Cegah Diare dengan Cuci Tangan Pakai Sabun

Sumber:Suara Pembaruan - 11 Februari 2005
Kategori:Sanitasi
BERDASARKAN hasil survei kesehatan nasional tahun 2002 lalu, ditemukan rata-rata 100.000 kasus diare per tahun. Selain itu berdasarkan hasil survei yang sama, penyakit diare dikategorikan sebagai penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Karena itu, diare tidak hanya menjadi isu prioritas lokal tetapi juga isu nasional yang menuntut untuk segera mencari jalan keluarnya.

Direktur Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) Taufiq O Malik di sela-sela seminar tentang gerakan mencuci tangan dengan sabun, di Serang, pekan ini menjelaskan selama ini di Indonesia, metode untuk menangani penyakit diare hanya berkutat sekitar upaya kuratif namun belum menyentuh upaya preventif. Padahal, mengimplementasikan metode preventif jauh lebih mudah, murah, efisien dan efektif.

"Karena itu kami dari KuIS secara khusus mencanangkan gerakan mencuci tangan dengan sabun kepada seluruh masyarakat Indonesia. Sebab menurut hasil kajian dari Curtiss dan Cairmcross, terhadap sejumlah studi menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi penyakit-penyakit yang berkaitan dengan diare sampai 42-47 persen, dan kampanye gerakan mencuci tangan dengan sabun di Pakistan terbukti pada berkurangnya kasus diare sampai 50 persen. Pencanangan gerakan mencuci tangan dengan sabun ini merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit diare di Indonesia dan KuIS merupakan prakarsa utamanya," paparnya.

Taufiq memaparkan bahwa kampanye untuk mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu upaya yang mudah karena berkaitan dengan perilaku sehat. Langkah ini sebagai awal dari upaya meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.

Ia mengungkapkan, pencanangan gerakan ini baru dilakukan di dua provinsi sebagai pilot project yakni Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Banten. Untuk Banten, wilayah yang menjadi titik konsentrasi dari gerakan mencuci tangan dengan sabun ini dilakukan di tiga kabupaten yakni Kabupaten Serang, Pandeglang dan Lebak.

Seminar sehari itu dihadiri berbagai komponen masyarakat dan kelompok profesi dan instansi pemerintahan.

Taufiq mengimbau kepada semua pihak di Banten, baik itu tokoh masyarakat, LSM, tokoh agama, para pendidik, kalangan media, dan pihak pemerintah untuk secara bersama-sama mengampanyekan gerakan mencuci tangan dengan sabun di seluruh wilayah Provinsi Banten. "Tanpa ada dukungan dan kerja sama semua pihak, gerakan ini tidak akan berhasil. Marilah kita bahu-membahu untuk menyosialisasikan gerakan cuci tangan sabun, karena tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan. Kuncinya, kita memulai dari diri kita sendiri, lalu kita sebarkan ke anggota keluarga kita dan kemudian ke masyarakat yang lebih luas," jelasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Banten, Dr Hj R A Indra Susilowati SP PD, menjelaskan, kejadian luar biasa (KLB) diare masih sering terjadi di wilayah Banten. Bahkan pada tahun 2004, terjadi 14 kali KLB diare di Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Kabupaten Serang. Ia mengatakan ada banyak faktor penyebab terjadinya diare yakni belum adanya standarisasi dalam pelayanan rawat jalan, rendahnya kondisi sanitasi lingkungan, kurangnya sarana kesehatan yang memadai, dan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mencegah diare. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak adanya kesadaran untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau setelah membuang air. "Peran pendidikan untuk mengubah perilaku sangat penting termasuk mencanangkan gerakan mencuci tangan dengan sabun merupakan cara termudah, murah dan efektif untuk mencegah diare," jelasnya.

Dalam rangka mendukung tercapainya gerakan ini, pihak KuIS melakukan kerja sama dengan pihak Lembaga Amal Zakat Harapan Duafa (Laz Harfa) yang memiliki memiliki pengalaman dalam program kegiatan promosi masyarakat dan mempunyai jaringan yang kuat di daerah-daerah yang menjadi target.

Ketua Laz Harfa Banten, Wahyu S menjelaskan, untuk mengimplementasikan gerakan ini dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, baik para pendidik, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta berbagai komponen masyarakat lainnya. "Kami akan berupaya seoptimal mungkin untuk mensosialisasikan ini kepada masyarakat baik itu lewat pamflet, maupun dengan terjun langsung ke masyarakat. Namun yang paling penting kerja sama dari semua pihak, akan memudahkan pencapaian dari program ini dalam memperbaiki perilaku hidup sehat masyarakat," jelas Wahyu. (149)

Post Date : 11 Februari 2005