Diare di Cikulur Mulai Mereda

Sumber:Kompas - 29 Maret 2010
Kategori:Sanitasi

Serang, Kompas - Penyebaran penyakit diare di dua desa di Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai mereda. Tidak ada lagi penambahan pasien baru dalam jumlah besar seperti terjadi pada awal merebaknya penyakit pada sekitar pertengahan Maret. Diare di Cikulur ini sempat menelan tiga korban meninggal dunia.

”Pada Jumat pekan lalu, jumlah total penderita diare sebanyak 87 orang. Setelah itu belum ada lagi laporan adanya penderita baru,” kata dokter pelaksana bidang pemberantasan dan pengendalian penyakit menular Dinas Kabupaten Lebak, Soim, ketika dihubungi dari Serang, Minggu (28/3).

Seperti diberitakan sebelumnya, pada 14 Maret muncul satu kasus diare di Cikulur dan kemudian jumlah penderita melonjak hingga puluhan orang.

Kasus diare ini muncul di dua desa di Cikulur, yakni Parage dan Sumur Bandung. Itu sebabnya sejak 20 Maret lalu, Cikulur dinyatakan berada pada kejadian luar biasa (KLB) diare.

Parasit amuba sejenis protozoa diketahui penyebab diare di Cikulur. Hal ini diketahui setelah pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya amuba dalam feses penderita diare.

Soim menuturkan, saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak terus melakukan penanganan diare. Hal itu di antaranya dengan pemberian kaporit, yang berfungsi sebagai desinfektan yang ditebar agar membunuh kuman di tampungan air. Selain itu, juga dilakukan penyemprotan untuk membunuh lalat yang dapat menjadi vektor diare.

Penyemprotan untuk memutus rantai penyebaran diare itu dilakukan di puskesmas Cikulur dan juga di kampung yang banyak penderita diare. Penyuluhan terhadap pentingnya perilaku hidup sehat pun diberikan kepada warga untuk mencegah kembali merebaknya diare.

Untuk mencegah penularan diare, beberapa waktu lalu warga di kampung-kampung Cikulur yang ada penderita diarenya diminta tidak menggunakan air sungai untuk mandi, cuci, dan kakus. Hal ini disebabkan kuman penyebab diare dapat menyebar lewat aliran air, misalnya dari kotoran penderita diare.

Warga diminta tidak buang air besar di sungai, melainkan di jamban atau kakus. Dalam kondisi terpaksa ketika diare rawan menular, warga yang belum memiliki jamban diminta menggali lubang ketika hendak buang air besar dan kemudian menimbunnya agar tidak dihinggapi lalat.

Korban

Kepala Dinas Kesehatan Lebak M Sukirman sebelumnya menuturkan, tiga korban yang meninggal akibat diare di Cikulur adalah Inah (60), Fatimah (28), dan Dulhani (65). Untuk menangani penderita selama terjadinya KLB diare di Cikulur ini, didirikan pos rehidrasi di puskesmas pembantu Parage.

Apabila kondisi pasien membutuhkan penanganan lebih lanjut, misalnya membutuhkan infus dan perlakuan lain, penderita akan dirawat di puskesmas Cikulur. Apabila kondisi pasien bersangkutan berat, misalnya penderita mengalami dehidrasi berat, akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Adjidarmo di Rangkasbitung, ibu kota Provinsi Lebak.

”Saya telah berkoordinasi dengan Kepala PU Cipta Karya untuk menyediakan sarana air bersih di daerah KLB diare. Selama ini, diare di Cikulur tidak pernah masal,” kata Sukirman. (CAS)



Post Date : 29 Maret 2010