Cuci Tangan Menyelamatkan Rakyat

Sumber:Kompas - 15 Oktober 2008
Kategori:Sanitasi

Tanggal 15 Oktober 2008 diangkat sebagai Hari Cuci Tangan Global. Lahir dari keresahan dunia melihat besarnya dampak tidak cuci tangan terhadap anggaran negara dan kesehatan.

Selain merenggut nyawa jutaan anak sebelum ulang tahun kelima, tiap tahun milliaran dollar AS terbuang di banyak negara berkembang. Dari Mesir hingga India, dari Etiopia hingga Indonesia, kebiasaan tak cuci tangan merugikan negara.

Menginsafi itu, tak kurang 20 negara dari lima benua merasa saatnya berikrar. Gerakan cuci tangan rakyat di mana-mana tak boleh ditunda. Indonesia menghabiskan enam miliar dollar AS setiap tahun akibat sanitasi buruk (Bank Dunia, 2008). Sanitasi juga terkait cuci tangan.

Puluhan penyakit dari tangan

Puluhan penyakit yang ditularkan lewat tangan kotor dicegah dengan cuci tangan. Diare dan radang paru (pneumonia) akibat tangan kotor menyedot kerugian negara paling banyak jika rakyat tidak dibiasakan cuci tangan.

Diare sendiri membunuh dua juta anak balita setiap tahun. Angkanya bisa diturunkan separuh jika membiasakan semua orang cuci tangan. Yang sama untuk cacingan. Kerugian kehilangan gizi akibat cacingan Rp 33 miliar tiap tahun (Bank Dunia).

Masih menurut Bank Dunia, betapa besar harga yang harus dibayar akibat kena sindrom pernapasan akut parah (SARS), flu burung, tifus, kolera, dan disentri yang ditularkan bila tidak cuci tangan. Tiap tahun kita memikul 120 juta kejadian sakit dan 50.000 kematian prematur akibat tinja yang masih dibuang di tanah. Tinja pembawa bibit penyakit yang mencemari tangan (fecal- oral) batal menjadi sumber penular bila cuci tangan menjadi kebiasaan.

Diare dapat dicegah selain mudah diobati. Pada kita, diare penyebab kematian anak balita nomor dua dan penyebab kematian kelima untuk semua umur. Selain negara kehilangan banyak jiwa, diare menambah kehilangan hari sekolah dan kerja, menurunnya kekebalan terhadap infeksi, menghambat pertumbuhan anak, selain berisiko meningkatkan angka kurang gizi. Karena cuci tangan belum menjadi kebiasaan, tak kecil ongkos negara yang terbuang tak produktif.

Cuci tangan itu investasi

Kebiasaan cuci tangan itu dibentuk. Tak cukup hanya air. Cuci tangan yang benar perlu sabun, selain air mengalir. Perlu pula sistematika mencuci tangan agar tak ada bagian tangan yang terluput bebas kuman. Sejumlah bukti ilmiah membenarkan hanya cuci tangan yang tidak salah mampu membatalkan penularan penyakit.

Mengingat cuci tangan dibentuk, perilaku cuci tangan dibangun sejak kecil. Yang tak dibiasakan cuci tangan sulit mengubahnya setelah dewasa. Seperti yang kini terjadi. Sebagian masyarakat tak menginsafi perlunya cuci tangan. Yang sudah tahu bahaya tidak cuci tangan tidak melakukannya secara benar. Segala penyakit perut mengancam orang dewasa juga.

Tak tahu jika sehabis bersalaman, menukar popok bayi, dari kamar kecil, memegang tombol lift, pegangan pintu, gagang telepon umum, dan apa pun terpegang di tempat umum, tangan berisiko tercemar aneka bibit penyakit. Segala jenis bibit penyakit di tangan berpotensi memasuki mulut, hidung, dan mata jika tidak dibasuh sabun.

Cuci tangan harus menjadi bagian pendidikan kesehatan di sekolah, selain di rumah. Dasar kurikulum pendidikan kesehatan sekolah seyogianya bermula dengan pembentukan perilaku sehat. Tak sembarang memasukkan jemari ke mulut, hidung, mata, dan telinga, misalnya. Di rumah, ibu membantu anak terbiasa cuci tangan. Itu sebabnya target prioritas cuci tangan pada kelompok anak dan ibu sebagai agen pengubah. Kegiatan ”dokter kecil” di sekolah, contoh lainnya.

Cuci tangan ”cost-effective”

Buat negara, cuci tangan itu cost-effective, intervensi paling tepat dalam kiprah kesehatan pencegahan. Cuci tangan mengirit anggaran akibat diare menjadi separuhnya dan seperempatnya akibat yang ditimbulkan radang paru-paru.

Di tingkat individu, investasi 3,35 dollar AS cuci tangan per kapita setara dengan manfaat 11 dollar AS untuk konstruksi saluran air, atau 200 dollar AS suplai air bersih, atau ribuan dollar program imunisasi. Dinilai percuma investasi kesehatan dan pendidikan jika belum tumbuh kebiasaan cuci tangan.

Cuci tangan menyelamatkan kematian 3,5 juta anak balita setiap tahun akibat diare dan radang paru-paru. Satu juta lain akibat penyakit kulit, mata, cacingan, SARS, flu burung, dan dampak cuci tangan terhadap HIV/AIDS.

Lebih dari itu, cuci tangan yang sebetulnya bisa dilakukan dengan sederhana dan murah juga menyelamatkan ratusan juta hari sekolah yang hilang akibat penyakit yang ditimbulkan bila tangan dibiarkan tidak steril.

HANDRAWAN NADESUL Dokter; Pengasuh Rubrik Kesehatan; dan Penulis Buku



Post Date : 15 Oktober 2008