Cegah Perubahan Iklim

Sumber:Suara Pembaruan - 03 Desember 2007
Kategori:Climate
[NUSA DUA] Kesadaran global diharapkan muncul dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim 2007 bagi dilakukannya langkah-langkah lebih konkret guna mencegah perubahan iklim yang dipicu pemanasan global akibat tingginya emisi gas rumah kaca.

Pernyataan tersebut disampaikan President 13th Conference of Parties to UN Framework Convention on Climate Change, Rachmat Witoelar, dalam pidato pembukaan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim 2007 di Nusa Dua, Bali, Senin (3/12) pagi.

Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di Valencia, Spanyol, menyimpulkan bahwa perubahan iklim benar-benar terjadi dan hal itu disebabkan aktivitas manusia.

Disebutkan, negara-negara berkembang yang kurang berkontribusi terhadap produksi emisi gas rumah kaca, pada akhirnya justru menjadi pihak yang paling banyak terkena dampak perubahan iklim. "Perubahan iklim menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap negara-negara berkembang, khususnya masyarakat miskin yang ada di dalamnya," kata Rachmat Witoelar.

Ia mengatakan, Pertemuan Bali merupakan salah satu dari serangkaian proses negoisasi yang akan ditempuh menuju tercapainya kesepakatan baru tentang perubahan iklim setelah habis masa berlakunya Protokol Kyoto pada 2012 mendatang. "Dari serangkaian negoisasi yang digelar, diharapkan pada 2009 sudah bisa dicapai hasil-hasil tentang kesepakatan baru perubahan iklim," kata Rachmat yang juga Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia.

Sebagaimana diketahui pada 2009 akan diselenggarakan COP 15 di Kopenhagen Denmark, sedangkan COP 14 pada 2008 digelar di Pohnan di Polandia. Dalam dua tahun negosiasi pasca-Konferensi Bali itulah diharapkan sudah tercapai komitmen baru tentang perubahan iklim pasca-2012.

Rachmat dalam pidato tersebut menyampaikan terima kasih atas kepercayaan semua pihak untuk memilih dirinya memimpin proses-proses negosiasi tentang perubahan iklim pada persimpangan yang sangat kritis ini.

Menurutnya, sejumlah inisiatif telah diusulkan Pemerintah Indonesia untuk membantu mengatasi perubahan iklim. Salah satunya adalah program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi (Reduced Emisions from Deforestation and Degradation/REDD). Deforestasi merupakan salah satu hal yang menjadi penyebab munculnya pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

Rachmat menambahkan, dalam Pertemuan Bali diharapkan disepakati langkah-langkah konkret untuk melaksanakan proses-proses adaptasi seperti penyediaan dana adaptasi, serta transfer teknologi.

Sebelumnya, Presiden COP 12, David Mwiraria dari Kenya mengatakan, sejumlah inisiatif telah digagas pada COP 12 di Kenya, yaitu proses adaptasi serta diberlakukannya Clean Development Mechanism (CDM). "Tetapi kemajuan pelaksanaan proses adaptasi itu masih sangat lambat," katanya.

Ia mengatakan, dalam pelaksanaan proses adaptasi baik dalam hal pendanaan maupun transfer teknologi dibutuhkan kemitraan semua pihak, termasuk menggalang kerja sama dengan partner-partner lokal.

Secara terpisah, Hans Verolme, Direktur Global Climate Change Programme WWF mengatakan, diperlukan langkah mendesak untuk mengatasi perubahan iklim. "Mempertahankan suhu bumi rata-rata di bawah 2 derajat celsius adalah tindakan kunci untuk mencegah terjadinya peristiwa-peristiwa alam yang sangat ekstrem dan membahayakan seperti yang terjadi pada tahun 2007.

Laporan Breaking Record in 2007-Climate Change, memperlihatkan semakin banyak mencairnya gunung-gunung es di dua kutub.

Meningkatnya kebakaran hutan yang semakin memburuk serta banjir. Di Jakarta, curah hujan yang terjadi pada Februari 2007 menyebabkan terjadinya banjir yang merupakan salah satu banjir terburuk sepanjang sejarah Ibukota. Banjir di Jakarta menyebabkan 400.000 warga mengungsi, merebaknya wabah penyakit, dan kerugian hingga US$ 450 juta.

"Indonesia kini telah mengalami penderitaan sebagai dampak munculnya pemanasan global," ungkap Fitrian Ardiansyah dari aktivitis WWF Indonesia. "Pemerintah Indonesia harus mengarahkan konferensi PBB tentang Perubahan Iklim 2007 untuk menciptakan masa depan dunia yang lebih aman," kata Fitrian yang hadir di Bali. [137/E-9/E-7]



Post Date : 03 Desember 2007