Diare Merebak di Kulon Progo

Sumber:Kompas - 10 Mei 2007
Kategori:Sanitasi
Yogyakarta, Kompas - Wabah diare mulai merebak di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Di Rumah Sakit Umum Daerah Wates tiga bulan terakhir menerima 223 pasien, empat di antaranya meninggal dunia.

"Baru kali ini jumlah pasien begitu banyak bahkan melebihi angka penderita demam berdarah dan malaria yang kami rawat," ujar Kepala Bidang Pelayanan Medis J Witarto, ketika dihubungi Rabu (9/5).

Angka penderita diare tersebut, lanjut Witarto, sebenarnya bisa lebih banyak lagi. Masih banyak pasien yang dirawat di instalasi kesehatan swasta dan balai-balai pengobatan. Ketika dihubungi lewat telepon, Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Lestaryono mengaku belum bisa memberikan data pasti jumlah penderita diare di wilayahnya.

Mayoritas pasien, menurut Witarto, terdiri atas anak-anak usia balita. Sementara empat pasien yang meninggal lebih karena keterlambatan penanganan penyakit. "Anak-anak lebih rentan sehingga orangtua harus benar-benar memberi perhatian terutama jika mengalami dehidrasi," katanya.

Kenaikan jumlah penderita diare lebih disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, misalnya karena kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu, anak-anak sering jajan di sembarang tempat.

Jika tidak segera tertangani, Witarto yakin kasus serupa akan terus terulang setiap tahun. Diare cukup berbahaya, terutama apabila pasien terus kekurangan cairan dan terlambat memperoleh pertolongan medis. Kampanye cuci tangan

Kepala Dinas Kesehatan DIY Bondan Agus Suryanto menyatakan akan melakukan pemeriksaan epidemilogis untuk melacak wabah diare di Kulon Progo. Pemeriksaan tersebut diserahkan sepenuhnya pada kewenangan Dinas Kesehatan Kulon Progo.

Pelacakan dilakukan dengan memeriksa kebersihan lingkungan sekitar. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap penderita. "Kami juga terus menggencarkan kampanye cuci tangan," ujar Bondan.

Bondan juga menengarai merebaknya diare kemungkinan berkaitan dengan pemanasan global. Saat ini efek pemanasan global yang mengakibatkan ketidakpastian musim telah berpengaruh pada perkembangan penyakit. Hal ini terutama berdampak pada terus merebaknya demam berdarah dan malaria di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Di DIY penyakit demam berdarah juga tidak kunjung surut karena pengaruh pemanasan global ini. Hujan yang tidak teratur menyebabkan air menggenang dan perindukan nyamuk menjadi lebih banyak.

Dinas Kesehatan DIY berencana bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk memberantas nyamuk demam berdarah dengan terkonsentrasi pada beberapa kelurahan tertentu. Jika penyelesaian melalui pemberantasan sarang nyamuk tidak efektif, dinas akan menggalakkan penyemprotan. (9)



Post Date : 10 Mei 2007