Bengawan Solo Meluap

Sumber:Kompas - 04 April 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Bojonegoro, Kompas - Luapan air Bengawan Solo, Selasa (3/5), kembali menerjang enam kecamatan di Bojonegoro dan dua desa di Tuban, Jawa Timur. Sementara itu, enam korban terbaliknya perahu tambangan belum ditemukan.

Di Blora, Jawa Tengah, hujan deras sejak Senin petang mengakibatkan longsor di lokasi penambangan batu cadas Desa Dlingo, Kecamatan Todana. Tiga orang tewas dalam peristiwa itu.

Banjir dan longsor juga terjadi di Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan, dan Bone Bolango, Gorontalo.

Data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menyebutkan, luapan Bengawan Solo merendam 440 rumah, 375 hektar sawah, 42 hektar pekarangan, 80 hektar tegalan, 112 hektar tanaman padi, dan 20 hektar tanaman jagung. Banjir juga merendam dua tempat ibadah, delapan sekolah, dan satu balai desa.

Wilayah terdampak luapan Bengawan Solo di antaranya Desa Mojo, Cengungklung, dan Sudu di Kecamatan Kalitidu; Desa Jetak, Ledokkulon, Ledokwetan, Sumberrejo (Bojonegoro); Desa Poh Bogoh dan Bakalan (Balen); Desa Sambiroto (Kapas), Desa Ngablak, Ngulanan, dan Madean (Dander), Kedungbendo, dan Mulyorejo (Balen), Piyak dan Simbatan (Kanor).

Kepala BPBD Bojonegoro, Kasiyanto, menyebutkan, di Dusun Kalipapak Desa Sekar, Kecamatan Sekar, terjadi longsor yang menyebabkan sebuah rumah rusak.

Di Tuban, sedikitnya 150 rumah warga di empat desa dan jalan yang menghubungkan Kecamatan Rengel dan Solo, terendam air dengan ketinggian 40-80 sentimeter.

Meluas

Dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dilaporkan, banjir yang melanda Kecamatan Haruyan dan Batu Benawa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) meluas ke ibu kota kabupaten di Barabai. Ketinggian air di tengah kota mencapai 30 sentimeter, sedangkan di daerah yang berdekatan dengan Sungai Haruyan mencapai 50 sentimeter.

Kepala Humas Pemerintah Kabupaten HST, Ramadhan, menuturkan, karakteristik banjir di wilayahnya bergeser dari dataran tinggi di Pegunungan Meratus mengalir perlahan menuju ke dataran rendah, seperti Kecamatan Labuan Amas Selatan, dan Danau Bangkau, di perbatasan Kabupaten HST dengan Hulu Sungai Selatan (HSS).

”Semalam (Senin malam) air sudah sampai ke Barabai. Namun, hanya rumah yang berada di cekungan dan dekat sungai yang terkena, sebelum akhirnya banjir mengalir menuju daerah perbatasan HST dan HSS,” ujarnya.

Selasa sore kemarin, ketinggian air di Haruyan dan Batu Benawa mulai surut.

Hujan deras juga menyebabkan jalan raya penghubung Kabupaten Bone Bolango-Kota Gorontalo, tertimbun pasir dan kerikil bekas galian C di Desa Panggulo, Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango. Hujan deras sejak akhir pekan lalu membuat material bekas galian C di desa itu hanyut menimbun jalan sejak Minggu (1/5) malam. Beruntung longsoran material tidak menuju rumah warga.

Menyusul terjadinya longsor di penambangan cadas di Desa Dlingo, Kecamatan Todana, yang menewaskan tiga orang, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Blora meminta pihak kepolisian membantu menertibkan penambangan liar itu.

Longsor terjadi sekitar pukul 15.00 dan langsung menimbun tiga petambang.

Sore itu hujan turun lebat. Lima petambang asal Desa Dlingo dan Kajengan berteduh di lokasi penambangan. Tiba-tiba batu dan tanah cadas di tebing setinggi 20 meter longsor.

Dua petambang asal Desa Dlingo, Narsin (40) dan Jumadi (17), berhasil menyelamatkan diri, tetapi Latif (55) asal Desa Dlingo, Muslih (45) dan Ahmad Jasid (35) asal Desa Kajengan, terkubur longsoran.

Kepala Bidang Pertambangan, Minyak, dan Gas Bumi, Dinas ESDM Kabupaten Blora, Heni Ariyanto, mengatakan, tambang di Desa Dlingo merupakan tambang liar atau tidak berizin. Tambang itu milik perorangan atau warga yang digarap sejumlah warga yang tinggal di sekitarnya.

Untuk menindak para petambang liar, Pemerintah Kabupaten Blora masih kesulitan karena belum mempunyai peraturan daerah tentang pertambangan atau mineral. Padahal dasar penindakan dan penutupan tambang liar oleh satuan polisi pamong praja adalah peraturan daerah itu.

Dua lagi ditemukan


Terkait dengan terbaliknya perahu tambangan di Bengawan Solo, Bojonegoro, Senin lalu, tim SAR gabungan kemarin terus melakukan pencarian terhadap delapan korban hilang. Dua orang korban ditemukan pada Selasa petang, tetapi belum dikenali identitasnya. Dengan demikian, korban tewas yang sudah ditemukan tiga orang, dan enam masih dicari.

Untuk mencari para korban, tim SAR menerjunkan 9 perahu karet dan 4 perahu warga. Juga didatangkan alat penyelam dan personel dari Detasemen Pelopor Satuan Brimob Polda Jatim.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro, Kasiyanto, mengatakan, data korban mungkin masih mengalami perubahan.(ACI/WER/APO/HEN)



Post Date : 04 Mei 2011