Berbagai Cara Mengatasi Kesulitan Air pada Musim Kemarau...

Sumber:Kompas - 19 September 2011
Kategori:Air Minum

Pemandangan orang memikul jeriken dan berjalan kaki sejauh beberapa kilometer demi mencari air bersih barangkali sudah jarang ditemui lagi saat musim kemarau mendera di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kini, jika membutuhkan air bersih, warga tinggal menelepon pedagang air bersih dan minta kiriman air melalui tangki atau menggunakan sepeda motor mengambil air dari mata air dengan menggunakan jeriken.

Kekeringan selalu menjadi langganan wilayah ini. Ada delapan kecamatan dari 25 kecamatan di Wonogiri yang rawan kekeringan, yakni Paranggupito, Pracimantoro, Giritontro, Batuwarno, Eromoko, Manyaran, Nguntoronadi, dan Giriwoyo.

Warga pun mengantisipasi musim kemarau dengan membuat bak penampung air hujan di depan atau belakang rumah. Kapasitas bak yang dibuat tergantung pada kemampuan. Walau punya bak, tetap saja tak cukup memenuhi kebutuhan air selama musim kemarau.

Warsini (31), warga Dusun Pringwatan, Desa Watangrejo, Kecamatan Pracimantoro, mengaku, sejak Juni lalu sudah membeli tujuh tangki air bersih dengan harga Rp 80.000 per tangki isi 6.000 liter. Sekitar Rp 560.000 sudah dia keluarkan. Satu tangki air dihabiskan dalam dua pekan untuk masak, mandi, cuci, dan minum ternak sapi. Untuk mengirit air, mencuci dan mandi dilakukan di sumber mata air Sambiroto yang jaraknya 5 kilometer dari rumah. Untuk minum, ia membeli air kemasan dalam galon.

Kepala Dinas Pengairan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Wonogiri Arso Utoro mengatakan, pihaknya tengah menginventarisasi keberadaan sungai bawah tanah sebagai sumber air bersih. Pihaknya menunggu realisasi janji pembuatan sumur bor dari sebuah perusahaan BUMN dan yayasan dari Belanda.

Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Wonogiri akan menganggarkan Rp 400 juta untuk subsidi pengaliran air dari sumur bor Seropan di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, yang dapat memenuhi kebutuhan air tujuh desa di Kecamatan Pracimantoro.

”Kami juga telah mengidentifikasi adanya sungai bawah tanah di Kecamatan Paranggupito yang ketebalan karstnya hanya 91 meter karena dekat pantai, tetapi airnya tawar. Sungai ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semua desa di Paranggupito, yang merupakan daerah terparah saat kekeringan,” kata Arso. (eki)



Post Date : 19 September 2011