Berburu Sampah Seusai Pesta

Sumber:Kompas - 02 Januari 2013
Kategori:Sampah Jakarta
Pesta pergantian tahun di Jakarta usai sudah. Yang tersisa tinggal sampah. Tak tanggung- tanggung, jumlahnya ribuan ton. Ini berkah buat para pemulung, tapi persoalan buat petugas kebersihan.
 
Awal tahun yang basah, Selasa (1/1) dini hari. Rinai hujan turun di kawasan Bundaran Hotel Indonesia yang menjadi titik pusat pesta pergantian tahun di Jakarta. Kerumunan warga yang menikmati pesta mulai mencair. Namun, di saat itulah Ajat (39) dan keluarganya justru sibuk bekerja.
 
Ajat adalah seorang pemulung. Dia mengaku datang bukan untuk larut dalam pesta pergantian tahun yang gemerlap dan penuh warna, melainkan untuk berburu rezeki dari sampah yang berserakan. ”Ini pesta kami yang sesungguhnya,” katanya.
 
Di saat seperti itulah, kata Ajat, dia bisa mengumpulkan botol plastik dengan mudah dan berlimpah. Rezeki yang akan diperolehnya pun akan lebih banyak dari biasanya.
 
Itu sebabnya, di tengah pendar cahaya lampu Jakarta, Ajat dibantu istrinya, Sri (40), sigap memunguti sampah plastik yang berserakan di jalan, di antara kaki-kaki manusia yang masih menyemut, dan di antara lalu lalang sepeda motor.
 
Dalam waktu singkat, gerobak yang didorong Ajat penuh botol dan buntalan plastik bekas. Barang bekas itu berdesakan dan mengimpit Bika (3 tahun 6 bulan), anak pasangan Ajat dan Sri, yang diajak dalam perburuan sampah. Karung yang digotong Sri juga telah penuh botol dan tampak berat.
 
Meski hasil berburu sampah malam itu sudah banyak, Ajat tidak ingin segera pulang. Istrinya pun protes. ”Kerja terus, kapan tidurnya?”
 
Ajat tidak menjawab protes istrinya. Dia memilih menyemangati Sri agar terus bekerja meski tubuh terasa lelah. Bagaimanapun, tumpukan sampah sebanyak itu sayang untuk dilewatkan. ”Bisalah dapat 20 kilogram (botol plastik). Kalau pada hari biasa paling cuma
 
5 kilogram,” ujar Ajat yang tinggal di Tebet.
 
Setelah dibersihkan, botol plastik dijual Rp 3.000 per kilogram. Jika mendapat Rp 20 kilogram, ia akan mengantongi Rp 60.000. Jumlah rupiah yang cukup banyak buat Ajat.
 
Selain Ajat dan Sri, ada puluhan pemulung yang ikut ”berpesta” sampah di awal tahun di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin. Mereka bahkan berdatangan lebih awal. Karniam, misalnya, mulai berburu sampah di kawasan itu Senin (31/12) pukul 16.00. ”Saya sengaja datang lebih awal supaya sampahnya tidak diambil duluan oleh petugas kebersihan kota,” katanya.
 
Di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Daus (32) memilih datang Selasa dini hari ketika kerumunan warga yang ikut pesta pergantian tahun bergerak pulang. ”Susah bergerak kalau ikut pesta. Orangnya banyak banget. Saya, kan, bukan mau pesta, tapi mau cari botol bekas.”
 
Selama lima jam bekerja, Daus memperoleh 20 kilogram sampah plastik yang harganya jika dijual Rp 1.500 per kilogram. Biasanya, sampah sebanyak itu dia kumpulkan tiga hari. Sebenarnya, Daus mengincar kardus dan koran bekas yang berserakan. Namun, hujan yang turun cukup deras membuat sampah kertas hancur terkena air. Ia pun hanya bisa menatap lesu ketika ”harta karunnya” yang basah itu diangkut petugas kebersihan ke dalam truk.
 
Ribuan ton
 
Cerita sampah seusai pesta besar adalah kisah rutin setiap pergantian tahun di Jakarta. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin memperkirakan, sampah yang dihasilkan warga DKI saat pergantian tahun berjumlah 7.150 ton. Pada hari biasa, sampah yang dihasilkan warga sekitar 6.615 ton. Untuk mengangkut sampah di awal tahun, Unu mengerahkan 3.142 petugas kebersihan dan 459 kendaraan di lima wilayah DKI.
 
Unu mengatakan, pemulung cukup meringankan beban kerja petugas kebersihan. Setidaknya, sebagian sampah berupa plastik telah diangkut lebih dahulu oleh para pemulung.
 
Hari itu, tugas petugas kebersihan juga diringankan oleh 250-an anggota Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) yang berinisiatif menyapu dan meminggirkan sampah di sekitar Bundaran HI. Tumpukan sampah itu selanjutnya tinggal diangkut petugas kebersihan.
 
”Ini bentuk kepedulian kami sebagai warga Betawi untuk menjaga kebersihan. Boleh berpesta dan bersukacita, tapi kepedulian terhadap sampah tetap harus dijaga. Kalau bukan kita sendiri yang peduli, lalu siapa lagi,” tutur Zulkarnain, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Forkabi Jakarta Timur.
 
Di luar Forkabi, ada sejumlah individu yang tergerak membantu petugas kebersihan. Salah seorang di antaranya Tono (32), warga Cilandak, Jakarta Selatan. Setelah mengikuti pesta di Bundaran HI, Tono dan beberapa temannya melipat kembali kertas koran yang dipakai untuk duduk dan memasukkannya ke dalam kantong plastik bersama sisa-sisa makanan, bungkus permen, tisu, dan botol minuman kemasan. ”Sampahnya sengaja saya bawa pulang. Hitung-hitung mengurangi sampah di sini,” ujarnya.
 
Tidak jauh dari tempat duduk Tono, seorang lelaki berusia 30 tahun dengan enteng membuang plastik bekas gorengan dan puntung rokok. Ketika ditanya mengapa ia membuang sampah sembarangan, ia menjawab ketus, ”Nanti juga ada petugas yang membersihkannya.”
 
Begitulah, pesta perayaan Tahun Baru dihadiri beragam orang, mulai dari warga kebanyakan, pengusaha, hingga pejabat. Ada yang peduli kebersihan, ada yang cuek. Yang jelas, setelah pesta ada ”pesta” lain yang ”dirayakan” para pemulung dan petugas kebersihan. (PRA/DIA/EGI/RAZ/K07/K13/K15)


Post Date : 02 Januari 2013