Ciptakan Cara Baru Menanam Padi dan Pengolahan Sampah

Sumber:Koran Sindo - 10 April 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Ujang Solihin atau lebih dikenal dengan julukan Si Jenderal ‘Briket’ Sampahbeberapa tahun terakhir tidak terdengar kabar dan kiprahnya.
 
Ternyata peraih penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan 2010 mewakili Kabupaten Ciamis itu sedang mengembangkan padi organik dengan sistem pengairan paralon (padilon). Selain itu,Ujang juga terus fokus dalam penanganan dan penanggulangan sampah. Salah satu temuannya yang sedang diuji berbagai pihak yaitu pengolahan sampah terpadu (PST) ala Ujang Briket.
 
Dengan sistem pertanian padi ciptaannya, dipastikan mampu menghemat tenaga,lahan,dan biaya pengolahan tanaman padi dalam jangka panjang. Penelitian yang dilakukannya sejak 2007 itu sekarang sudah bisa diterapkan oleh siapa saja dan di mana saja.Ya,sistem pengairan dan penyebaran pupuk melalui pipa terbilang baru.Apalagi pupuk organik untuk penyubur padi berasal dari sampah organik rumah tangga yang biasa dibuang. Menariknya,sistem pupuk untuk padilon menggunakan sampah dapur rumah tangga seperti bekas sayuran,nasi basi,dan campuran sampah organik lain.
 
Selain itu,sawah darat yang dikembangkan Ujang bisa ditanam di mana saja,tanpa mengenal cuaca dan irigasi.Bahkan penghematan air bisa sampai 50% dari pertanian konvensional.“Padilon ini bisa ditanam di pinggir rumah,di lahan tidur atau di pesisir pantai pun bisa,”sebutnya. Satu hektare areal padilon, kata Ujang bisa dimanfaatkan untuk sekitar 600 m atau 60% dari luas area, karena padilon harus menyiapkan rongga-rongga untuk memeriksa dan memanen padi.Satu polibek dengan satu benih padi bisa menghasilkan tiga ons gabah. 
 
Kalau satu hektare bisa mencapai 21 ton.“Sepertinya memang mustahil satu hektare bisa memproduksi padi 21 ton,itu pun minimalnya,tapi kenyataannya begitu bahkan bisa lebih banyak,”tuturnya. Karena tidak tergantung cuaca,lanjut Ujang,artinya bisa diairi dari berbagai sumber air, baik dari kolam, sumur,ledeng,langsung bercampur dengan pupuk organik.Hasilnya pun lumayan besar.“Kalau sawah konvensional,harus membuat benih dulu lalu ditebar,padilon ini langsung ditanam di polibek.Padilon juga bisa dipanen selama empat kali dalam satu tahun,”jelasnya. 
 
Tidak sulit untuk membuat padilon,yang perlu disiapkan yaitu polibek atau ember dan pipa paralon disesuaikan dengan luas lahan,bak fermentasi limbah organik,bak penampungan air pupuk organik,dan bak untuk penyaluran pupuk melalui paralon langsung ke polibek padi dengan sistem gravitasi.“Dengan sistem ini, petani tidak usah menyebarkan pupuk dan air secara manual,tinggal memasukannya dalam penampungan,”jelas dia. 
 
Sementara untuk PST, dirinya tengah menjalin kerja sama dengan tokoh lingkungan Jawa Barat.Ujang menyebutkan,gagasan PST untuk penanganan sampah Jawa Barat akan berguna untuk pengelolaan sampah sekaligus membantu petani dalam mengurangi biaya produksi padi dengan penyediaan pupuk. UJANG MARMUKSINUDIN


Post Date : 10 April 2012