Dari Bali Menuju Bumi yang Lestari

Sumber:Suara Pembaruan - 01 Desember 2007
Kategori:Climate
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) ke-13 yang berlangsung 3-14 Desember di Bali tinggal dua hari lagi. Mata dunia pun tertuju ke Bali. Indonesia sebagai tuan rumah mengerahkan segala daya dan upaya agar perhelatan akbar tahunan ini berlangsung aman, lancar, dan menelorkan hasil sesuai keinginan semua pihak.

Pentingnya acara ini ditandai dengan hadirnya sejumlah tokoh penting dunia seperti peraih penghargaan Nobel Perdamaian 2007, Al Gore, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, sejumlah pemimpin negara dan pemerintahan termasuk mantan aktor laga terkenal yang juga Gubernur California, Amerika Serikat, Arnold Scwarzeneger. Perdana Menteri Australia terpilih, Kevin Rudd, dipastikan akan menghadiri pembukaan konferensi dengan didampingi enam menteri dalam kabinet barunya.

Jika tokoh-tokoh dunia sampai menyempatkan diri datang langsung ke Bali, berarti acara di Pulau Dewata ini memang memiliki nilai dan urgensi yang sangat tinggi. Pengamat lingkungan yang juga Wakil Ketua Delegasi Indonesia di COP13, Emil Salim, saat berdiskusi di redaksi SP, pekan lalu, menegaskan bahwa pertemuan di Bali ini tergolong sangat penting. Meski di COP13 tidak akan muncul protokol baru, tetapi di Bali akan ditentukan peta jalan (road maps) agar protokol baru yang rencananya tercipta tahun 2009 di COP15 di Copenhagen, Denmark, bisa terwujud.

Kedatangan ribuan delegasi ke pertemuan Bali tentu saja dengan membawa kepentingannya masing-masing. Faktor lingkungan, ekonomi, dan politik, akan campur-baur mewarnai konferensi nanti.

Negara-negara maju dan berkembang tentu memiliki agenda yang berbeda. Meski demikian kita harapkan dari semua perbedaan kepentingan tersebut akan muncul satu gagasan untuk menyelamatkan dan memperbaiki bumi dari kehancuran.

Dampak Pemanasan Global

Menurut Emil Salim, saat ini pemanasan global sudah sangat dirasakan di seluruh dunia. Ilmuwan yang tergabung dalam Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007 mengeluarkan hasil observasinya yang menyatakan, sejak revolusi industri tahun 1750 sampai tahun 2000 terjadi kenaikan suhu bumi mencapai rata-rata 0,7 derajat Celcius.

Pemanasan global ini telah memicu terjadinya perubahan iklim yang dampaknya banyak merugikan manusia. Banjir besar, kekeringan, kebakaran hutan, telah meluluhlantakkan kota-kota dan menyengsarakan penduduk dunia. Kenaikan muka air laut akibat pemuaian air laut dan pencairan es di kutub-kutub bumi diprediksi bakal menghilangkan sejumlah negara dan ribuan pulau.

IPCC memastikan, kenaikan suhu bumi yang terjadi terus menerus merupakan kontribusi dari aktivitas manusia (antropogenik). Manusia dengan berbagai aktivitasnya telah membawa pengaruh terhadap iklim dunia.

Perubahan tata guna lahan, emisi gas hasil pembakaran industri dan transportasi yang tak terkendali, serta penggunaan alat rumah tangga yang mencemari lingkungan seperti pendingin ruangan (AC), telah menyebabkan konsentrasi gas-gas rumah kaca atau lebih dikenal dengan karbondioksida (CO2 equivalen), semakin tinggi di atmosfer

Jika tidak ada upaya untuk menanggulanginya, suhu udara akan naik semakin cepat. IPCC memprediksi tahun 2020 suhu udara akan naik 2 derajat Celcius. "Kalau kondisi ini terjadi, manusia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, atau kata lainnya kiamat," ujar Emil.

Atas dasar itulah, masyarakat internasional yang peduli terhadap keberlanjutan bumi melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi, di Rio de Jainero, Brasil tahun 1992, yang bertujuan menstabilkan gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang aman bagi kehidupan manusia.

Rangkaian pertemuan terus dilakukan sampai akhirnya muncul Protokol Kyoto tahun 1997 yang sangat terkenal itu, dan berlanjut hingga ke Bali awal Desember 2007 ini.

Indonesia pun menyambut pertemuan Bali nanti dengan aksi menanam jutaan bibit pohon. Kita berharap pertemuan Bali nanti akan menghasilkan produk yang mampu menghindarkan bumi dari kehancuran. Dan bagi Indonesia, semangat Bali hendaknya jangan hanya sampai tanggal 14 Desember saja, tetapi berlanjut hingga seterusnya dengan aneka kebijakan pembangunan yang berpihak pada kelestarian lingkungan hidup. Selamat berkonferensi. [SP/Erwin Lobo]



Post Date : 01 Desember 2007