Cimahi Kota Kompos?

Sumber:Pikiran Rakyat - 02 Maret 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
SELAMA 2 bulan terakhir, sampah yang diproduksi warga Kota Cimahi terpaksa dibiarkan bertumpuk di tempat penampungan sementara (TPS). Dengan volume sampah mencapai 1.200 m3 per hari, timbunan sampah semakin menggunung karena Kota Cimahi tidak memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

Untuk mengatasi penumpukan sampah, Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi memilih cara pengomposan. Wali Kota Cimahi, Ir. H. M. Itoc Tochija, M.M., menginstruksikan langsung kepada tiap-tiap kelurahan pada saat pelaksanaan Musrembang pekan lalu agar memfasilitasi program pengomposan sampah tersebut.

Apabila semua masyarakat mau terlibat dalam kegiatan pengomposan di rumah tangga sendiri, dalam dua tahun Cimahi akan menjadi Kota Kompos, ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Cimahi, Ir. Sumardjito Budi, kepada PR.

Saat ini, sebanyak 160 m3 sampah Kota Cimahi dimanfaatkan untuk pengomposan dan daur ulang. Dari jumlah tersebut, 60%-nya berupa sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos.

Lebih lanjut, Sumardjito memaparkan, kompos merupakan bagian dari proses lingkungan. Seperti kondisioner, kompos berfungsi sebagai penggembur tanah, paparnya.

Salah satu percontohan pengomposan nasional yang dikelola Pemkot Cimahi terdapat di Kampung Sukasari Kelurahan Padasuka, Kec. Cimahi Tengah. Areal tanah seluas 5.000 m2 itu dibuat tempat Usaha Daur Ulang Produksi Kompos (UDPK).

Sebanyak 40 m3 sampah organik milik warga sekitar dimanfaatkan UDPK untuk pembuatan kompos. Sistem openwindow atau bedeng diterapkan agar mempercepat proses pembusukan.

Sampah organik dimasukkan dalam masing-masing bedeng yang berukuran 3 x 3 m dan diukur setinggi 1,5 m sambil dipadatkan. Timbunan sampah itu diberi tambahan zat aktivator stardec dan zat aditif zeolit. Setelah jadi kompos, ditambahkan gergaji kayu, kotoran sapi, dan abu gosok sebagai treatment untuk nutrisi kompos. Selain kompos, juga dihasilkan media tanam.

Pengomposan juga dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat (pokmas) Kota Cimahi, di antaranya kelompok masyarakat RW 05 Kelurahan Utama Kec. Cimahi Selatan. Dengan menggunakan bio reaktor mini sebanyak 100 buah, sampah organik dari 1.500 kepala keluarga dapat diolah menjadi kompos sebanyak 3 ton per dua minggu.

Dari 306 RW yang ada di 15 kelurahan di Kota Cimahi, baru 40 RW yang melakukan pengomposan di masing-masing wilayah. Perilaku membuang sampah harus diubah. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan dari sekarang hingga ke tingkat rumah tangga , ujar nya. Bagaimanapun, Sumardjito menambahkan, Pengelolaan sampah tidak akan berhasil kalau tidak dilakukan pemilahan sampah sejak di tingkat rumah tangga. (Ririn NF/PR)

Post Date : 02 Maret 2006