Bendungan dan Irigasi di Bireuen Jebol, Tanaman Padi Terancam Puso

Sumber:Kompas - 27 Januari 2005
Kategori:Aceh
Bireuen, Kompas- Sedikitnya 19.500 hektar tanaman padi di Kabupaten Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam, terancam puso karena bendungan utama Brandang di Kecamatan Peudada jebol dan saluran di 15 daerah irigasi rusak di lima kecamatan. Bendungan dan saluran irigasi tersebut menurut pemantauan Kompas hari Rabu (26/1) masih terbengkalai.

Menurut keterangan petani setempat, bendungan itu jebol empat bulan lalu, dan terbengkalai karena alokasi anggaran perbaikan dialihkan untuk penanganan bencana gempa dan tsunami. Sedangkan saluran irigasi rusak pada saat gempa yang disusul tsunami.

Akibat bendungan Brandang jebol, sedikitnya 1.500 hektar (ha) sawah di Peudada kini kekeringan. Perbaikan bendungan tersebut rencananya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NAD awal tahun anggaran 2005 ini. Namun, bencana gempa dan tsunami menyebabkan rencana perbaikan bendungan tersebut tertunda. Bahkan kerusakan bendungan yang empat bulan lalu selebar 50 meter, kini sudah mencapai 200 meter lebih.

"Kerusakan bendungan di Peudada sangat berat dan tidak mungkin kami biayai dari anggaran kabupaten. Kami sudah mengusulkan perbaikan bendungan tersebut kepada Pemerintah Provinsi NAD, dan akan dikerjakan awal tahun ini. Tetapi, bencana tsunami telah mengganggu alokasi anggaran sehingga perbaikan bendungan tertunda," kata Bupati Bireuen Mustafa A Glanggang.

Pemerintah Kabupaten Bireuen telah membantu dengan memberikan mesin pompa untuk menyedot air dari sungai ke saluran irigasi, tetapi kapasitasnya tidak memadai. Menurut A Majid, petugas pengairan Peudada, diesel tersebut hanya bisa melayani sekitar 300 ha sawah. "Kami sudah dua kali gagal tanam, karena air irigasi di sawah tidak mencukupi sehingga tanaman padi yang baru kami tanam mati semua. Kini, kami hanya bisa menunggu perbaikan irigasi," kata Muchtar (42) petani setempat.

Saluran irigasi

Sementara itu, kerusakan saluran irigasi akibat gempa dan tsunami meliputi dua saluran induk di tiga desa di Kecamatan Juli, satu saluran sekunder dan bendungan di satu desa di Kecamatan Kuta Blang, empat saluran induk di Kecamatan Peusangan, tiga saluran di Kecamatan Jeumpa, dan beberapa saluran irigasi lain yang total panjangnya sekitar 50 km.

Selain di Peudada, tanaman padi yang terancam puso di Kecamatan Juli 6.000 ha, Jeumpa 4.000 ha, Peusangan 3.000 ha, dan Blang Bladee 5.000 ha.

Menurut Mustafa A Glanggang, biaya yang diperlukan untuk memperbaiki saluran irigasi tersebut sebesar Rp 8,35 miliar. "Kami di ambang dilema, satu sisi relokasi dan perbaikan daerah pesisir pascabencana mendesak untuk diselesaikan, di sisi lain, perbaikan irigasi tidak bisa ditunda. Kami butuh bantuan dana dari pusat untuk memperbaiki saluran irigasi, karena masyarakat kami sebagian besar tergantung pada sektor pertanian," katanya.

Berdasarkan pengamatan Kompas, Rabu (26/1), kerusakan saluran irigasi di lima kecamatan tersebut menyebabkan tanaman padi yang berusia beberapa hari terancam mati karena kekurangan air. Padi berusia beberapa minggu terancam puso karena sawah kering dan tanah merekah.

Di Blang Bladee, sawah yang tidak pernah kekurangan air kini kering. Benih padi yang siap ditanam ditelantarkan, karena sawah tidak berair lagi. "Benih padi ini siap ditanam, tetapi sawah-sawah kering. Kalau memaksa ditanam pasti mati," kata Agus Mirlan (21), warga Blang Bladee.

Tanaman padi yang telanjur ditanam dan masih berusia 1-2 minggu mulai layu. (aik)

Post Date : 27 Januari 2005