Berbagi Air Kehidupan

Sumber:Kompas - 14 Juli 2008
Kategori:Air Minum

Bagi warga Desa Bobang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, kekeringan dan kesulitan air adalah masalah yang selalu mereka hadapi setiap musim kemarau. Desa Bobang merupakan satu dari puluhan desa di Kabupaten Kediri yang mengalami kesulitan air bersih.

Ratusan keluarga setiap hari harus mengantre untuk mendapatkan air bersih yang mengalir melalui pipa paralon ke kampung mereka. Air itu berasal dari sumber air Puh Gading di Kecamatan Semen, sekitar 20 kilometer dari Desa Bobang.

Novi (30), salah satu warga, mengatakan, setiap pagi dan malam ia dan suaminya selalu mengantre mengambil air. Paling sedikit ia mendapatkan dua ember plastik karena air itu harus dibagi dengan ratusan keluarga lainnya.

Misringah (40), warga lainnya, mengaku, jika debit air di paralon mulai mengecil dan tidak menetes sama sekali, ia terpaksa pergi ke desa tetangga untuk meminta air. "Tapi lama-lama saya tidak enak dengan warga di sana, mereka juga kesulitan," katanya.

Terbatasnya air yang mengalir ke Desa Bobang ternyata mendorong warga untuk berpikir kreatif. Mereka pun tak segan menggunakan air sungai yang mengalir melalui parit (saluran irigasi tersier) ke desanya.

Air sungai itu diambil sore hari saat ibu-ibu dan anak-anak usai mandi dan mencuci. Selanjutnya air itu diendapkan semalam sebelum digunakan untuk memasak keesokan paginya. Campur kotoran

Sebenarnya, warga risih mengonsumsi air sungai karena air itu telah bercampur dengan kotoran termasuk kotoran hewan ternak. Apalagi air sungai itu keruh. Selain itu, air sungai juga menjadi rebutan petani yang sawahnya mulai mengering.

"Dipakai mandi saja kulit menjadi bersisik dan gatal-gatal. Apalagi untuk masak dan minum. Tapi apa boleh buat, untuk masak air susu anak saya ya tetap pakai air sungai," ucap Sumiatun (28).

Heri Susiawan, tokoh masyarakat di Desa Bobang mengatakan, pihaknya berharap pemerintah Kabupaten Kediri memerhatikan kesulitan warganya. Masyarakat berharap, instalasi saluran air bersih yang sudah banyak yang rusak diperbaiki.

"Kami sebenarnya memiliki tandon air berkapasitas sekitar 100 meter kubik yang dibangun secara swadaya. Tandon itu dulunya mampu mengalirkan air bersih ke 100 keluarga. Akan tetapi, tandon itu sudah tidak berfungsi sejak satu tahun terakhir," tuturnya.

Banyak dinding tandon yang bocor dan atap yang rusak. Selain itu, pipa paralon yang mengalirkan air dari sumber air Puh Gading ke tandon juga banyak yang bocor sehingga debit air yang mengalir tidak mampu naik ke tandon.

"Jadi ada dua persoalan, debit air yang mengecil dan pipa paralon yang bocor. Walaupun debit air kecil, jika pipanya bagus, air masih bisa sampai ke kampung kami. Tapi kalau sekarang ini, ya susah," kata Sajuri (50), warga yang tanahnya diwakafkan untuk pembangunan tandon air.

Sedihnya, warga mengaku sudah berulang kali meminta pemda untuk memperbaiki instalasi air bersih. Namun, sampai sekarang belum juga ada bantuan. Padahal, warga bersedia ditarik iuran.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Kediri Sigit Rahardjo mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan satu truk tangki air ke Desa Bobang. Volume truk itu 5.000 liter. Runik Sri Astuti



Post Date : 14 Juli 2008