam kawasan hutan. Luas lahan kritis ini terus bertambah setiap tahun seiring dengan semakin hancurnya kawasan hutan.

Darmawan Liswanto dari Konsorsium Anti-Illegal Logging (KAIL) Kalbar mengungkapkan, semakin luasnya lahan kritis ini selain disebabkan hutan terus dikonversi untuk berbagai kepentingan, sampai sekarang kegiatan penebangan hutan Kalbar juga belum memperlihatkan penurunan yang signifikan.

Saat ini sekitar satu juta meter kubik kayu ilegal per tahun dikirim ke luar wilayah Kalbar. Untuk pengiriman ke luar negeri, kegiatan perdagangan kayu ilegal melalui pintu lintas batas Entikong setiap harinya diangkut sekitar 450 meter kubik kayu dengan menggunakan sekitar 43 truk.

Adapun melalui Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, setiap bulan sekitar 8.100 meter kubik kayu diangkut ke Sarawak, Malaysia, dengan menggunakan 1.500 truk.

Selama dua tahun terakhir, dari dua pintu itu saja negara mengalami kerugian sedikitnya Rp 289 miliar. Selain dua pintu perbatasan itu, di sepanjang perbatasan Kalbar-Sarawak terdapat sekitar 34 jalur darat penyelundupan kayu ke Sarawak.

Tidak heran, dengan maraknya penebangan liar, lahan kritis semakin luas dan bencana banjir senantiasa mengancam setiap tahun. Bukan cuma arealnya yang semakin luas, tetapi ketinggian air juga cenderung naik setiap tahun. Oleh karena itu, sia-sia upaya masyarakat membangun rumah panggung karena banjir tetap menggenangi rumah, merusak tanaman, dan menghancurkan barang-barang mereka.

"Kabupaten Sanggau sangat dirugikan oleh masalah ini karena setiap tahun harus menanggulangi banjir dan rusaknya berbagai infrastruktur yang susah payah dibangun," demikian Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemerintah Kabupaten Sanggau Abang Saleh.

Ketidakberdayaan dalam mengatasi masalah banjir kali ini menambah panjang deretan ketidakberdayaan pemerintah yang sampai sekarang tidak mampu menghentikan praktik perusakan hutan dan lingkungan. Jika demikian, pantas saja apabila bencana tersebut selalu terulang setiap tahun. (FUL)

Post Date : 10 Februari 2004